jpnn.com, JAKARTA - Anggota Grup MIND ID PT Bukit Asam Tbk., (PTBA) terus berkomitmen menggarap program reklamasi pasca-tambang.
Sekretaris Perusahaan BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID, Heri Yusuf mengatakan salah satu program reklamasi pasca-tambang yang mendapat sorotan dan menjadi percontohan adalah tambang batu bara Ombilin Sawahlunto.
BACA JUGA: Hari Pertambangan ke-78, Transformasi MIND ID Perkuat Hilirisasi di Indonesia
"Kini ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO," ujar Heri dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (29/9).
Situs tambang batu bara Ombilin Sawahlunto, Sumatera Barat, tersebut ditetapkan menjadi warisan budaya dunia oleh UNESCO di Baku, Azerbaijan, pada 5 Juli 2019 silam. Kini, bekas tambang era kolonial Belanda tersebut menjadi satu dari lima warisan budaya dunia milik Indonesia.
BACA JUGA: Anggota MIND ID PT Timah Dukung Budi Daya Siput Isap untuk Ungkit Ekonomi Lokal
Sebelumnya ada kawasan Candi Borobudur di Magelang, Kawasan Candi Prambanan di Klaten, Situs Manusia Purba Sangiran di Sragen dan Karanganyar, dan Sistem Pemerataan Pembagian Air (Subak) untuk Pertanian di Bali.
Kilas balik ke belakang, ungkap Heri, Sawahlunto tidak berarti apa-apa seandainya tidak ditemukan batu bara melimpah di kota kecil tersebut. Kini Sawahlunto memancarkan pesona keunikan dengan kaya akan ragam budaya. Sejak awal, pekerja berasal dari berbagai etnis seperti Jawa, Bugis, dan Batak membentuk komunitas multietnis di Sawahlunto, menjadikannya kota paling beragam secara etnis di Sumatera Barat.
Dalam keberagaman etnis ini, beragam aspek budaya tumbuh dan berkembang. Semua ini menjadi modal besar bagi Sawahlunto dalam menjamu tamu dari seluruh dunia. Walhasil, pada 2019 silam, situs tambang batu bara Ombilin Sawahlunto ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Menurut Heri, pengakuan UNESCO tersebut bukan semata untuk tujuan pariwisata. Melainkan, ini adalah langkah membuat dunia merasa memiliki, melindungi, dan melestarikan warisan tersebut.
“Dalam konteks Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto (OCMHS) atau Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto, pengakuan ini berarti bahwa dunia ikut memiliki warisan tambang batu bara Ombilin Sawahlunto. MIND ID terus memberikan nilai lebih untuk Indonesia,” kata Heri Yusuf.
Heri menjelaskan OCMHS memiliki potensi besar memajukan perekonomian warga Sawahlunto. Makanya, kata dia, sudah menjadi kewajiban kita semua menjaga, melindungi, merawat, hingga berkolaborasi dengan pihak lain guna mempromosikan budaya di Sawahlunto sehingga orang yang datang dari seluruh penjuru dunia akan semakin banyak lagi.
OCMHS diakui karena nilai budaya dalam kegiatan pertambangan batu bara. Keunikan terletak pada pertemuan teknologi pertambangan dari Barat (Belanda pada akhir abad ke-19) dengan budaya lokal.
UNESCO akan terus mendukung Pemerintah Kota Sawahlunto dan pihak-pihak terkait dalam pengelolaan OCMHS selama satu hingga dua tahun ke depan. Mereka memiliki kewajiban menyusun laporan berkala dan juga mengundang pihak ketiga untuk mengevaluasi kondisi warisan ini. UNESCO akan menilai apakah warisan ini dapat menjadi tujuan wisata menarik bagi wisatawan, asalkan memiliki program yang sesuai.
Kehadiran OCMHS bukan hanya terletak pada aktivitas fisik penambangan batu bara, tetapi juga pada kekayaan budaya di Sawahlunto. Juga berupaya merawat budaya-budaya tradisional seperti tenun songket Silungkang dan bahasa Tangsi, yang merupakan warisan tak benda yang unik karena mencerminkan percampuran bahasa Jawa, Bugis, China, dan Minangkabau.
"Semua ini adalah langkah untuk menghidupkan kembali warisan budaya yang ada," pungkas Heri.(mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul