DAMASKUS - Setelah lama tidak terlihat, Presiden Syria Bashar al-Assad akhirnya muncul di hadapan publik, Minggu (6/1). Penguasa 47 tahun itu menyampaikan pidato dan disiarkan secara langsung televisi pemerintah Syria.
Kemunculan Assad tersebut terjadi ketika pasukannya terdesak oleh kubu oposisi dalam pertempuran di sejumlah wilayah. Itu sebabnya militer Syria lantas membalas dan mengerahkan jet tempurnya untuk membombardir kantong-kantong oposisi. Serangan tersebut beberapa kali mengenai warga sipil. Roket dan rudal pesawat militer Syria sempat menghajar antrean warga di pabrik roti dan pompa bensin.
Dalam pidato pertamanya sejak Juni tahun lalu, Assad menyerukan dialog nasional pada kelompok oposisi untuk mengakhiri konflik di Syria sejak 21 bulan lalu. Dia pun menawarkan rekonsiliasi dan amandemen konstitusi.
Lewat pidatonya itu, Assad menyebut kelompok oposisi yang didukung Barat sebagai "budak" kekuatan asing. Dia mengakui bahwa Syria kini berada dalam kondisi perang. Karena itu, Assad mendesak kubu oposisi di dalam negeri bergabung dengan pemerintah untuk mengakhiri konflik berdarah yang telah menelan puluhan ribu jiwa.
Putra mantan Presiden Hafez al-Assad, yang berkuasa di Syria selama 29 tahun, itu juga memaparkan rancangan transisi politik gagasannya. Menurut dia, semua keputusan yang diambil untuk menyelesaikan konflik harus ditentukan rakyat Syria dan disahkan melalui referendum. Termasuk, konstitusi yang akan disepakati melalui dialog nasional.
Assad berjanji segera menjelaskan detail soal gagasan transisi tersebut. Dia juga menyerukan negara-negara asing agar menghentikan pendanaan terhadap kelompok oposisi bersenjata. Pimpinan Partai Baath, partai politik berkuasa di Syria, tersebut menyatakan siap menghentikan operasi militer dan merancang mekanisme untuk mengawasinya.
"Negara-negara di kawasan maupun internasional harus menghentikan pendanaan bagi kelompok bersenjata untuk memberi kesempatan para pengungsi (Syria) kembali ke rumah mereka. Baru setelah itu, kami bakal menghentikan operasi militer," papar Assad dalam pidatonya.
Setelah itu, lanjut dia, pemerintah akan melangkah ke tahap selanjutnya dengan mengajak seluruh elemen bangsa melakukan dialog nasional. Termasuk, dengan kelompok oposisi di dalam dan luar negeri. "Kami akan berdialog dengan pimpinannya, bukan budaknya," tegas Assad yang mendapat sambutan tepuk tangan dari para pendukungnya di Dar al-Assad Centre for Culture and Arts, Damaskus.
Menurut Assad, dialog itu harus merancang konstitusi nasional yang akan menjadi referensi politik dan ekonomi masa depan Syria. "Konstitusi itu harus disetujui rakyat melalui referendum," tuturnya.
Setelah itu, pemilu parlemen bakal dilaksanakan dan diikuti pembentukan pemerintahan baru. Namun, Assad juga kembali menegaskan bahwa semua itu bisa terjadi jika ada kesepakatan melalui dialog nasional.
"Hanya karena kami tidak menemukan partner sejauh ini, bukan berarti kami tidak tertarik dengan solusi politik. Masalahnya, kami belum menemukan partner," jelasnya.
Menurut Assad, konflik di Syria saat ini terjadi bukan antara pemerintah dan oposisi, namun antara rakyat Syria dan musuhnya. "Satu hal yang pasti saat ini bahwa yang kami hadapi adalah mereka yang membawa ideologi Al Qaeda ke Syria," tegasnya. Dia lalu mengulangi bahwa "teroris asing" berada di belakang revolusi rakyat Syria. (AFP/AP/cak/dwi)
Kemunculan Assad tersebut terjadi ketika pasukannya terdesak oleh kubu oposisi dalam pertempuran di sejumlah wilayah. Itu sebabnya militer Syria lantas membalas dan mengerahkan jet tempurnya untuk membombardir kantong-kantong oposisi. Serangan tersebut beberapa kali mengenai warga sipil. Roket dan rudal pesawat militer Syria sempat menghajar antrean warga di pabrik roti dan pompa bensin.
Dalam pidato pertamanya sejak Juni tahun lalu, Assad menyerukan dialog nasional pada kelompok oposisi untuk mengakhiri konflik di Syria sejak 21 bulan lalu. Dia pun menawarkan rekonsiliasi dan amandemen konstitusi.
Lewat pidatonya itu, Assad menyebut kelompok oposisi yang didukung Barat sebagai "budak" kekuatan asing. Dia mengakui bahwa Syria kini berada dalam kondisi perang. Karena itu, Assad mendesak kubu oposisi di dalam negeri bergabung dengan pemerintah untuk mengakhiri konflik berdarah yang telah menelan puluhan ribu jiwa.
Putra mantan Presiden Hafez al-Assad, yang berkuasa di Syria selama 29 tahun, itu juga memaparkan rancangan transisi politik gagasannya. Menurut dia, semua keputusan yang diambil untuk menyelesaikan konflik harus ditentukan rakyat Syria dan disahkan melalui referendum. Termasuk, konstitusi yang akan disepakati melalui dialog nasional.
Assad berjanji segera menjelaskan detail soal gagasan transisi tersebut. Dia juga menyerukan negara-negara asing agar menghentikan pendanaan terhadap kelompok oposisi bersenjata. Pimpinan Partai Baath, partai politik berkuasa di Syria, tersebut menyatakan siap menghentikan operasi militer dan merancang mekanisme untuk mengawasinya.
"Negara-negara di kawasan maupun internasional harus menghentikan pendanaan bagi kelompok bersenjata untuk memberi kesempatan para pengungsi (Syria) kembali ke rumah mereka. Baru setelah itu, kami bakal menghentikan operasi militer," papar Assad dalam pidatonya.
Setelah itu, lanjut dia, pemerintah akan melangkah ke tahap selanjutnya dengan mengajak seluruh elemen bangsa melakukan dialog nasional. Termasuk, dengan kelompok oposisi di dalam dan luar negeri. "Kami akan berdialog dengan pimpinannya, bukan budaknya," tegas Assad yang mendapat sambutan tepuk tangan dari para pendukungnya di Dar al-Assad Centre for Culture and Arts, Damaskus.
Menurut Assad, dialog itu harus merancang konstitusi nasional yang akan menjadi referensi politik dan ekonomi masa depan Syria. "Konstitusi itu harus disetujui rakyat melalui referendum," tuturnya.
Setelah itu, pemilu parlemen bakal dilaksanakan dan diikuti pembentukan pemerintahan baru. Namun, Assad juga kembali menegaskan bahwa semua itu bisa terjadi jika ada kesepakatan melalui dialog nasional.
"Hanya karena kami tidak menemukan partner sejauh ini, bukan berarti kami tidak tertarik dengan solusi politik. Masalahnya, kami belum menemukan partner," jelasnya.
Menurut Assad, konflik di Syria saat ini terjadi bukan antara pemerintah dan oposisi, namun antara rakyat Syria dan musuhnya. "Satu hal yang pasti saat ini bahwa yang kami hadapi adalah mereka yang membawa ideologi Al Qaeda ke Syria," tegasnya. Dia lalu mengulangi bahwa "teroris asing" berada di belakang revolusi rakyat Syria. (AFP/AP/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah AS Kritik Rencana Bos Google ke Korut
Redaktur : Tim Redaksi