Kedutaan Besar Belanda menjadi tuan rumah perayaan Hari Saint Nicholas tradisional di Canberra, turut memeriahkan acara ini adalah tiga pria kulit putih dengan wajah yang dihitamkan dan berpakaian sebagai karakter kontroversial, Black Peter atau Peter si Hitam.

Perayaan Hari Saint Nicholas atau Hari Sinterklas yang diadakan pada hari Minggu (6/12) ini diselenggarakan oleh Klub Belanda di Canberra dan telah bertempat di Kedutaan selama beberapa tahun.

BACA JUGA: Seniman Down Syndrome Australia Wujudkan Mimpi di New York

Tahun ini, ada tiga orang berpakaian seperti Black Peter, yang disebut Kedutaan Besar Belanda sebagai ‘bagian dari budaya Belanda’.

Perdebatan seputar Black Peter, atau Zwarte Piet dalam bahasa Belanda atau Peter si Hitam, telah memecah belah warga Belanda dan memicu protes di negara itu dalam beberapa tahun terakhir.

BACA JUGA: Bantu Produksi Daging dan Susu, Australia Sumbangkan 4 Kerbau ke Indonesia

Dalam tradisi Belanda, Peter si Hitam adalah penolong Saint Nicholas, atau Sinterklaas, dan biasanya digambarkan dalam kostum abad pertengahan dengan wajah menghitam, bibir merah dan wig/rambut palsu keriting.

Pihak lainnya berpendapat, karakter Peter adalah stereotip rasis yang berasal dari zaman kolonial.

BACA JUGA: Gauli 2 Murid dibawah Umur, Guru Tari Dihukum 5 Tahun Penjara

Ada juga yang mengatakan, Peter menjadi hitam karena turun dari cerobong asap, dan berpendapat bahwa tidak ada unsur rasis dalam karakter itu.

Tahun lalu, 90 orang ditangkap karena melakukan protes terhadap tokoh kontroversial ini di festival Natal anak-anak di Belanda.

Kedubes berusaha tak memihak

Arthur Den Hartog, wakil kepala misi Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Australia, mengatakan, Pemerintah Belanda "tak memihak" kelompok manapun dalam perdebatan tentang ‘Zwarte Piet’ atau Black Peter.

Ia mengatakan, acara di kedutaan diselenggarakan oleh masyarakat Belanda di Canberra, dan tahun ini, lebih dari 60 anak-anak dan keluarga asal Belandal hadir.

"Ini adalah tradisi yang berasal dari Belanda selama berabad-abad ... kami tak melihat ada alasan untuk melarang hal itu terjadi. Karena Pemerintah Belanda tak memihal siapapun dalam perdebaan itu, kami tak bisa," jelasnya.

Arthur mengatakan, ada perdebatan yang "hidup" mengenai masalah ini dalam beberapa tahun terakhir, tapi itu bukan peran pemerintah untuk memutuskan bagaimana masyarakat Belanda merayakan tradisi lama tersebut.

"Ini merupakan bagian dari budaya Belanda. Opini publik di Belanda berbeda-beda tentang topik ini," sebutnya.

Ia menyambung, "Dan juga benar-benar merupakan bagian dari budaya Belanda, untuk membahas pendapat-pendapat yang berbeda, dan untuk menjadi terbuka dan mendengarkan pendapat yang berbeda yang disuarakan."

Diplomat ini mengatakan, ada orang-orang yang merasa ada konotasi negatif pada tradisi ini, tetapi ada orang lain yang percaya bahwa hal yang penting untuk merayakan Hari Saint Nicholas dengan cara yang telah dilakukan selama bertahun-tahun.

"Jika seseorang memiliki keluhan tentang hal ini, kami berhati-hati mendengarkan mereka dan berharap bahwa mereka bergabung dalam debat publik untuk membuat pendapat mereka didengar," jelasnya.

Sejumlah pihak tak sepakat

Meski demikian, direktur kelompok anti-rasisme ‘All Together Now’, Priscilla Brice, mengatakan, ia kecewa mendengar tradisi Black Peter tradisi dirayakan di Canberra.

"Saya cukup terkejut bahwa itu terjadi di sini di Australia dan bahwa orang-orang membawa isu-isu tersebut ke Australia," utaranya.

Ia mengungkapkan, "Siapa saja yang menghitamkan wajah, mereka tak sadar sejarah [perbudakan dan rasisme terhadap orang kulit hitam], mereka tak menghormati orang-orang yang pernah menjadi budak."

Priscilla mengatakan, sementara Peter si Hitam adalah tradisi Belanda, hal itu masih dinilai sebagai bentuk rasisme yang bisa memiliki implikasi luas.

"Kami tahu bahwa orang yang sering menjadi sasaran rasisme mengalami kecemasan dan depresi, dan beberapa juga mengalami masalah fisik seperti diabetes dan tekanan darah tinggi," utaranya.

Ia lantas menambahkan, "Itu juga berlaku bagi orang yang mengalami rasisme interpersonal dan rasisme terlembaga. Jadi hal itu tak hanya mempengaruhi individu, tetapi juga mempengaruhi masyarakat."

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mulai Januari 2016, Transportasi Melbourne 24 Jam di Akhir Pekan

Berita Terkait