Tangerang Darurat Kematian Ibu-Bayi Saat Melahirkan

Selasa, 27 Desember 2016 – 07:22 WIB
Ilustrasi: federalistpaper.org

jpnn.com - TANGERANG - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang menyatakan status darurat kasus kematian ibu dan bayi saat proses persalinan. Pasalnya, jumlah kasus meningkat setiap tahun hingga 20 persen.

Akibatnya, wilayah Kabupaten Tangerang menduduki peringkat pertama di Provinsi Banten.

BACA JUGA: Dalam Mimpi, Anaknya Mengatakan Rumahnya di Sini

Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar mengakui jajarannya belum mampu menekan tingginya kasus kematian ibu dan anak di wilayahnya.

Bahkan sejumlah program yang dibuat jajarannya maupun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tidak mampu menekan angka kematian ibu dan bayi melalui persalinan tersebut.

BACA JUGA: Maaf, Tahun Baru Villa dan Hotel di Sini Penuh

”Tingginya kasus kematian ibu dan bayi memang mengkhawatirkan. Apalagi Kabupaten Tangerang daerah urban. Kami sudah berusaha melakukan terobosan guna menekan kasus itu termasuk menaikkan anggaran hingga Rp 3,4 miliar. Tetapi hasilnya malah justru meningkat,” terangnya kepada INDOPOS saat dikonfirmasi, kemarin (26/12).

Dari catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang, kasus kematian ibu dan bayi setiap tahun naik 20 persen.

BACA JUGA: Tak Ada Opsi Lain, Harus Rasionalisasi Pegawai Kontrak

Pada 2014 lalu mencapai 35 kematian ibu dan 224 kematian bayi lalu tahun selanjutnya atau 2015 jumlah kematian ibu mencapai 52 kasus dan kematian bayi tercatat 334 kasus.

Sementara pada 2016 tercatat ada 63 kasus kematian ibu yang melahirkan dan 339 kematian bayi. Mayoritas kasus kematian anak dan bayi saat melahirkan itu terjadi pada kaum ibu muda.

Menurutnya juga, kematian ibu dan bayi lantaran banyaknya ibu hamil yang mengalami pendarahan saat dan setelah proses melahirkan.

”Kasus itu terbanyak terjadi pada warga kurang mampu. Masalah lainnya, warga juga tidak mau mengurus BPJS kesehatan untuk biaya berobat. Sudah banyak program yang kami berikan tetapi tetap saja tidak mampu mengatasi masalah kematian ibu dan bayi ini,” ungkap juga mantan anggota DPR RI ini lagi.

Dia menyebut seperti Program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) dari Kemenkes yang didanai USAID guna menyelamatkan ibu melahirkan dan bayi baru lahir, peningkatan kapasitas bidan dan 33 puskesmas menjadi 24 jam sebagai Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatus Esensial Dasar (PONED).

”Tapi dua aksi itu tidak mampu menekan kematian ibu dan bayi,” cetusnya juga. Dengan masalah itu, Zaki akan menginstruksikan Dinkes setempat melakukan penyuluhan kepada para pasangan yang menikah muda untuk melakukan pemeriksaan kandungan ke puskesmas yang ada di wilayah tersebut.

Bahkan dirinya berjanji memantau penyuluhan guna menekan tingkat kematian ibu dan bayi oleh instansinya ke seluruh kecamatan.

Selain itu, kata Zaki lagi, pihaknya juga bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, PMI dan sejumlah rumah sakit swasta memberikan pelayanan pemeriksaan kandungan secara gratis kepada ibu hamil.

Sementara itu, Kepala Dinkes Kabupaten Tangerang, Naniek Isnaini menuturkan jajarannya telah gencar sosialisasi kepada pasangan suami istri (pasutri) untuk menekan angka kematian ibu melahirkan.

Salah satu caranya membentuk pribadi suami siaga, yang dengan intens mengajak istrinya rutin memeriksakan kehamilan minimal sebanyak empat kali.

Tak hanya itu, penekanan angka kematian ibu melahirkan nantinya akan dilakukan pula mulai dari remaja.

”Dalam penekanannya kami juga akan sosialisasi pada remaja putri dengan memberikan tablet tambah darah. Agar ke depan, saat berumah tangga lalu hamil dan melahirkan, tidak mengalami gangguan seperti pendarahan yang mengakibatkan kematian,” tuturnya.

Selain itu juga, Naniek menambahkan jajarannya juga telah meminta seluruh rumah sakit rujukan harus siap menampung proses persalinan dari puskesmas.

Sebab selama ini pasien ibu hamil dalam kondisi gawat darurat ketika dirujuk ke rumah sakit rujukan harus berpindah be rumah sakit lain ketidaksiapan rumah sakit rujukan tersebut.

Dirinya pun berharap dengan masalah tersebut penanganan masalah kasus kematian ibu dan bayi dapat tertuntaskan.

”Selama ini masalah terjadi karena ketidakpastian informasi rumah sakit rujukan yang siap. Karena itu kami buat zonasi. Nantinya ibu hamil yang dirujuk sudah pasti diterima oleh rumah sakit rujukan untuk ditangani,” pungkasnya. (cok/dil/jpnn)

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lihatlah, Dampak Puting Beliung yang Cukup Mengerikan


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler