JAKARTA Penembakan dua anggota polisi di Bintaro, Tangerang Selatan, Jumat malam (16/8) benar-benar memukul jajaran kepolisian. Dalam waktu tiga pekan, empat polisi menjadi sasaran aksi penembakan oleh orang tidak dikenal. Ironisnya, seluruh aksi terjadi di wilayah hukum Polres Tangerang Selatan.
Wakapolri Komjen Oegroseno datang ke Mapolsek Pondok Aren sekitar pukul 23.30. Jenderal bintang tiga itu berupaya menenangkan hati jajarannya. Menurut Oegros, kejadian tersebut jangan membuat polisi takut mengenakan seragam saat malam. "Kita ini dibutuhkan masyarakat," ujarnya. Oegros juga meminta para anggota kepolisian meningkatkan kewaspadaan saat bertugas. "Jangan sampai berpatroli sendirian demi keamanan," katanya.
Saat ditanya Jawa Pos, kelompok mana yang bermain, mantan Kabaharkam itu memberi sinyal satu rangkaian dengan penembakan-penembakan sebelumnya. "Ini terkait dan memang khusus menyasar kami," katanya sembari mengatupkan dua telapak tangannya.
Pascapenembakan itu, pengamanan di markas kepolisian pun makin diperketat. Mabes Polri misalnya, kemarin akses masuk ke markas Bhayangkara itu benar-benar dibatasi. Salah seorang petugas jaga mengungkapkan, ada perintah sterilisasi usai penembakan tersebut.
Kabagpenum Divhumas Mabes Polri Kombespol Agus Rianto menuturkan, pihaknya masih fokus mengejar kedua pelaku yang telah didapatkan sketsa wajahnya. Mantan Kabidhumas Polda Papua itu tampak enggan membahas lebih jauh terkait langkah lanjutan pascapenembakan.
Dia hanya memastikan, kedua polisi malang itu mendapat kenaikan pangkat luar biasa. "Almarhum Aiptu Kus Hendratna naik pangkat menjadi Ipda Anumerta. Sedangkan Bripka Ahmad Maulana menjadi Aipda Anumerta," ujarnya surat keputusan kenaikan pangkat tersebut ditandatangani Kapolri kemarin pagi.
Kasus ini menjadi penembakan ketiga di wilayah hukum Tangerang Selatan. Dua penembakan sebelumnya juga terjadi di Tangerang Selatan. Mengapa ? Salah seorang analis Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang ditemui Jawa Pos kemarin membeberkan hasil analisa sementara modus operandi kelompok ini.
"Ini qishash atau darah dibalas darah. Mereka membalaskan dendam," kata perwira menengah itu. Tangerang Selatan dianggap sebagai kawasan dimana Densus 88 membunuhi teman-temannya. "Bagi kelompok seperti ini, mereka yang mati ditembak Densus ibarat keluarganya sendiri," tambahnya.
Karena itu Tangerang Selatan ditetapkan sebagai wilayah perang atau Sakhat Al Ma"rikah. "Biasa juga disebut jihadul sakhah, atau medan jihad," katanya. Ini dilakukan oleh kelompok yang mempunyai keterkaitan ideologis dengan mereka yang pernah tewas di Tangerang Selatan.
Dalam catatan polisi, setidaknya ada enam teroris yang meninggal dalam penggerebegan Densus 88 di Tangerang Selatan. Mereka adalah Syaifudin Zukhri dan Mohammad Syahrir, di Ciputat, Tangerang Selatan Oktober 2009. Duo ini adalah perencana bom JW Marriott 2009.
Lalu, Dulmatin di warnet Multiplus Pamukang, Tangerang Selatan pada Maret 2010. Dulmatin juga buronan kakap.
Disusul, Hendra Saputra alias Endar dan Doni Maret 2012 di kampung lio Pondok Aren Tangerang Selatan. Hingga kini keterlibatan keduanya dalam kasus terorisme belum jelas benar. Jenazahnya bahkan tertahan sebulan sebelum akhirnya bisa dimakamkan keluarganya.
Yang terakhir, Kodrat alias Polo ditembak Densus di Pondok Aren Tangerang Selatan 15 Maret 2013 karena dianggap terlibat perampokan toko emas Tambora. Foto Kodrat yang berkeringat walaupun sudah ditembak berhari-hari sebelumnya, sempat jadi bahan propaganda di internet bahwa Kodrat mati dalam keadaan syahid.
"Kami menduga mereka mempunyai safe house atau tempat persembunyian di Tangerang Selatan. Saat ini, kami sedang melakukan operasi serius di wilayah itu," tutupnya. (byu/rdl/ca)
BACA JUGA: 6 Pegawai PLN Raih Penghargaan dari Presiden
BACA ARTIKEL LAINNYA... 2 Anggota Tewas Ditembak, BIN Anggap Polisi Lemah
Redaktur : Tim Redaksi