Tanggapan Din Syamsuddin soal New Normal, Menyejukkan

Sabtu, 30 Mei 2020 – 13:38 WIB
Din Syamsuddin. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Prof Dr K.H. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, M.A atau yang akrab dipanggil Din Syamsuddin menilai kebijakan kenormalan baru (new normal) yang rencananya segera diterapkan oleh pemerintah Indonesia, akan mengoreksi berbagai sistem dunia pascapandemi virus corona.

"Karena pandemi ini buah dari sistem dunia yang lama dan turunannya, yakni pada sistem ekonomi, politik dan budaya," kata Ketua Umum Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju itu saat diskusi virtual terkait The New Normal Indonesia yang dipantau Antara, Sabtu (30/5).

BACA JUGA: Din Syamsuddin: Jika Ada Umat Merasa Aman, Tidak Baik Menghalanginya

Ia mengatakan menurut telaah sistem dunia selama ini yang berusia hampir satu abad bertumpu pada humanisme sekuler kemanusiaan yang sekularistik.

Hal tersebut hanya memandang hidup manusia kini dan di sini, tidak ada nanti dan di sana.

BACA JUGA: Din Syamsuddin Minta Pemerintah Teguh Melaksanakan PSBB

Kemudian tidak ada yang disebut dengan dimensi eskatologis sebagaimana yang diajarkan agama.

Eskatologi merupakan ilmu teologi yang berbicara tentang hal-hal yang bertalian dengan akhir zaman. "Maka lahirlah tidak ada pertanggungjawaban," katanya.

BACA JUGA: Kalimat Keras Din Syamsuddin Ditujukan kepada Jokowi, Kezaliman Nyata!

Din mengatakan hal tersebutlah yang melanda dunia dan terjadi aneka kerusakan. Bahkan, sejumlah pakar menyebut saat ini sedang terjadi gangguan besar.

Selanjutnya ada pula yang menyebut situasi saat ini tengah terjadi pergeseran besar hingga ketidakpastian dunia.

Oleh karena itu, kenormalan baru diharapkan dapat menciptakan suatu tatanan yang lebih baik dan tidak sekadar kembali kepada kehidupan ke belakang.

"Bagi kita di Indonesia 'new normal' tentu harus menjadi harapan agar krisis segera berlalu," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015 itu.

Lebih dari itu, dalam konteks masyarakat Indonesia dan semua pemangku kepentingan perlu mencari tahu makna apa yang diberikan pada kenormalan baru itu.

Terakhir, kata dia, sebagai manusia yang beriman dalam masing-masing agama menginginkan tatanan baru tersebut tidak lepas dan jauh dari nilai-nilai ketuhanan.

Menurut Din, musibah-musibah harus dihadapi dengan instrospeksi diri, mawas diri terhadap apa saja yang dilakukan selama ini. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler