Tanggapi Harga Saham BUMN Turun, Pakar Keuangan: Murni Faktor Pasar, Bukan karena BPI Danantara

Senin, 02 Desember 2024 – 23:50 WIB
Pakar Ekonomi Achmad Deni Daruri Achmad Deni Daruri. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Pakar Ekonomi Achmad Deni Daruri menanggapi anjloknya harga saham di beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN)  yang terjadi belakangan ini.

Menurut Deni, hal itu murni disebabkan oleh dinamika pasar global dan bukan akibat pengelolaan portofolio oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), perusahaan investasi Pemerintah yang baru dibentuk.

BACA JUGA: KAI Properti & Rumah BUMN Hadirkan Pelatihan Kewirausahaan untuk Guru di Malang

“Turunnya harga saham BUMN baru-baru ini adalah wajar. Harga saham itu mencerminkan harga riil perusahaan di masa depan. Artinya, harga saham BUMN saat ini, memang sudah sangat mahal, mengingat penurunan valuasi saham yang dipicu banyak sebab. Misalnya, pembangunan proyek infrastruktur yang tidak efisien di periode lalu,” papar Deni, Jakarta, Senin (2/12).

Penurunan harga saham BUMN ini, menurut analisa Founder Bumi Global Karbon (BGK) itu, masih akan berlanjut.

BACA JUGA: Bu Rini Mau Buyback Saham BUMN? Ini Saran DPR

Jika, BPI Danantara dibentuk secara tidak profesional, lembaga ini akan mewarisi saham BUMN dengan harga yang terus menurun.

Sebaliknya, jika harga saham ini terus turun, beban BPI Danantara di masa depan tidak akan terlalu berat karena belum dibentuk. Hal ini karena diperkirakan harga saham BUMN sudah mencerminkan nilai fundamentalnya.

BACA JUGA: Kinerja BUMN Melesat di Tahun Ini, Dividen Tercapai 100% Senilai Rp 85,5 Triliun

"Oleh karena itu, BPI Danantara harus siap secara organisasi, menyambut anjloknya harga saham BUMN hingga titik terendahnya," ungkap Deni.

Selanjutnya Deni membedah struktur organsasi BPI Danantara dalam kondisi idel. Sebaiknya menggandeng manajemen investasi, manajemen regional, dan manajemen perusahaan yang bekerja sama untuk mencapai tujuan strategis perusahaan.

Di mana, tim manajemen investasi dipimpin Chief Investment Officer, bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang investasi yang berpotensi memberikan nilai tambah jangka panjang.

Sedangkan tim manajemen regional, mengelola portofolio investasi BPI Danantara di berbagai wilayah dan memastikan bahwa investasi tersebut sejalan dengan strategi global perusahaan.

"Sedangkan tim manajemen perusahaan menyediakan dukungan operasional dan strategis untuk seluruh organisasi. BPI Danantara harus menekankan pentingnya kepemimpinan yang berkelanjutan dan tanggung jawab sosial perusahaan," tuturnya.

Jika itu terjadi, kata Deni, mencerminkan struktur organisasi yang berkomitmen dalam menerapkan praktik bisnis yang etis dan investasi yang bertanggung jawab secara sosial.

Menurut Deni, pimpinan senior BPI Danantara, yang dipimpin Direktur Eksekutif dan CEO, menetapkan nada dan budaya tim, memimpin penyampaian visi dan misi BPI Danantara.

Struktur ini mencakup berbagai peran penting seperti Deputi CEO, CFO, dan CCO, yang masing-masing dipegang oleh individu dengan pengalaman luas di bidangnya.

Misalnya, Deputi CEO BPI Danantara International, harus memiliki latar belakang yang kuat di industri semikonduktor, CFO memiliki pengalaman mendalam dari sektor perbankan investasi.

Sementara CCO mengawasi fungsi sumber daya manusia dan mendukung komite remunerasi dan nominasi perusahaan portofolio dalam desain rencana insentif manajemen, kompensasi direktur eksekutif dan non-eksekutif, serta penunjukan ke dewan perusahaan-perusahaan tersebut.

"Dengan demikian, sangatlah tepat sekali jika Presiden menunggu kesiapan BPI Danantara sebelum meresmikannya," ungkapnya.

Ke depan, lanjut Deni, Danantara holdings haruslah mengukur keberhasilan dalam mencapai visi melalui serangkaian metrik kinerja yang komprehensif. Yang mencerminkan komitmen terhadap pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan. Salah satu indikator utama adalah nilai portofolio bersih atau Net Portfolio Value (NPV).

Selain itu, lanjut Deni, BPI Danantara harus memperkenalkan laporan keberlanjutannya. Menyoroti kemajuan dan tantangan dalam perjalanan mereka menuju nol emisi bersih, pertumbuhan inklusif, dan positif terhadap alam.

"Metrik lain yang penting adalah total pengembalian saham atau total shareholder return disingkat TSR. Mencerminkan pengembalian yang dihasilkan untuk pemegang saham," imbuhnya.

Untuk jangka waktu 10 hingga 20 tahun, misalnya, TSR BPI Danantara harus stabil masing-masing di level 6 persen dan 7 persen. Selaras dengan mandat BPI Danantara untuk menghasilkan pengembalian yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

"Sedangkan TSR satu tahunnya adalah 1,60 persen, harus menunjukkan kinerja investasi terkini. Jika tidak hati-hati, TSR mungkin saja negatif. Jika negatif, maka BPI Danantara tidak bersifat value creation tetapi value destroyer," terangnya.

Dalam hal investasi, kata Deni, BPI Danantara harus bisa mempertahankan kecepatan investasi yang hati-hati, namun stabil di tengah ketidakpastian ekonomi global. Caranya, tanamkan investasi ke sektor teknologi, layanan keuangan, keberlanjutan, konsumen, dan kesehatan.

"Investasi ini harus selaras dengan empat tren struktural yang mereka identifikasi sebagai penggerak utama, yaitu Digitalisasi, Hidup Berkelanjutan, Masa Depan Konsumsi, dan umur Panjang," kata Deni.

Selain itu, menurut Deni, BPI Danantara harus menekankan pentingnya keberlanjutan dalam operasinya. Harus fokus untuk ketahanan iklim dan analisis skenario, serta menetapkan metrik dan target portofolio untuk mengelola risiko dan kinerja terkait iklim.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler