Tanggapi Pernyataan Rocky Gerung, Petrus Selestinus Singgung Ancaman Terhadap Etika Bernegara

Jumat, 04 Agustus 2023 – 17:11 WIB
Koordinator TPDI Petrus Selestinus menanggapi pernyataan Rocky Gerung. Dok. JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) Petrus Selestinus mengatakan pernyataan pengamat politik Rocky Gerung (RG) yang diduga menyerang kehormatan Presiden Jokowi, beberapa waktu lalu, tidak boleh dilihat dari perspektif penghinaan kepada presiden saja.

Namun, jauh lebih penting adalah perspektif ancaman serius terhadap "etika kehidupan bernegara" yang merupakan hal yang paling esensial dalam menjaga pluralitas dan integrasi nasional.

BACA JUGA: Darmizal Berharap Polisi Tindak Lanjuti Laporan Kepada Rocky Gerung

“Seorang RG, dia tidak peduli dengan apa itu etika bernegara, apalagi kehormatan Jokowi. Bagi Rocky Gerung yang penting cemoohannya mendapat publisitas tinggi. Karena itu upaya melaporkan dugaan penghinaan terhadap Jokowi ke Polri adalah panggung yang ditunggu-tunggu. Sebab Jokowi diyakini tidak menuntut pertanggungjawaban pidana kepada RG,” kata Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) Petrus Selestinus pada Jumat (4/7).

Menurut Petrus, pernyataan RG bahwa Presiden Jokowi sebagai ‘bajingan tolol, pengecut’ dan lain-lain harus dilihat dari perspektif adanya ancaman serius terhadap "etika kehidupan bernegara".

BACA JUGA: Polda Metro Pastikan Laporan Terhadap Rocky Gerung Diporses Seusai SOP

Petrus menyetir amanat dalam TAP MPR No. VI/MPR/ 2001. Oleh karena itu, kata Petrus, jangan bawa RG ke ranah penghinaan terhadap Jokowi. Sebab, Jokowi tidak peduli dengan urusan penghinaan terhadap diri pribadinya.

Ada Hidden Agenda

BACA JUGA: Geram, Moeldoko Sebut Rocky Gerung Robot, Punya Otak, tetapi

RG dkk. patut diduga memiliki hidden agenda, yaitu mencoba membentuk komunitas dengan budaya berbeda, yang pada akhirnya menggeser kultur atau budaya sopan santun, berbudi luhur dan berkepribadian warisan leluhur bangsa kita yang beragam.

Harapan RG dkk, kata Petrus, budaya asli warisan leluhur, perlahan-lahan akan ditinggalkan menuju suatu budaya lain dengan karakter yang intoleran bahkan radikal setidak-tidaknya di kalangan pengikutnya untuk memperkuat barisan oposisi. Terlebih-lebih menyatukan dukungan memenangkan pencapresan Prabowo Subianto.

Pilihan diksi yang tidak sopan ketika RG mengkritik Jokowi atau tokoh lawan bicara lainnya di berbagai forum terbuka dengan aksi publisitas tinggi bahkan viral, ini juga menjadi sebuah grand design dengan tujuan memanaskan mesin kelompok opisisi mendukung capres Prabowo Subianto pada Pilpres 2024.

Oleh karena itu, logis kalau dari sekian banyak hinaan RG terhadap Presiden Jokowi dengan segala dampak ikutannya, Prabowo Subianto tidak pernah menunjukan sikapnya menghentikan perilaku RG dkk.

“Setidak-tidaknya ikut mengecam perilaku RG dari aspek etika kehidupan bernegara yang wajib dijaga kelestariannya,” ujar Petrus Selestinus.

Petrus yang juga Koordinator Pergerakan Advokat (Perekat) Nusantara ini mengatakan jika pernyataan RG dkk yang tidak beradab bahkan biadab dengan target pada diri tokoh-tokoh pemimpin negara dengan aksi publisitas tinggi dibiarkan, tanpa diberi sanksi hukum dan sosial, maka lambat laun RG dkk akan menjadi penghancur dunia pendidikan budi pekerti generasi muda.

“Penghancur dunia pendidikan dan anak-anak didik sebagai elemen-elemen penting dalam membangun etika kehidupan bernegara,” ujar Petrus.

Petrus menyebut saat ini ada fenomena di mana sebagian orang dalam pergaulan sehari-hari, mulai terbiasa menirukan diksi atau pilihan kata tidak sopan yang sering diucapkan RG.

Mereka dengan mudah menirukan kata-kata yang tidak pantas diucapkan RG dalam pergaulan sosial, karena dianggap tidak ada yang salah dan melanggar hukum.

“Kelompok ini makin bertambah setidak-tidaknya di kalangan followers RG dkk menuju target jangka panjang yaitu sebuah budaya baru yang berbeda dari budaya leluhur bangsa Indonesia,” ujar Petrus.

Bukan Soal RG atau Jokowi

Menurut Petrus, ketika pernyataan RG yang bermuatan fitnah menjadi viral, maka yang resisten hanyalah relawan Presiden Jokowi, mayoritas lain mengambil sikap diam dan membiarkan.

“Ini pertanda sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa ucapan RG sebagai hal biasa bahkan benar,” ujar Petrus.

Akan tetapi Masyarakat Adat Dayak di di Kalimantan dan beberapa Ormas lainnya bereaksi mengecam RG dengan ritual adat sebagai protes terhadap pernyataan RG yang dinilai sebagai telah menyebar berita bohong untuk mengadu domba antarkelompok dalam masyarakat khususnya Dayak dalam mempertahankan IKN.

Anehnya, kata Petrus, laporan masyarakat hanya fokus pada pernyataan RG yang bermuatan menghina Presiden Jokowi, sedangkan aspek yang jauh lebih penting dari nama baik Jokowi yaitu ancaman terhadap "etika kehidupan bernegara" yang berpotensi menimbulkan konflik sosial, justru diabaikan oleh Presiden Jokowi, Menko Polhukam dan Kapolri.

Padahal, menurut Petrus, persoalan pokok yang dihadapi bangsa ini, bukan soal fitnah RG dan kehormatan Jokowi, melainkan persoalan merosotnya "etika kehidupan bernegara" yang saat ini berada dalam ancaman kepunahan.

RG sebagai influencer dengan followers jutaan merupakan lahan empuk menyebar virus rusaknya "etika kehidupan bernegara".

Ujaran Kebencian

Petrus mengatakan segala ucapan RG meskipun dengan diksi yang menghina Jokowi, tetapi muatan utama di balik itu adalah penyebaran berita bohong dan ujaran kebencian yang bersifat mecah belah anak bangsa dengan daya rusak tinggi.

“Itulah yang harus dikejar polisi tanpa perlu menunggu masyarakat melapor,” ujar Petrus.

Lebih lanjut, Petrus mengatakan hal ini jelas merupakan tindak pidana yang dikualifikasi sebagai delik biasa (bukan delik aduan) seperti diatur dalam Pasal 14 dan 15 UU Nomor 1 Tahun 1946 dan Pasal 27, 28 jo 45 UU ITE.

Oleh karena itu, semestinya Polri proaktif tidak perlu menunggu Laporan Masyarakat, menindak RG. Polri jangan berlindung di balik delik aduan yang membuat RG tidur nyenyak.

“Jika Bareskrim Polri atau Kepolisian setempat, tidak segera mengambil tindakan kepolisian yaitu penyelidikan dan penyidikan terhadap RG, maka cepat atau lambat  RG bisa saja dihakimi massa di manapun RG berada, akibat kecewa pada sikap Polri,” ujar Petrus.

Alasannya, kata Petrus, karena masyarakat sudah muak dengan narasi-narasi dan diksi yang dilontarkan secara tidak bertanggungjawab oleh RG.

Petrus mengkhawatirkan akan berdampak menggerus budi pekerti generasi muda yang sudah ditanamkan orang tua dan akan tumbuh budaya baru yang antisosial, radikal dan intoleran,” ujar Petrus Selestinus.(fri/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler