Tangis Orang Tua dan Anak yang Tersingkir di Menit-Menit Terakhir PPDB 2020

Senin, 29 Juni 2020 – 11:31 WIB
Ilustrasi suasana Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMA/SMK. Foto: jambiekspres/jpg

jpnn.com, SURABAYA - Persaingan nilai dalam pendaftaran peserta didik baru (PPDB) SMK 2020 benar-benar ketat. 

Persaingan ini menyisakan tangismemilukan bagi siswa yang tersingkir pada detik-detik terakhir menjelang penutupan PPDB pada Sabtu 27 Juni 2020 pukul 23.55 lalu.

BACA JUGA: PPDB Jakarta Tak Berdasarkan Nilai, Kemendikbud: Harusnya Sudah Sejak 2017

Beberapa orang tua murid menuturkan, persaingan nilai yang cukup ketat itu terjadi pada malam terakhir. Ini merupakan bagian dari strategi.

"Waktu saya melihat posisi anak saya hari Sabtu pukul 18.15 masih cukup aman. Berada di urutan ke 24 dari pagu 74 siswa. Tapi pukul 19.25 dibombardir dengan nilai yang lebih tinggi. Anak saya bermodal nilai 75,8 tersingkir dalam hitungan detik," kata Wurti, seorang tua murid yang kecewa karena anaknya kalah dalam persaingan nilai.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Alat Kontrasepsi Berserakan, Pak Anies Buka Telingamu, Ini Putri John Kei

Ibu tiga anak pensiunan PNS ini mengaku tiga hari berturut melototi laptop, karena berharap anaknya bisa diterima SMK Negeri, karena biayanya murah. Namun, harapannya itu gagal di menit menit terakhir.

Ternyata pemilik nilai tinggi di atas 77 banyak yang mendaftar menjelang menit menit terakhir. Dengan begitu bisa mengetahui SMK mana dan jurusan apa yang masih berpelung bisa menyelamatkan nilainya.

BACA JUGA: Kisruh PPDB Jakarta, Temuan KPAI Mengejutkan

“Sebab kalau asal ngeklik karena terlalu PD dengan nilai akademiknya, bisa tersingkir”, katanya.

Faktanya memang seperti itu. Beberapa siswa yang yakin akan masuk SMK favorit, tersingkir di menit terakhir menjelang penutupan PPDB SMK.

Ngopibareng.id berhasil menguhubungi ibu Wardah yang mengaku kecewa berat, karena putranya Sulistomo, tak diterima di SMK manapun, meski mempunyai nilai akedemik 80,20.

Anaknya terlalu yakin, bekal nilai besar akan membuatnya mudah berselancar di semua SMK dengan jurusan manapun.

"Waktu saya tinggal ke kantor anak saya dipengaruhi temannya supaya langsung daftar, tanpa memberi tahu saya mengambil jurusan multi media, dan kimia industri di SMK Negeri 5 Surabaya. Ternyata nilai terendah yang diterima, masih di atasnya," kata ibu yang tinggal di Klampis Mukti tersebut.

Menurut Wardah dengan nilai 80,20 sebenarnya anaknya masih bisa diterima di SMK lain dengan jurusan yang sama.

Namun, akibat buru-buru klik di SMK yang difavoritkan, anaknya lupa tidak melihat persaingan nilai di menit menit terakhir yang cukup sengit.

"Yang mengenaskan anak tersingkir sekitar dua jam sebelum PPDB ditutup," keluh Wardah.

Putranya yang bercita-cita menjadi insinyur kimia, harus puas di SMK swasta, setelah peluangnya masuk SMK Negeri tertutup karena salah strategi.

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Hamid Muhammad sebelumnya mengatakan PPDB SMK menarik untuk dicermati.

Selain tidak menggunakan syarat domisili terdekat dengan sekolah, masih berpatokan pada hasil nilai akademik siswa.

Siswa dan orang tua murid harus punya strategi supaya bisa diterima di SMK Negeri. Salah satu strateginya tidak bertumpu pada jurusan yang diinginkan, tetapi harus melihat jurusan lain yang masih belum banyak peminatnya.

"Kalau kita perhatikan persaingan yang cukup ketat menjelang hari terakhir. Nilai tinggi bermunculan, menggeser nilai siswa lain yang ada di bawahnya," kata Hamid Muhammad Sabtu 27 Juni 2020.

Menurut Hamid, SMK sekarang bukan lagi menjadi sekolah pelarian, tetapi menjadi sekolah pilihan. Pemerintah terus berusaha memperbaiki mutu SMK melalui kerja sama dengan perusahan sesuai dengan jurusan masing masing.

“Sehingga lulusan SMK menjadi tenaga kerja siap pakai, tidak ada yang nganggur," kata Dirjen Dikdasmen itu. (ngopibareng/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler