Tangisan Ibu yang Tiap Malam Anaknya Dijemput Om Om

Sabtu, 04 Februari 2017 – 06:55 WIB
Tangisan Ibu yang Tiap Malam Anaknya Dijemput Om Om. Ilustrasi Fajar/Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Entah moral pendidikan yang bagaimana yang bikin Karin, 52, menyesal. Ia dan suaminya, Donwori, 59, merasa gagal mendidik kedua anak mereka.

Keduanya pun menantang bercerai jika kedua anaknya tidak kembali ke jalan yang benar.

BACA JUGA: Ikhlas Dipoligami demi Tante yang Terserang Kanker

Umi Hany Akasah - Radar Surabaya

Karin dan Donwori membawa kedua anaknya ke Pengadilan Agama (PA), Klas 1A Surabaya, Jumat (3/2).

BACA JUGA: Tetap Sayang Hasil Pembuahan Tetangga

Dengan raut wajah marah dan sedih, Karin mengaku akan berpisah dengan ayah mereka.

”Ibu iki nelongso. Isin nak,” kata Karin menangis.

BACA JUGA: 14 Tahun Terbongkar, 3 Anak Itu Pembuahan Tetangga

Terlihat sangat emosi, Karin pun langsung masuk untuk mengambil formulir gugatan cerainya. Kedua anaknya hanya melongo.

Tampaknya kedua anak Karin memang sudah mati rasa. Mereka tidak melakukan penolakan terhadap ancaman Karin yang ingin menceraikan suaminya, Donwori.

Proses pun berjalan. Donwori membiarkan istrinya mendaftarkan gugatan cerai.

Ketika mengisi formulir gugatan cerai, Karin menceritakan kisah kehidupannya yang penuh liku. Dulu, ia hanyalah anak yatim piatu.

Hidup bersama neneknya yang menjual jamu. Hingga akhirnya ia meneruskan jualan jamu.

Merasa sangat sedih tak punya orang tua, Karin pun sangat menyayangi kedua anaknya.

Karin dan suaminya berjualan jamu pagi sampai siang dengan keliling wilayah Kenjeran. Malamnya, ia membuka gerai di depan gang rumahnya di kawasan Kali Kedinding Surabaya.

Ternyata kesibukannya bekerja membuat anaknya terpengaruh lingkungan. ”Saya ndak
tahu, anak pertama saya nakal begitu. Kalau malam dijemput om-om. Sering saya kunci di rumah tapi tetap bisa lari. Saya sampai kehabisan akal dan hanya bisa berdoa,” jelasnya.

Sedangkan putra keduanya menikah muda karena menghamili tetangganya. Lulus SMA,
anak keduanya kerja sebagai sales.

Namun, setelah menikah justru dia tak mau bekerja. Ia hanya tidur di rumah mertuanya yang bersebelahan dengan rumahnya.

”Saya itu dilabrak terus sama besan. Sudah saya marahi, tapi saya dan suami
enggak bisa berbuat apa-apa,” jelasnya.

Begitu pula dengan Donwori. Ia hanya menangis. Donwori merasa kemarahannya sudah habis buat anak-anaknya.

Donwori hanya bisa pasrah dengan rumah tangganya yang sudah diujung tanduk.

”Saya akan ngontrak. Saya tidak kuat melihat anak wanita saya ditiduri orang tiap hari, malu juga punya anak lanang malas,” pungkasnya.

Sementara itu, kedua anaknya justru tidak memperhatikan kedua orang tuanya yang akan bercerai gara-gara mereka.

”Biarin aja. Lha wong wes podo tuek,” ujar putrinya cuek, sebut Sephia, 22.

(no/jpg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Petaka Ritual Mandi Kembang Tengah Malam


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler