JAKARTA - Kelalaian sipir di Rutan Baloi, Batam diduga menjadi penyebab kaburnya 11 tahanan titipan kepolisian. Namun demikian kelalaian itu diharapkan tidak dijadikan satu-satunya penyebab tahanan kabur setelah sempat menyandera sipir.
Menurut anggota Komisi III DPR, Aboebakar al-Habsy, dilihat dari pemicu kaburnya tahanan antara di Rutan Baloi Batam dengan Lapas Tanjung Gusta Medan memang berbeda. Di Batam, tahanan kabur karena sipir lalai mengunci sel lagi. Sedangkan di Tanjung Gusta, ratusan napi kabur karena terpicu matinya listrik dan terhentinya pasokan air.
Namun, Aboebakar melihat ada kesamaan hal dalam kasus Batam dan Tanjung Gusta. "Bila ditelisik bisa jadi motivasinya sama, yaitu soal PP 99 Tahun 2012 yang membatasi remisi untuk para tahanan narkoba," katanya kepada JPNN, Kamis (18/7) dini hari.
Menurut politikus PKS itu, kebanyakan penghuni lapas Tanjung Gusta yang kabur adalah napi kasus narkoba. Di Rutan Baloi, lanjutnya, tahanan yang kabur juga karena mayoritas terjerat kasus narkoba.
"Jadi Tanjung Gusta itu polanya sama dengan yang terjadi di Rutan Batam, 12 orang yang melarikan diri semuaya berasal dari kasus narkoba. Padahal sel yang lupa dikunci ada 30 orang, tapi yang melakukan aksi ini hanya 12 orang saja, tidak sampai separuhnya," kata Aboebakar yang mengaku terus memantau perkembangan penanganan kasus tahanan kabur itu.
Karenanya Aboebakar melihat adanya kesamaan motif dalam kasus Batam dan Tanjung Gusta. Yaitu karena para napi narkoba merasa frustasi dengan tidak adanya fasilitas remisi dan lainnya karena terbitnya PP 99 Tahun 2012.
"Saya rasa ini perlu ada perhatian khusus dan kajian yang mendalam, sehingga diperoleh hasil yang ilmiah. Jangan sampai PP 99 membuat napi menjadi agresif karena frustasi, harus ada langkah kongkrit dari Kemenkumham soal ini," cetusnya.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Selesai Tidak Selesai, H-10 Pantura Bebas Dari Proyek PU
Redaktur : Tim Redaksi