Tangkapan Nelayan Jauh dari Target

Minggu, 14 Oktober 2012 – 09:16 WIB
CIREBON- Kondisi perairan Kota Cirebon sudah mulai rusak. Selain karena sedimentasi, operasi ikan dengan menggunakan alat tangkap yang dilarang, dan kurangnya hutan mangrove menjadi beberapa penyebab kerusakan laut. Akibat kerusakan tersebut, nelayan menjadi tidak sejahtera. Karena hasil tangkapan yang sedikit.
 
Kepala Seksi Perikanan Bidang Kelautan Perikanan Dinas Kelautan Perikanan Peternakan Kehutanan dan Pertanian (DKP3) Kota Cirebon, Dr Dedi Supriadi APi MM menyatakan, hasil tangkapan nelayan Kota Cirebon sangat kurang jauh dari target.

Meskipun hasil tangkapan mereka mencukupi kebutuhan ikan di Kota Cirebon, namun, produktifitas nelayan kecil tidak maksimal akibat kondisi perairan Cirebon yang tidak bagus.

“Ini di antaranya karena pengaruh sedimentasi, operasi alat tangkap yang dilarang, berkurangnya hutan mangrove dan pencemaran lingkungan,” katanya kepada Radar, kemarin.

Dedi menyebutkan, dalam data nelayan kecil di Kota Cirebon hanya memiliki 166 kapal kecil. Berdasarkan aturan yang berlaku, jarak operasi penangkapan nelayan kecil di jalur 1A hanya 0 sampai 2 mil. Sedangkan untuk 1B mencapai 2 sampai 4 mil. Jika nelayan kecil itu masuk ke jalur 2, maka memiliki daya jelajah 4 hingga 12 mil.

Sementara, lanjutnya, nelayan kecil di Kota Cirebon hanya mampu berjelajah hanya pada jalur 1A. Kerusakan perairan laut, menjadikan lahan tempat mencari ikan semakin sempit. Sedangkan, kapal nelayan kecil cukup banyak.

Karena itu, ia pesimis nelayan kecil bisa sejahtera. Mengingat, alat yang digunakan tidak maksimal dan kondisi lingkungan rusak.

“Hutan bakau semakin berkurang. Padahal, hutan bakau menjadi rumahnya ikan. Alat yang dilarang dan masih digunakan, akan merusak ekosistem ikan dan membuat ikan semakin ke tengah. Imbasnya, tangkapan nelayan kecil semakin berkurang,” paparnya.    

Ditambah pencemaran dari limbah pabrik, batubara, dan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, akan membuat nelayan semakin menderita dari tahun ke tahun. Karena itu, diperlukan adanya pemberdayaan keluarga nelayan secara ekonomi.

“Itu bisa dilakukan. Kita gerak bersama, dari Bekasi hingga Cirebon berkumpul membahas program lima tahun agar ekosistem laut dan nelayan meningkat baik,” usulnya. Langkah ini, ucapnya, sudah dilakukan di kampung nelayan Cangkol dengan membuat rumah ikan. Hasilnya, mereka juara 1 tingkat nasional.

Meski demikian, jika dibandingkan standar nasional tentang tingkat konsumsi ikan yang mencapai 26 kg/kapita/tahun, tahun 2011 tingkat konsumsi ikan di Kota Cirebon mengalami kenaikan menjadi 33,80 kg/kapita/tahun atau naik dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 31 kg/kapita/tahun. Peningkatan tersebut karena masyarakat sudah mengetahui manfaat ikan.

“Ikan juga dijadikan olahan seperti nugget, baso dan makanan kesukaan masyarakat,” ujarnya. Targetnya, tingkat konsumsi ikan setiap tahun mengalami kenaikan satu digit.

Seorang nelayan kecil di Kota Cirebon, Budianto menuturkan, program pemerintah untuk pemberdayaan dan konservasi air laut, bisa menjadikan tingkat tangkapan nelayan kecil seperti dirinya menjadi lebih meningkat.

Sebab, dengan hutan bakau yang bertambah, perairan tidak tercemar, dan alat tangkap sesuai standar, hal itu diyakini sedikit demi sedikit akan mengembalikan ekosistem laut menjadi lebih baik.

Jika itu terjadi, Budianto dan kawan-kawan sesama nelayan kecil tidak akan mengalami penurunan hasil tangkapan setiap tahunnya. “Semakin kesini semakin kurang. Ikan jadi lebih ke tengah, sementara kita hanya mencari ikan di pinggiran saja,” ujarnya. (ysf)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sudah di Berau, Pesawat Balik ke Balikpapan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler