jpnn.com - DIPONEGORO – Kondisi terakhir gunung vulkanik Tangkuban Perahu yang beberapa hari terakhir berstatus waspada, berangsur-angsur memulih ke kondisi normal. Namun begitu hingga kemarin Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana geologi (PVMBG) masih belum menurunkan status gunung yang berada di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang ini ke level normal.
Ditemui di kantornya, Jalan Diponegoro, kemarin (18/10), Pejabat Pelaksana Bidang Penyelidikan Pengamatan Gunung Api PVMBG, I Gede Suantika menuturkan, normalnya aktivitas Gunung Tangkuban Parahu dideteksi dari hasil pengukuran deformasi yang menunjukkan deflasi atau mulai mengkerutnya gunung. Deflasi ini, kata Gede, menunjukkan tidak ada tekanan dari bawah gunung.
BACA JUGA: Heboh, Pohon Nangka Keluar Nira
“Deflasi ini seolah menuju kestabilan Gunung Tangkuban Parahu,” kata Gede.
Tetapi, untuk menurunkan status Gunung ke status normal, Gede mengaku pihaknya masih harus melakukan serangkaian proses evaluasi. Untuk diketahui, PVMBG telah menaikkan status Gunung Tangkuban Parahu dari normal ke waspada, sejak 5 Oktober lalu.
BACA JUGA: Ribuan Penerima BLSM Tunggu Pencairan
“Minggu depan kita evaluasi lagi untuk ditentukan masih Waspada atau Normal. Minggu kemarin kita masih ragu-ragu (untuk menurunkan status). Pengamatan pun akan terus dilakukan secara intensif hingga dua hari ke depan. Sehingga Senin (21/10) diharapkan evaluasi sudah bisa dilakukan dan diambil keputusan soal status Tangkuban Parahu,” jelasnya.
Disinggung mengenai gas yang keluar dari kawah Tangkuban Parahu, Gede menuturkan, saat ini, kadar SO2 masih di atas ambang batas dengan 6,6 ppm dari kadar normal yang seharusnya 2 ppm. Sedangkan untuk kadar H2S atau Hydrogen Sulfide saat ini ada pada angka 3 ppm. Angka itu masih berada pada ambang batas normal. Kadar ambang batas dikatakan di atas normal jika di atas 10 ppm.
BACA JUGA: TNI AU Datangkan Pesawat Tempur ke Papua
“Walaupun H2S normal, tapi gas di sana masih bahaya karena SO2 masih di atas ambang batas normal. Kalau dihirup ya bisa pingsan,” kata Gede seraya menuturkan, kandungan SO2 dan H2S di lokasi terbilang fluktuatif.
Adapun kondisi terakhir Tangkuban Parahu, kata Gede, masih terjadi tremor. Menurutnya, catatan dari pukul 00.00 hingga 06.00 kemarin, tremor di lokasi mencapai rata-rata 5 milimeter apmlitudonya dengan durasi tak sampai 6 jam. Ini dinilai menurun jika dibanding beberapa hari sebelumnya yang mencapai 8 sampai 10 milimeter.
“Kita harapkan normal ke 1 sampai 0,5 milimeter. Kalau sudah sampai segitu, sudah normal. Kita harapkan dalam waktu dekat ini ada penurunan status,” pungkasnya. (fan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Keluhkan Razia Mobil Malaysia
Redaktur : Tim Redaksi