jpnn.com, JAKARTA - Asia Philanthropy Circle (APC) merilis hasil Studi Lanskap Pengembangan Anak Usia Dini Regional.
Studi ini adalah yang pertama dalam jenisnya dan merupakan pemetaan paling komprehensif hingga saat ini tentang program pengasuhan serta pengembangan anak usia dini di seluruh Asia, dengan fokus khusus pada Tiongkok, Singapura, Indonesia, dan Filipina.
BACA JUGA: Buku Stunting-pedia Tanoto Foundation, Pencegahan & Pengendalian Stunting
Studi ini dilakukan oleh Centre for Evidence and Implementation (CEI), didukung Tanoto Foundation dan anggota APC lainnya serta para dermawan di wilayah tersebut.
Temuan studi menunjukkan bahwa di keempat negara tersebut, terdapat peningkatan yang nyata dalam komitmen pemerintah untuk memberikan dukungan holistik kepada anak-anak, keluarga, dan masyarakat.
BACA JUGA: Tanoto Foundation Ungkap Komitmennya Mengatasi Masalah Stunting, Hasilnya Nyata
Hal ini terlihat dari kebijakan dan undang-undang yang ada, serta investasi signifikan dalam bidang kesehatan dan pendidikan awal.
Namun, studi juga menunjukkan bahwa meskipun kebijakan nasional telah ada, terdapat tantangan dalam implementasi lokal, termasuk kurangnya pembiayaan yang berkelanjutan, kapasitas dan pengetahuan di sektor tersebut, serta hambatan sosial-ekonomi dan budaya lainnya.
BACA JUGA: Tanoto Foundation Dukung Pemda Tingkatkan Kualitas Pendidikan Dasar, Cegah StuntingÂ
Anggota Dewan Wali Amanat Tanoto Foundation Belinda Tanoto mengatakan periode awal perkembangan anak sangat penting dan akan memiliki dampak jangka panjang di masa depan.
"Kami ingin mendukung penelitian ini untuk lebih memahami kebutuhan sistem pengembangan anak usia dini di negara-negara ini," kata Belinda Tanoto dalam keterangannya, Jumat (7/7).
Tujuan penelitian ini, lanjutnya, sejalan dengan upaya Tanoto Foundation (TF) untuk mendorong dukungan terhadap inisiatif yang mempromosikan pengembangan anak usia dini berkualitas di seluruh wilayah.
TF, organisasi filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada 1981, adalah organisasi pertama yang mendekati APC untuk mengusulkan studi regional guna lebih memahami kesenjangan dan mengidentifikasi potensi kerja sama dalam bidang pengembangan anak usia dini.
"Filantropi di seluruh Asia, termasuk anggota-anggota APC, telah melakukan banyak pekerjaan dalam bidang anak usia dini, tetapi dengan memahami pemetaannya memungkinkan semua pihak menjadi lebih strategis dalam program-programnya," kata Chief Operating Officer Asia Philanthropy Circle Stacey Choe.
Penelitian ini, sambungnya ,membantu organisasi filantropi untuk menggali isu-isu yang belum ditangani dan menemukan area-area di mana bisa bekerja sama untuk menciptakan dampak yang lebih besar.
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan panduan kepada para donor, penyedia layanan, lembaga pemerintah, dan pemangku kepentingan utama lainnya terkait kesenjangan-kesenjangan tersebut yang membutuhkan intervensi lebih lanjut, serta memberikan rekomendasi di sektor-sektor mana kerja sama dapat dilakukan untuk memperkuat dan meningkatkan hasil di area tersebut.
"Tanpa pemahaman yang jelas tentang situasi saat ini di suatu negara atau wilayah, para pemangku kepentingan sering bekerja secara terfragmentasi atau tidak terkoordinasi, menggandakan upaya atau menginvestasikan dana pada program-program yang tidak memenuhi kebutuhan masyarakat dengan baik," kata Dr. Gayatri Kembhavi-Tam, Associate Director, CEI, yang memimpin studi ini.
Pengembangan anak usia dini menjadi dasar bagi perkembangan fisik, emosional, dan intelektual anak yang baik, dan merupakan indikator kuat untuk perkembangan jangka panjang.
Bukti terbaru menunjukkan bahwa untuk memberikan pengasuhan yang baik pada masa awal kehidupan anak membutuhkan akses kepada program dan layanan komprehensif antara masa kelahiran hingga usia enam tahun yang meliputi kebutuhan kesehatan dan perkembangan mereka, termasuk pendidikan awal.
Studi ini dilakukan selama satu tahun pada 2022. Menguji total 276 program, 145 kebijakan nasional dan sub-nasional terkait pengembangan anak usia dini di keempat negara.
Selain itu, CEI juga melakukan wawancara dengan 52 pemangku kepentingan dari pemerintah, akademisi, organisasi non-pemerintah, dan organisasi filantropi.
Studi ini merupakan hasil kolaborasi regional yang dipimpin oleh APC bekerja sama dengan CEI dan Centre for Holistic Initiatives for Learning and Development (CHILD).
Didukung juga oleh 11 anggota APC dan organisasi filantropi di seluruh wilayah, termasuk Tanoto Foundation, Ayala Foundation (Filipina), Yayasan Bakti Barito (Indonesia), Djarum Foundation (Indonesia), Knowledge Channel Foundation (Filipina), IshK Tolaram Foundation (Indonesia).
Kemudian, Li Foundation (Singapura), Nomura (Singapura), Quantedge Advancement Initiative (Singapura), Ramon Aboitiz Foundation (Filipina), dan Zuellig Family Foundation (Filipina). (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad