Tantangan Pendidikan Tinggi di Era AI, Universitas Pancasila Siapkan Lulusan Unggul

Jumat, 25 Oktober 2024 – 09:38 WIB
Rektor Universitas Pancasila Prof Marsudi Wahyu Kisworo menerima bingkisan dari Gerai Lengkong yang diserahkan Ketum PERPINA Veve Safitri (tengah). Foto: Mesya/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Rektor Universitas Pancasila Prof Marsudi Wahyu Kisworo mengungkapkan dunia pendidikan tinggi menghadapi tantangan besar di tengah pesatnya kemajuan teknologi, seperti kecerdasan buatan (AI) dan robotik.

Menurut Prof Marsudi, banyak bidang pekerjaan yang saat ini bisa digantikan oleh mesin yang menuntut perguruan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang siap bersaing di era otomatisasi ini.

BACA JUGA: Keluarga Alumni Universitas Pancasila Berbagi Berkah Ramadan, Bagikan Paket Sembako Menjelang Lebaran

“Tantangan terbesar dunia pendidikan tinggi adalah bagaimana menghasilkan lulusan yang bidang pekerjaannya tidak bisa digantikan oleh mesin,” ucap Prof Marsudi dalam Talkshow Dies Natalis ke-58 Universitas Pancasila, Jakarta, Kamis (24/10).

Profesi-profesi seperti pekerja di bank, analis riset pasar, kasir, dan sopir taksi terancam tergantikan oleh AI dan robotik.

BACA JUGA: Mengenang Fethullah Gülen, Pejuang Pendidikan Turki yang Menginspirasi Dunia

Namun, kewirausahaan dan pekerjaan yang memerlukan kreativitas tinggi diprediksi akan tetap bertahan.

“Yang tidak bisa digantikan mesin salah satunya adalah kewirausahaan. Anda coba lihat di pusat perbelanjaan banyak yang tutup, tetapi untuk kewirausahaan tidak bisa diganti,” tambahnya.

BACA JUGA: Kemendikbudristek & Kemenag Memberantas 3 Dosa Besar di Lingkungan Pendidikan Tinggi 

Prof Marsudi menekankan mahasiswa harus mempersiapkan diri untuk masa depan, di mana banyak profesi akan tergeser oleh mesin.

Pada 2030, ujarnya, sekitar 30 juta pekerjaan di Indonesia akan tergantikan oleh mesin, tetapi akan muncul 60 juta pekerjaan baru.

Mahasiswa harus siap menghadapi perubahan ini.

Selain kewirausahaan, sektor lingkungan, seperti pengelolaan sampah juga tetap membutuhkan peran manusia.

“Sebagai contoh itu limbah, di negara lain ada yang sudah berhasil mengubah limbah kotoran menjadi biskuit dengan rasa yang enak,” jelas Prof Marsudi.

Pada acara yang sama, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perkumpulan Perempuan Pemimpin Indonesia (PERPINA) turut memberikan pembekalan kepada mahasiswa UP mengenai cara menjadi entrepreneur yang sukses.

“Terima kasih kepada PERPINA yang membagikan pengalaman dan kiat-kiat menjadi entrepreneur yang sukses di bidangnya masing-masing," kata Prof Marsudi.

Salah satu pembicara, Hj. Lista Hurustiati, pendiri Gerai Lengkong membagikan kisah suksesnya dalam mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

“Gerai Lengkong lahir tahun 2020, ketika Covid-19 baru melanda. Saya berpikir dan berinisiatif untuk membantu mereka sehingga membuka gerai guna menampung produk usaha mereka,” tuturnya.

Dimulai dari kios kecil dengan hanya 10 UMKM, Gerai Lengkong kini telah berkembang dengan 185 supplier UMKM dan menghasilkan berbagai produk unggulan, seperti Kembang Goyang Ningnong dan Keripik Tempe Macaca.

“Ini awalnya dari hobi dan niat membantu UMKM, kemudian menjadi sumber penghasilan,” pungkas Lista. (esy/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler