jpnn.com, JAKARTA - Senin pagi kemarin saya mendapat link berita "Copet Transjakarta dipajang dalam keadaan telanjang di halte J Harmoni". Disertai foto orang itu, ES, saat dia dalam keadaan telanjang sedang dipajang.
Saya marah bercampur sedih. Saya membatin seandainya saat kejadian saya ada disitu maka akan saya berikan uang secukupnya untuk orang tua itu. Saya ajak dia makan. Saya mau tahu apa yang mendorongnya harus mencuri?
BACA JUGA: Metro Mini Tabrak Pejalan Kaki di Jalur Transjakarta
ES sudah berunur 51 tahun. Bukan usia yang muda lagi. Ia ditelanjangi dan dipajang hanya memakai celana dalam dengan memikul papan bertuliskan "Saya Copet".
Hukuman sosial yang tidak berperikemanusiaan dengan cepat kita berikan. Padahal pernakah kita bertanya apa yang menyebabkan ia terpaksa mencuri. Bagaimana keluarganya dirumah.
BACA JUGA: Pengusaha Angkot: Kebijakan Pemprov DKI Membunuh Kami
Apakah mereka sudah makan. Atau mungkin HP itu ia curi untuk membayar biaya rumah sakit. Apalagi yang ia curi hanya handphone yang tidak lebih dari 2 atau 3 jutaan. Disini ada ketidakadilan yang menimpa ES.
Rasa kemanusiaan saya sangat tidak terima dengan perlakuan kalian saudara-saudaraku terhadap orang tua seperti ES karena saya yakin dia mencuri bukan untuk menimbun kekayaaan atau berpesta pora, bisa jadi ia terpaksa mencuri karena lapar atau kehabisan uang untuk pulang ke rumahnya.
BACA JUGA: Pengeroyok Petugas Transjakarta Terancam 9 Tahun Bui
Saya pahami bahwa mencuri itu tidak baik, tapi kita juga harus adil dalam membalas perbuatannya, cukup dengan membawanya ke kantor polisi terdekat.
Itu cara kita mengingatkan ES bahwa perbuatannya itu salah. Karena cara menelanjangi orang tua seperti itu terlalu keji jika dibandingkan dengan kadar perbuatannya.
Justru aksi ES itu klimaks dari ketidakadilan dan ketidakhadiran negara dalam memastikan warga negaranya hidup aman, nyaman dan tentram.
Pertanyaan besar yang harus kita teriakan bersama-sama, dimana fungsi negara, dimana tanggungjawab negara, apakah Pasal 33 UUD 1945 sudah dijalankan dengan baik. Jika harus kita marah dan kita hukum adalah para penyelenggara negara karena ES adalah potret ketidakbecusan mereka melayani rakyatnya.
Saya mau tantang kalian yang kemarin menelanjangi ES di halte Harmoni. Jika kalian marah dan murka pada pencuri, maka hari ini, saya mau ingatkan bahwa ada Pencuri
Paling Berbahaya yang telah mencuri Triliunan Rupiah dari Kantong Ibu Pertiwi. Mereka adalah Para Pencuri E-KTP, BLBI, Trans Jakarta, Sumber Waras. Reklamasi.
Uang yang mereka curi lebih besar nilainya dari HP yang dicuri ES. Sudah pasti triliunan rupiah itu untuk menimbun kekayaan, membangun bisnis, bahkan mungkin membiayai selingkuhan, menikmati seks dari hotel bintang lima ibaratnya sampai ke bulan.
Jika kepada ES yang kecil dan miskin kalian berani menelanjanginya dan pajang di halte maka saya yakin kalian juga bisa menghukum bahkan menyeret gerombolan Maling Triliunan ke Jalan Sudirman sampai Thamrin dengan telanjang lalu kita ludahi sama-sama. Sekali lagi saya tantang kalian yang kemarin di halte Harmoni.!!!
Korupsi triliunan itu bukan saja pencuri biasa tapi dia adalah penjahat yang lebih mematikan karena dampak dari perbuatannyalah negeri ini menjadi miskin yang salah satu penduduknya adalah ES yang kemarin ditelanjangi.
"ES adalah KITA, Koruptor Triliunan Musuh KITA."
Menteng, 13 Maret 2017
*) Alumni FH Unhas Makassar, Sulawesi Selatan
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tegur Pengendara Motor Masuk Jalur TJ, Susilo Dikeroyok
Redaktur : Tim Redaksi