jpnn.com, JAKARTA - Pascapidato Ketua Bank Sentral AS Jerome Powell Kamis (23/9) dini hari, sejumlah pihak meramalkan nasib rupiah jika genderang tapering ditabuh oleh The Fed.
DBS Group Research memprediksi mata uang Garuda akan stabil antara Rp 14 ribu hingga Rp 15 ribu per USD hingga 2022.
BACA JUGA: Kekhawatiran Efek Evergrande Mereda, Rupiah Hari Ini Merangkak Naik
DBS merilis data tersebut berdasarkan pengataman akan ketahanan eksternal yang meningkat di tengah tantangan taper tantrum.
Ekonom Senior DBS Group Research Radhika Rao mengatakan nilai tukar rupiah telah berhasil melewati berbagai gejolak sejak tekanan akibat perang dagang AS-China pada 2018.
BACA JUGA: Rupiah Hari Ini Ditutup Melemah, BI Siaga Hadapi Tapering Off The Fed
Kurs rupiah juga tetap stabil menghadapi gejolak pasar keuangan karena pandemi COVID-19.
Bahkan, rupiah mampu bertahan saat sinyalemen dari kebijakan Bank Sentral AS The Fed yang cenderung “keras” sejak Juni 2021.
“Kami memperkirakan rupiah akan stabil antara Rp 14.000 dan Rp 15.000 per USD hingga 2022,” ujar Radhika.
DBS menyebut Indonesia saat ini tidak identik dengan ketidakseimbangan makro-ekonomi.
“Berbeda dengan episode taper tantrum 2013, Rupiah tidak dirugikan oleh ketidakseimbangan makro ekonomi saat ini,” tulis DBS dalam poin ringkasan kajiannya.
Grup ekonom dari bank asal Singapura itu menyebutkan beberapa indikator makro ekonomi tidak seburuk 2013.
Rdhika membeberkan inflasi inti yang berada di bawah target resmi Bank Indonesia 2-4 persen, dan defisit transaksi berjalan Indonesia tidak seburuk pada 2013.
“Lembaga pemeringkat (rating agency) menaruh perhatian pada komitmen pemerintah untuk melakukan konsolidasi fiskal pascaskema berbagi beban fiskal untuk memerangi pandemi,” ujar DBS. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia