Tarakan Mencekam...

Dipicu Persoalan Sepele, Memakan Korban

Selasa, 28 September 2010 – 01:12 WIB
DIKAWAL : Iring-iringan warga yang membawa jenazah korban dikawal kepolisian. (Foto Anthon Joy/Radar Tarakan)

TARAKAN – Sepanjang Senin (27/9), suasana mencekam akibat kerusuhan melanda Tarakan, Kalimantan TimurBeberapa warga dengan senjata tajam di tangan melakukan aksi sweeping terhadap warga lainnya

BACA JUGA: Pemda Dievaluasi, Mayoritas Provinsi Berkinerja Tinggi

Dua rumah juga dibakar massa dan 4 rumah lainnya rusak


Rusuh dipicu atas tewasnya Abdullah bin H Salim (58) karena dikeroyok 6 pemuda di wilayah Juata Permai, Tarakan Utara

BACA JUGA: Ditunggu, Laporan Pengawasan Pendataan Honorer

Meninggalnya Abdullah Bin H
Salim ini terjadi pada Minggu malam, atau Senin (27/9) dinihari, setelah sebelumnya terjadi pertengkaran antara anak Abdullah bin H Salim yang bernama Abdul Rahman dengan 6 pemuda

BACA JUGA: Nama Sekkot Tomohon Diseret

Pertengkaran terjadi usai Abdul Rahman membeli rokok sekitar pukul 22.00, Minggu (26/9) malam lalu. 

Setibanya di rumah, Rahman menceritakan kronologis kejadian pada Minggu malam ituAwalnya ia berniat membeli rokok di salah satu toko di pinggir jalan utama, di dekat jalan masuk kantor Kelurahan Juata PermaiSetelah membeli rokok, Rahman yang saat itu bersama rekannya bernama Jay, menanyakan keberadaan rekannya bernama Ruri kepada 6 pemuda itu“Saya cuma cari Ruri, tapi tidak adaMereka (6 orang) langsung memukul saya,” kata Rahman yang menderita luka-luka di bagian muka dan pergelangan tangan kanannya.

Di saat kejadian itu, Jay lantas balik ke rumahnya di wilayah Belalung, untuk mengabarkan kejadian ini kepada salah satu keluarganya, Lili Sutrisna, dan ayah Rahman, (almarhum) Abdullah Bin HSalimDikatakan Lili, awalnya hanya ia yang ingin melihat Rahman di lokasi ituNamun ayah Rahman, Abdullah, juga ingin sekali ikut“Kami sudah tahan agar beliau (almarhum) tidak ikutTapi tetap saja mauPas kami sampai disana, Rahman sudah babak belurAlmarhum juga kena sabetan parang,” ujar Lili Sutrisna yang mengaku menerima pukulan di wajahnya saat kejadian itu

Rahman sendiri mengaku sudah tidak mengetahui apa-apa lagi pasca pertengkaran itu“Setelah saya diantar ke rumah, saya langsung dibawa ke rumah sakitJadi saya tidak tahu apa-apa lagi,” katanya seperti dikutip Radar Tarakan (grup JPNN).

Kejadian ini memicu kemarahan etnis TidungSanak keluarga dan warga dari Persatuan Suku Asli Kalimantan Timur (Pusaka) tumpah ruah di kediaman keluarga korban di wilayah Belalung, Juata Permai, kemarin pagi sebelum dikebumikan di Gunung Daeng, Sebengkok Tiram pukul 15.00

Kepala Adat Besar Dayak Tidung Kalimantan, Haji Mochtar Basry Idris yang turut hadir di kediaman korban, mengatakan, kasus yang sampai menghilangkan nyawa itu sebenarnya tidak perlu terjadi jika pihak kepolisian segera merespon aduan-aduan yang sering disampaikan oleh warga asli Kalimantan“Banyak laporan-laporan yang belum direspon polisiSaya minta atas nama adat Dayak Tidung, kasus ini dan kasus lainnya yang terjadi sebelumnya segera ditindakDaftar nama-nama pelaku yang diduga ada delapan orang, sudah ada di tangan kamiKalau polisi tidak berhasil menangkap, akan kami selesaikan secara adat,” tegasnya.

Namun tokoh adat Dayak Tidung ini berharap agar kejadian itu tidak sampai terjadiMeski begitu, polisi harus dapat segera bertindak mengusut kejadian ini dan menangkap pelaku pengroyokan atas Rahman, Lili Sutrisna, dan almarhum Abdullah Bin HSalim“Kalau sudah diselesaikan secara adat, mati akan dibalas matiKami harap jangan seperti inilahKalau alasan polisi pelaku lari, ya diusahakan dicari,” harapnya.

Salah satu tokoh masyarakat Tidung yang juga anggota DPRD Tarakan, Haji Fadlan Hamid, mengatakan bahwa kejadian itu merupakan suatu tragedi baru lagi di antara banyaknya tragedi yang selalu terulang terhadap masyarakat asli Kalimantan“Ini selalu terulangBagaimana tidakan aparat? Kalau tidak sanggup saya yakin masyarakat Tidung dapat menyelesaikan caranya sendiri,” kata Fadlan yang turut hadir di kediaman korban kemarin pagi“Apalagi ini awalnya sepele, tapi sampai mengorbankan nyawa,” sambungnya.

Karena itu Fadlan pun berharap agar beberapa kejadian yang melibatkan warga Tidung, sudah harus ditemukan titik terangnyaMulai dari kejadian di Amal, Juata, dan lainnya harus terungkap pelakunya“Kalau dipendam terus, bisa-bisa meledakJadi harus ditindak seriusKami menanti tindakan aparatur, tapi bukan tanpa batas, berbulan-bulan atau bertahun-tahunHarus ada batasnyaKami inginkan secepatnya selesai dalam hitungan hari,” harapnya.

Salah satu masyarakat Tidung, HAbdul Majid Arhan, mengharapkan agar dari pertikaian ini ada solusi terbaik yang didapatkan“Kita ingin solusi terbaikKami harap saudara-saudaraku yang datang, haruslah menghargai pepatah, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung,” kata Abdul Majid Arhan.

Menurutnya, sebagai sesama masyarakat yang mencari nafkah di Tarakan, warga pendatang haruslah berterima kasih dengan penduduk asli Kalimantan sehingga terjalin kebersamaan antar penduduk asli dengan pendatang“Tapi kenyataannya, beberapa orang bertindak kasarPadahal satu agama dengan kamiBegitu juga agama lainKita juga berharap pemerintah bertidak tegas atas kejadian-kejadian ini,” harapnya

Abdul Majid Arhan juga menuturkan, alangkah indahnya sebuah kehidupan jika aturan-aturan yang ada dijalankan masyarakat, sehingga kelalaian-kelalaian yang timbul kemudian karena melanggar aturan, tidak terjadi lagi“Dari kami, pernyataan nyawa dibalas nyawa itu hanya bahasa emosionalKami mau hukum ditegakkan, apalagi sampai berujung kematianKami cuma mau cari pelaku jika polisi tidak sanggup, bukan yang lain,” tuturnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Adat Tidung, HAhmad Sulaiman, berharap agar kejadian ini tidak terulang lagi“Pedihnya sangat pedihTerlebih lagi jika tidak ada tindakan aparatMemang mungkin saya aparat bekerja, namun belum dapat-dapat pelakunyaTapi harapan kami bisa segera ditindak pelakunyaKami tetap sabar,” ujar Ahmad yang juga warga Selumit(ash/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Diperiksa Empat Jam, Wako Tomohon Pilih Bungkam


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler