"Kami underground. Kami berdiri sendiri tidak ada pimpinan, amir dan tidak ada suatu baiat. Kami mengucapkan, kami melakukan itu dari buku karangan Ustad Alwan, dia murid dari Amar Abdurahmman sendiri,"ujar Bayu dalam video testimoninya di Jakarta, Kamis (6/9).
Bayu lalu menceritakan awal mula ia berkecimpung dalam jaringan radikal itu. Bayu mengaku ikhwal ia mengenal tentang jihad dalam ajaran Islam pada tahun 2007. Saat itu ia bekerja di pondok pesantren dan mengenal banyak santri. Di situlah ia mempelajari semua tentang Islam dan minta pendampingan.
"Saya ingin mempelajari tentang Islam sebaik-baiknya. Setelah itu, dari waktu ke waktu, saya lulus 2010. Selesai pengabdian Muchsin dan Firman ketemu pada tahun 2011. Saat pertama ketemu firman dia membicarakan khalaqoh (seminar ala pesantren),"papar Bayu.
Ia bersama Muchsin, dan Firman serta satu orang lagi yang ia akui tak mengetahui namanya, beberapa kali mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan di Masjid Al Huda itu mereka membahas rencana membuat khalaqoh. Dalam perjalanannya, tahun 2008, Bayu mengaku masuk tim Misbah.
"Kegiatan kami melakukan jihad itu, pertama kali saya ikut pengajian yang dipimpin oleh Sigit Qurdowi. Setelah itu, kami melakukan amal maaruf nahi mungkar. Saya ngikutin pengajian itu selama satu setengah tahun. Mencegah kemungkaran itu,"tuturnya.
Namun, pada akhir 2009 Bayu mengatakan ia memberanikan diri untuk keluar dari tim itu karena ia takut keluarganya dikucilkan masyarakat. Setelah itu, ia ternyata sulit mendapatkan pekerjaan. Ia lalu sempat berpikir untuk bergabung dengan Sigit Qurdowi yang menyelundupkan senjata dari Filipina untuk jaringan teroris di beberapa wilayah.
"Saya cari pekerjaan juga sulit. Saya dengar-dengar selain misbah ada juga jual beli senjata karena dia memberi jalan pada para ikhwan-ikhwan, amaliyah. Sigit memberikan jalan yaitu senjata-senjata dari hasil di Filipina dijual belikan ke Solo, Cirebon, Jakarta, Bekasi," ceritanya.
Setelah itu, video testimoni Bayu sempat terputus dan Bayu terdiam beberapa saat. Dalam lanjutan ceritanya, ia menyebut ia bersama sejumlah rekannya termasuk lulusan alumni Ngruki 2010. Setelah itu rencana mereka adalah memecah belah kota Solo.
"Target kami adalah aparat thogut, aparat polisi itu direncanakan sudah bertahun-tahun. Sekitar tahun 2007-2008 hingga sekarang,"
Rencana itu diperkuat dengan kedatangan salah satu alumni dari Filipina yaitu Farhan yang baru tiba dari Jakarta ke Solo. Menurut Bayu, Farhan berada di Filipina dua tahun. Di sana dia sekolah militer dan pulang ke Indonesia tahun 2012.
"Di situ dia (Farhan) sudah membawa senjata api, 200 amunisi dan granat. Kami lalu rencana membuat pecah Solo dan membuat aparat togut ketakutan. Insya Allah tegaknya syariah Islam. Kami terdiri dari 6 orang. Salah satunya donatur kami dan lima lain adalah alumni Al-Mukmin, Ngruki, Sukoharjo lulusan 2010. Kecuali saya,"pungkas Bayu.
Di antara nama-nama yang ia sebut Farhan dan Muchsin telah tewas dalam aksi baku tembak dengan Detasemen Khusus 88 Antiteror, di Jalan Veteran, Solo, Jumat (31/8). Farhan adalah komandan lapangan dari aksi teror penembakan dan pelemparan granat yang mereka lakukan pada 17,18 dan 30 Agustus 2012 lalu. Bayu sendiri ditangkap di Karanganyar, Jumat pekan lalu. Rekannya Firman di tangkap di Depok pada Rabu pagi (5/9) setelah sempat melarikan diri dari Solo, Jawa Tengah.(flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Eksepsi Ditolak, Persidangan Suap Restitusi Bhakti Investama Berlanjut
Redaktur : Tim Redaksi