Target Pertumbuhan Ekonomi 5,5 Persen Sulit Terwujud

Kamis, 28 Mei 2015 – 21:34 WIB
Target Pertumbuhan Ekonomi 5,5 Persen Sulit Terwujud. Foto JPNN.com

jpnn.com - JPNN.com SURABAYA – Target pertumbuhan ekonomi tahun ini yang dipatok sebesar 5,5 persen tampaknya sulit diwujudkan.

Lantaran memasuki kuartal kedua tahun ini, kondisi perekonomian secara umum masih belum menunjukkan perkembangan yang signifikan.

BACA JUGA: Menteri Desa Ingin Kopi Digarap Serius sebagai Komoditi Unggulan

“Melihat kondisi saat ini, rasanya sulit untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi di angka 5,5 persen. Saya rasa prediksi pertumbuhan ekonomi sekitar 4,7 sampai 4,9 persen,” kata Farial Anwar, pengamat ekonomi dan pasar uang, di Surabaya seperti yang dilansir Radar Surabaya (Jawa Pos Group), Kamis (28/5).

Menurut dia, melihat perekonomian secara makro saat ini, pertumbuhan di angka 4,7 persen dinilai sudah bagus. Sebab, perkembangan ekonomi global di tahun ini juga mengalami perlambatan.

BACA JUGA: Pertamina Gandeng Pelindo II dan ASDP

“Saat ini, AS sudah mulai keluar dari resesi. Mereka diperkirakan akan menaikkan suku bunga sehingga mata uang dolar AS menguat terhadap semua mata uang dunia,” papar direktur Currency Management ini.

Sementara dari sisi perkembangan sektor keuangan di tahun ini, Farial mengamati terjadi banjir capital inflow jangka pendek dari aksi spekulator membeli saham, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan obligasi.

BACA JUGA: Pertamina Medika Disuruh Urusi 70 RS BUMN

Bahkan, indeks harga saham gabungan (IHSG) juga melonjak tajam di level tertinggi 5.523 pada April 2015.

“Namun terjadi anomali di nilai tukar rupiah yang justru terjungkal ke level Rp 13 ribu per USD. Seharusnya, rupiah menguat karena adanya suplai dolar AS dari capital inflow yang masuk ke pasar modal, surat utang, dan SBI,” urainya.

Ia menambahkan, harga komoditas andalan Indonesia di pasar internasional juga masih merosot seperti tembaga yang minus 7,81, batubara minus 12,20, karet minus 29,87, dan kopi yang minus 7,05.

“Selama pemerintah menerapkan rezim devisa bebas dan sistem nilai tukar mengambang, maka rupiah masih mudah guncang,” imbuhnya.

Diakui dia, sebenarnya BI telah mengambil upaya agar rupiah tetap stabil dan pertumbuhan ekonomi mencapai target.

Seperti pembatasan pembelian dolar AS ke nasabah bank maksimal USD 100 ribu per bulan bila, hingga bank dilarang melakukan transaksi valas terhadap rupiah yang terkait structured product. (rud/awa/jay)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Amankan Infrastruktur Telekomunikasi, ATSI - ASPIMTEL Gandeng Polri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler