jpnn.com - REMBANG - PT Semen Indonesia Tbk agresif meningkatkan volume produksi. Produsen semen terbesar di Asia Tenggara itu menargetkan bisa menghasilkan 100 juta ton semen pada 2030. Agar target tercapai, seharusnya dibangun rata-rata 1,5 pabrik setiap tahun.
"Untuk mengejar kapasitas tersebut, pembuatan pabrik tidak hanya dilakukan di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Jumlah tersebut mengikuti hitungan permintaan yang tumbuh 6 persen per tahun," kata Deputy Project Pabrik Semen Rembang Semen Indonesia Ari Wardhana kemarin (14/1).
BACA JUGA: Usai Teror, Kementerian Pariwisata Bakal Belajar ke Thailand
Dia menyatakan, dalam waktu dekat, yang mulai dibangun adalah pabrik di Aceh, Papua, dan Upak. "Kami juga ada rencana untuk pembangunan di Myanmar, tetapi masih terkendala lahan karena di sana kan milik pemerintah. Jadi, kemungkinan melakukan kerja sama atau akuisisi pabrik lokal seperti di Vietnam," ungkapnya.
Salah satu pabrik yang akan beroperasi dalam waktu dekat adalah pabrik semen Rembang pada Oktober 2016. Pabrik itu punya kapasitas produksi 3 juta ton per tahun. "Pembangunan sudah memasuki minggu ke-99 dengan progres 82 persen," tutur dia. Pabrik semen tersebut menelan biaya Rp 4,452 triliun dengan estimasi BEP (break even point) selama 9 tahun 8 bulan. Kebutuhan bahan baku sekitar 3,36 juta ton batu kapur per tahun dengan lahan tambang seluas 525 hektare akan habis dalam waktu 130 tahun.
"Produksi pabrik digunakan untuk memenuhi kebutuhan semen di wilayah Jateng dan Jawa Barat bagian timur. Hasil produksi sudah akan terserap semua di wilayah tersebut," ujarnya. Total kebutuhan semen di Jawa Tengah mencapai 7 juta ton per tahun. Market share Semen Indonesia di Jateng sekitar 40 persen. "Setidaknya kami ingin mempertahankan jumlah tersebut," tuturnya.
BACA JUGA: Kepanikan Pasar Keuangan Hanya Sebentar
Selama ini, kebutuhan semen di wilayah Jateng dipenuhi pabrik di Tuban. Beroperasinya pabrik Rembang membuat kapasitas produksi di Tuban untuk Jateng bisa dialihkan ke ekspor. Kepala Biro Komunikasi Perusahaan Semen Indonesia Sigit Wahono mengatakan, penambahan kapasitas produksi merupakan salah satu strategi untuk mengukuhkan posisi SMGR di Indonesia.
"Kami harus melakukan efisiensi, salah satunya dengan menekan harga di tengah persaingan yang semakin sengit," ujarnya. Beroperasinya pabrik Rembang membuat biaya distribusi ke wilayah Jateng dan Jawa Barat bagian timur bisa ditekan. "Selain itu, mampu mengukuhkan pasar Semen Indonesia di dalam negeri," ungkapnya. Masuknya 4 pemain asing pada 2016 membuat pangsa pasar semen BUMN turun dari 44 persen ke 36 persen. (vir/c11/oki/pda)
BACA JUGA: Lindungi Pekerja, Starbucks Putuskan Tutup Sementara
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rizal Ramli: Akan Terdampak, Tapi Tidak akan Lama
Redaktur : Tim Redaksi