Namun begitu, target tersebut menurut Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (DPP Perhiptani), Isran Noor, masih memungkinkan untuk diraih. Salah satunya dengan meningkatkan kembali peran nyata penyuluh pertanian di lapangan.
“Tahun 1984 lalu kita pernah swasembada pertanian. Dan menurut penelitian Bank Dunia, 60 Persennya itu disebabkan karena adanya peran nyata penyuluh pertanian,” ujar Isran di Jakarta, Kamis (21/1).
Karena itu Perhiptani menurutnya, tahun ini akan lebih giat lagi meningkatkan penyuluhan. Sehingga era kejayaan pertanian Indonesia di tahun 1980-an dapat kembali tercapai. Namun tentu Perhiptani tidak dapat bekerja sendiri. Dibutuhkan peran nyata dari semua pihak, terutama sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. Baik dalam mengelola kebijakan pertanian maupun kepedulian terhadap nasib para penyuluh yang ada.
Menanggapi hal ini, Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriyawan, sebelumnya juga mengakui betapa pentingnya posisi penyuluh pertanian dalam menciptakan keberhasilan program pertanian di Indonesia. Apalagi tidak dipungkiri, pertanian Indonesia saat ini tengah mengalami masa pancaroba dan perubahan iklim global.
“Jadi menghadapi kondisi ini, tentu memerlukan keterlibatan dari penyuluh pertanian yang handal dengan bekal ilmu pengetahuan yang tinggi. Termasuk peran penyuluh pertanian untuk memanfaatkan pola pupuk berimbang sebagai solusi dalam pengembangan pertanian di Indonesia,” ujarnya.
Untuk itu sebagai wujud komitmen menyukseskan target surplus beras 10 juta ton 2014 mendatang, Rusman berharap perhiptani dapat memberikan saran dan masukan. Sehingga capaian program swasembada pangan benar-benar terlaksana dengan baik.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang Diambil Alih RI, Laba Inalum Anjlok
Redaktur : Tim Redaksi