Sebagai pelaku seni, Iga Mawarni menyebut, seni tradisional yang dikemas dengan cara kekinian tidak menjadi masalah. Menurutnya, setiap waktu, selalu ada masa dan era, dimana apresiasi orang akan tumbuh. ‘’Ada kalanya disesuaikan dengan kondisi yang ada. Anak muda sekarang tentu berbeda dengan anak muda dulu. Cara mengapresiasi juga berbeda,’’ kata Iga yang juga seorang penyanyi itu.
Ia menganggap, cara itu baik selama maksud dan tujuan untuk mengenal dan mengajak tanpa paksa tercapai serta tidak menimbulkan kerumitan dalam berpikir. ‘’Dengan cara itu, anak muda akan lebih mudah terpancing untuk menyukai. Jika diberikan tari aslinya, mungkin akan bingung,’’ lanjutnya.
Ia mengingatkan, tari itu merupakan garapan baru. Karena tari aslinya masih ada dan hal itu harus terus ditampilkan agar tidak punah. ‘’Kalau tidak ditunjukkan tarian aslinya, orang-orang bisa saja lupa. Yang diingat hanya tarian yang sudah diperbarui saja,’’ katanya mengingatkan.
Menurutnya, agar tari tradisional tidak cepat punah, perlu mendokumentasikan tari tersebut, baik secara ingatan maupun melalui media rekam. Hal itu dilakukan, agar dapat dikembangkan secara sungguh-sungguh.
Saat ini, Iga melihat, anak muda sudah terpanggil untuk mempelajari tari tradisional. Di beberapa kelompok tari juga sudah melibatkan anak muda. Hal ini menurutnya, sebagai bentuk regenerasi yang sudah dilakukan di wilayah masing-masing. ‘’Tapi alangkah baiknya, jika kesenian ini diketahui secara luas. Tidak hanya sebatas di wilayahnya,’’ ujarnya.
Perlunya diketahui khalayak luas, lanjutnya, supaya stakeholder seperti pemerintah maupun pihak swasta, baik yang mengerti seni maupun yang tidak, juga prihatin terhadap perkembangan kesenian tari tradisional di Indonesia.
Sementara itu, Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Sulistyo Tirto Kusumo mengatakan, untuk membangkitkan tari tradisional yang punah, pihaknya terus melakukan revitalisasi, misalnya dengan dokumentasi. ‘’Jika tidak bisa ditolong, setidaknya masih ada dokumentasi,’’ ujar Sulistyo.
Karena dengan dokumentasi tersebut, lanjutnya, dapat menjadi inspirasi bagi para seniman untuk bisa mengangkatnya menjadi baru atau menghidupkan kembali. ‘’Agar upaya revitalisasi kesenian tari yang punah tersebut dapat berjalan, Kemendikbud bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan di masing-masing daerah. Karena dinas terkait di masing-masing daerah yang mengerti kesenian yang ada di wilayahnya,’’ ujarnya. (cr-tnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sering Bolos, Murid Ditampar Guru
Redaktur : Tim Redaksi