Tari Tutur Musik Rasa Gerak Menjaga Maestro Seni Tradisional

Sabtu, 22 Juni 2024 – 09:10 WIB
Tari Tutur Musik Rasa Gerak Menjaga Maestro Seni Tradisional. Foto: Panggung Maestro. Foto: source for jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Panggung Maestro V 2024 menampilkan tari Tutur Musik Rasa Gerak persembahan Yayasan Bali Purnati bersama Direktorat Perfilman, Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan kemendikbudristek di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 13-14 Juni lalu.

Maestro kesenian yang dihadirkan dalam Panggung Maestro kali ini dari dua daerah, yakni Jawa Timur (Jatim) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

BACA JUGA: Sudaryono Siapkan Pentas Besar untuk Sanggar Tari di Sragen

Panggung Maestro adalah panggung penghargaan bagi para maestro yang telah mendedikasikan hidup mereka dalam menjaga dan merawat kesenian tradisional.

"Kami berniat, berjanji, untuk menjadi pewaris aktif dengan memelihara dan memupuk energi itu, hingga akan lahir buah dan biji yang mendorong pertumbuhan budaya seterusnya,” ucap Endo Suanda, Dewan Artistik Panggung Maestro dalam keterangannya, Sabtu (22/6).

BACA JUGA: Pameran Foto Hingga Tarian Persembahan dari Suku Dayak Hadir di Acara Ini

Sejak diadakannya Panggung Maestro pertama kali pada Juli 2023, sudah ditampilkan 25 orang Maestro dan 250 orang pendukung pertunjukan.

Telah ditonton oleh 2.470 orang dengan lebih dari 25.000.000 tampilan digital, Panggung Maestro terus merayakan kekayaan dan keragaman kesenian Indonesia yang dapat memperkuat kearifan sosial, ketahanan martabat, dan pertumbuhan sosial-ekonomi.

BACA JUGA: 3 Berita Artis Terheboh: Virgoun Ditangkap Bersama Perempuan, Hotman Paris Terima Suap?

Dewan Artistik Panggung Maestro Sulistyo Tirtokusumo menambahkan, satu hal yang sangat membahagiakan sekaligus mengharukan saat bertemu dengan para penari dan penggubah tari berusia di atas 70 tahun, bahkan ada yang sudah melebihi 90 tahun, tetapi masih tetap berkarya.

"Lama rentang waktu yang mereka jalani dalam berkarya bukan main-main. Konsep wiraga, wirama, serta wirasa sudah jauh mereka lampaui dan yang mampu ada dan selalu ada adalah "kasunyatan", yang senantiasa bersemayam di dalam tubuh mereka. Itulah sejatinya sang Maestro,” ujar Sulistyo Tirtokusumo.

Selain Panggung Maestro, juga diadakan Panggung Wacanayaitu forum gelar wicara untuk mengartikulasikan nilai-nilai yang melingkari dan menyelimuti kerja keempuan.

Panggung Wacana menjadi kesempatan penting bagi para peserta, seniman, budayawan, guru, pelajar/mahasiswa dan siapa saja yang tertarik dan peduli pada seni tradisi, juga untuk mendengarkan dan berbincang-bincang dengan para tokoh kebudayaan Indonesia yang jarang ditemui. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler