Rata-rata warga Australia membayar $ 427 atau sekitar Rp 4,6 juta per minggu untuk biaya sewa rumah menyusul kenaikan tarif sewa rumah sebesar 1,1 persen yang berlaku pada kuartal pertama tahun ini.
Warga yang bermukim di Sydney harus membayar median tarif sewa rumah tertinggi ($ 582 atau Rp 4,6 juta per minggu), sementara penduduk Adelaide membayar paling rendah ($ 374 atau Rp 4 juta) dari semua ibu kota di Australia.
BACA JUGA: Ayah Didakwa 79 Pelanggaran Seksual Anak
Tapi para pemilik rumah yang disewakan yang berada di Hobart, Tasmania yang mencetak keuntungan terbaik dengan tarif sewa rumah meningkat sebesar 5 persen pada kuartal terakhir, dan 11,7 persen dalam dua belas bulan terakhir.
Berdasarkan temuan utama dari perusahaan analisis data CoreLogic dalam laporan peninjauan Triwulan Penyewaan mereka, properti di ibukota Tasmania ini sekarang juga tengah menikmati kenaikan tarif sewa tertinggi kedua di Australia (5 persen) â setelah Darwin (5,8 persen).
BACA JUGA: Suster Australia Terancam Dideportasi Dari Filipina
Awal yang lambat tahun iniTarif sewa, secara nasional di Australia, mengalami pertumbuhan 1,5 persen dalam tiga bulan pertama tahun 2017. Sebagai perbandingan, tarif sewa ini meningkat lebih lambat 1,1 persen antara Januari dan Maret, tahun ini.
"Kuartal pertama setiap tahun biasanya paling kuat untuk pertumbuhan sewa, jadi ini adalah langkah mundur," kata kepala riset CoreLogic, Cameron Kusher.
BACA JUGA: Deplu Australia Lanjutkan Bantu Program Pendidikan di Indonesia
"Investor tetap paling aktif di NSW dan Victoria, dan telah menargetkan pertumbuhan modal daripada pengembalian sewa." Photo: Dalam setahun terakhir, tingkat penyewaan rumah di Australia bertumbuh 2,2 persen. (CoreLogic)
Namun demikian, tetap kota Sydney dan Melbourne memiliki nilai keuntungan per tahun dari sewa rumah terendah - 3,2 persen dan 2,93 persen. Sementara median keuntungan sewa rumah di seluruh Australia adalah 3,68 persen.
Cameron Kusher mengatakan Sydney memiliki kuartal pertama terlemah sejak 2009, sedangkan Melbourne adalah yang paling lambat sejak 2012.Apa di balik pertumbuhan Hobart?
Hobart tidak hanya mengalami kenaikan sewa pada tingkat tercepat, tetapi juga mengalami lompatan terbesar dalam harga properti.
"Jelas ada banyak permintaan untuk properti sewaan, dan jumlahnya tidak cukup," kata Cameron Kusher.
"Hobart memiliki kekurangan apartemen dan akomodasi hotel selama beberapa tahun.
"Jadi kita melihat semakin banyak penyewaan jangka panjang yang ditawarkan untuk jangka pendek - terutama dengan prevalensi Airbnb."
Pada dasarnya, itu adalah kasus persediaan yang tidak cukup tersedia untuk memenuhi permintaan.Wilayah regional mengungguli ibu kota
Dalam dua belas bulan terakhir, ibu kota gabungan melihat tarif sewa yang meningkat sebesar 1,9 persen. Sewa di wilayah regional Australia, sebaliknya, melonjak 3,1 persen.
Wilayah regional yang dekat dengan ibu kota mengalami kenaikan sewa yang cepat.
Ini termasuk daerah dekat Sydney (Wollongong, Newcastle dan Danau Macquarie) dan Melbourne (Geelong, Bendigo dan Ballarat).
Alasan untuk ini adalah "kisah keterjangkauan", kata Cameron Kusher.
"Orang-orang sekarang banyak yang pindah bermukim ke sejumlah lokasi di pesisir, dan mereka tidak langsung membeli properti di awal kepindahan, Â dan inilah yang kemudian menaikkan permintaan sewa.
"Perlu diingat, permintaan sewa di banyak wilayah regional telah cukup lemah dalam beberapa tahun terakhir."Arah pertumbuhan
Cameron Kusher memperkirakan kota-kota besar (kecuali Hobart) akan terus mengalami perlambatan pertumbuhan sewa.
"Sewa mungkin akan melambat di ibu kota dan pasar regional selama kuartal-kuartal mendatang.
"Tapi saya masih mengharapkan daerah-daerah untuk mengungguli ibu kota."
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rusia Dituduh Berada di Balik Serangan Siber di Australia