BACA JUGA: JK akan Merapat Lagi ke SBY ?
Namun, lompatan fantastis ini ternyata justru menjadi tanda tanya besar bagi mantan aktivis PDIP yang kini menjadi anggota dewan pembina Partai Gerindra Haryanto Taslam
BACA JUGA: Demokrat Bertengger di 20,90 Persen
''Tetapi, ada apa sebenarnya rakyat IndonesiaMenurut Haryanto, tidak ada moment politik yang luar bisa yang menggiring masyarakat untuk berbondong-bondong menyontreng partai demokrat
BACA JUGA: Mega-Wiranto Sikapi DPT Busuk
Apalagi, prestasi Partai Demokrat di DPR pun juga tidak ada''Bahkan,anggota DPR dari Demokrat sudah ada yang dibui karena korupsi (Sarjan Taher red)Bahkan, belakangan masih ada juga yang disebut-sebut dalam kasus yang sama, sebut saja Jhony AllenMeski baru taraf disebut-sebut, seharusnya ini kan sudah menjadi kampanye hitam bagi Demokrat, '' ujar Hartas penuh tanda tanya.Begitu pula SBY, kata dia, sebagai Presiden juga tidak menorehkan prestasi yang luar biasa''Jadi, secara akal sehat, saya masih bertanya-tanya apa yang membuat Partai demokrat bisa menembus suara hingga 3 kali lipat hanya dalam satu periode pemilu,'' tandasnya.
Sebagai mantan aktivis dan politisi, Haryanto membandingkan dengan kasus-kasus politik yang pernah dialaminyaKetika PDIP naik, dengan angka fantastis 33 persen pada pemilu 1999, bisa dijelaskan dengan fenomena politik yang terjadi pada saat itu''Megawati sebagai tokoh sentralnya, sebagai figur yang teraniayaBegitu pula, ketika SBY melambung menjadi Presiden, juga ada faktor itu,'' ujarnya.
Karena itu, kata Hartas, sudah sepantasnya jika partai-partai lainnya mencermati kemenangan Demokrat ini''Bukan untuk mencurigai, tetapi, fenomen apa yang sebenarnya sedang terjadi di negeri iniApa betul, rakyat memang benar seperti ituKalau memang sudah begitu, memang tidak masalah.''
Dilain pihak, Hartas mengakui sejumlah kebijakan pemerintah menjelang pemilu memang menguntungkan incumbentSeperti Bantuan Tunai Langsung (BLT), yang dibagikan beberapa hari menjelang pemiluBegitu pula penurunan harga BBM, yang meski itu bukan sebagai prestasi SBY, tetapi itu diklaim sebagai keberhasilan SBY.''Ini memang punya pengaruh yang besarTetapi, apakah kemudian akan menaikkan suara sebesar tiga kali lipatnya, itu yang harus dicari dan dipantau terus.''
Kemudian, terkait dengan perolehan suara partai Gerindra yang gagal menembus 10 persen suara disebabkan tiga faktorFaktor pertama adalah Daftar Pemilih Tetap yang amburadul."Banyak pendukung kami yang tidak mendapat undangan memilihSimpatisan Gerindra tidak masuk DPTJadi tidak bisa memberikan suaranya, dihilangkan haknya," ujarnya.
Faktor berikutnya, lanjut dia, banyak sekali golput di Pemilu tahun iniPadahal partai berlambang kepala burung garuda ini sudah gencar mengimbau masyarakat untuk jangan golputNamun, Haryanto tetap menghargai warga masyarakat yang tidak menggunakan hak politiknya, sebab itu barangkali juga merupakan pilihannya.
Faktor lain adalah kasus calon legislator Gerindra yang dijadikan polisi sebagai tersangka pencemaran nama baik Edhie Baskoro YudhoyonoHaryanto melihatnya sebagai bentuk intimidasi karena calon legislator itu diduga ikut melaporkan Ibas melakukan money politics ke Panitia Pengawas Pemilu"Kasus itu sepertinya membuat rakyat jadi takut juga memilih Gerindra," kata dia.Paling tidak aparat kepolisian, menurut Haryanto, tampak berpihak"Ada semacam pamer kekuatanDia (partai berkuasa--red) menunjukkan bisa menggunakan aparat negara untuk menekan lawannya atau saingannyaItu faktanya," ujar Direktur Gerindra Media Centre (GMC) itu.(aj/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Peluang Golkar di Pilpres Masih Besar
Redaktur : Tim Redaksi