jpnn.com - JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI, TB Hasanuddin mengapresiasi langkah Kementerian Pertahanan yang tengah mengkaji jenis pesawat angkut pengganti C130 atau Hercules. Dia berharap Kemenhan bisa memilih pesawat angkut yang terbaik dan memenuhi persyaratan bagi TNI.
"Bagus dong. Silakan mana yang terbaik dan memenuhi persyaratan untuk TNI. Merk apa saja, DPR tak akan ikut campur urusan pengadaan. Kalau bisa produk dalam negeri yang bisa dibangun bersama dengan PT Dirgantara Indonesia (DI)," kata TB Hasanudin, saat dihubungi, Kamis (9/7).
BACA JUGA: PPP Tegaskan Tolak Calon dari Keluarga Petahana
Untuk spesifikasi yang dibutuhkan, politikus PDI Perjuangan itu menegaskan hanya TNI AU yang lebih tahu. "Untuk angkut berat seperti Hercules, PT DI sudah bisa memproduksi, namanya A-400 M hasil kerjasama dengan Spanyol. PT DI maju diakui negara lain, lalu berpengaruh terhadap ekonomi dan tenaga kerja," tegasnya.
Namun sejauh ini jenis pesawat A-400 M terbukti banyak masalah. Menurut berita online "Spiegel" di Jerman, edisi 5 Januari 2015 ujar Hasanuddin, selain termin pengiriman yang terlambat bertahun-tahun, pesawat buatan konsorsium Eropa yang juga memproduksi Airbus tersebut juga bermasalah.
BACA JUGA: DPR Minta Sidang Isbat Tertutup Dipertahankan
Angkatan Udara Jerman yang sudah menerima sebuah pesawat dilaporkan tidak bisa lagi menggunakan pesawat tersebut setelah dua bulan dipakai.
"Lampu pendaratan yang dimiliki pesawat itu diberitakan rusak dan pabrikannya belum bisa mengirimkan gantinya. Angkatan Udara Jerman sendiri baru mendapatkan A-400 M setelah bertahun-tahun tertunda dan pengiriman pesawat lainnya sampai saat ini masih belum jelas," ujar mantan Sesmil era Presiden Megawati Soekarnoputri ini.
BACA JUGA: Pendaftaran Ditutup, 13.575 Sepeda Motor Siap Diangkut
Menurut "Spiegel" kata Hasanuddin, para mekanik pesawat menemukan air di lambung. "Ini dianggap masalah yang sangat serius, karena bagian dari badan pesawat akan terdiri dari bahan komposit yang bisa menyerap air hingga akan membuat bobot pesawat dapat berubah dan tidak terkontrol," jelasnya.
Airbus sendiri lanjutnya, telah mengganti direktur yang bertanggungjawab akan masalah tersebut dan sebelumnya CEO meminta maaf atas keterlambatan pengiriman.
"Secara keseluruhan, Jerman telah memesan 53 pesawat angkut baru tersebut. Pembelian ini ditujukan untuk mengganti pesawat angkut Transall milik mereka. Dari 46 yang dipesan, 40 pesawat akan digunakan AU Jerman sementara 13 lainnya akan dijual kembali," imbuh TB Hasanuddin. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Peneror Bom Singapore Airlines tak Ditahan, Ini Alasan Buwas
Redaktur : Tim Redaksi