WAJAH Wakil Ketua DPRD Sumut, Chaidir Ritonga, berkeringat. Berkali-kali dia melepas kopiah yang dikenakan. Tangannya mengelap jidatnya yang dipenuhi bulir-bulir keringat.
"Jangan sekarang, nanti saja, ini masih tegang," ujar Chaidir kepada JPNN, begitu keluar dari ruang Sasana Bhakti Praja gedung Kemendagri, Jakarta, yang sedianya akan menjadi lokasi pelantikan Plt Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho sebagai gubernur Sumut definitif, kemarin (28/2).
Chaidir mengatakan hal tersebut saat JPNN minta keterangan mengenai hasil pertemuannya dengan sekitar hampir 50-an orang tamu undangan yang sudah datang.
Yang ada di ruangan itu hanya tamu-tamu undangan, baik anggota DPRD Sumut, para kepala SKPD Pemprov Sumut, dan tokoh-tokoh masyarakat.
Selain undangan dilarang masuk, termasuk para wartawan yang sudah siap meliput pelantikan Gatot.
Sumber JPNN menceritakan detil situasi rapat, yang digambarkan penuh ketegangan. Saling interupsi dan keluar kata-kata kecaman.
Tapi bukan Chaidir dan dua wakil ketua DPRD yang menjadi obyek kecaman. "Hampir semua menghujat Saleh Bangun (Ketua DPRD Sumut, red). Saleh Bangun dinilai sebagai biang pembatalan pelantikan. Saleh mengirim surat pembatalan atas nama institusi dewan. Padahal menurut anggota dewan yang hadir di ruangan itu, pembatalan itu hanya sikap pribadi Saleh," beber sumber koran ini yang hadir di ruangan.
Dampaknya, Chaidir dan dua wakil ketua dewan kena imbasnya. Chaidir dkk didesak agar memperjuangan, bagaimana caranya agar Gatot bisa dilantik hari itu juga.
Chadir pusing, tegang, karena tidak bisa langsung memberikan jawaban. Hasil pertemuan sebelumnya dengan Dirjen Otda Kemendagri, Djohermansyah Djohan, belum memuaskan hadirin.
Pertemuan makin panas. Salah seorang tokoh pemuda, yang hadir sebagai undangan, emosi. Dia menghujat keras Saleh Bangun, yang tak ada di ruangan itu. Emosinya tinggi, melontarkan kata-kata dengan nada keras.
"Saleh Bangun biangnya. Dia memalukan Sumatera Utara," teriak si pemuda, lantang.
Ruangan riuh. Petugas keamanan kemendagri turun tangan dan mengusir si pemuda itu dari ruangan.
Namun, mayoritas hadirin, tetap saja mengecam Saleh Bangun. Akhirnya, mereka sepakat mengeluarkan sikap mosi tidak percaya kepada Saleh Bangun. Bahkan terdengar teriakan, Saleh harus dipecat sebagai pimpinan dewan.
Chadir dan dua wakil ketua dewan lantas minta waktu untuk konsultasi lagi dengan pihak kemendagri.
Chaidir dan dua rekannya keluar ruangan, geser ke gedung utama kemendagri, hendak menemui Mendagri Gamawan Fauzi. Pas baru sehela nafas masuk gedung utama, Gamawan keluar dari gedung.
Chadiri pun melaporkan perkembangan yang terjadi kepada menteri asal Sumbar itu, di depan pintu keluar gedung utama, sambil berdiri.
Gamawan meminta agar jadwal pelantikan Gatot dibahas ulang, sehingga mencapai kesepakatan di intenal DPRD Sumut.
Chaidir lantas balik ke ruangan, tempat para tamu masih menunggu. Situasi tak lagi tegang. Chaidir hanya menyampaikan pesan Gamawan. Hadirin sepakat, dengan syarat penjadwalan ulang harus ditetapkan secepatnya. Setelah itu, hadirin bubar meninggalkan ruangan. (sam/jpnn)
"Jangan sekarang, nanti saja, ini masih tegang," ujar Chaidir kepada JPNN, begitu keluar dari ruang Sasana Bhakti Praja gedung Kemendagri, Jakarta, yang sedianya akan menjadi lokasi pelantikan Plt Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho sebagai gubernur Sumut definitif, kemarin (28/2).
Chaidir mengatakan hal tersebut saat JPNN minta keterangan mengenai hasil pertemuannya dengan sekitar hampir 50-an orang tamu undangan yang sudah datang.
Yang ada di ruangan itu hanya tamu-tamu undangan, baik anggota DPRD Sumut, para kepala SKPD Pemprov Sumut, dan tokoh-tokoh masyarakat.
Selain undangan dilarang masuk, termasuk para wartawan yang sudah siap meliput pelantikan Gatot.
Sumber JPNN menceritakan detil situasi rapat, yang digambarkan penuh ketegangan. Saling interupsi dan keluar kata-kata kecaman.
Tapi bukan Chaidir dan dua wakil ketua DPRD yang menjadi obyek kecaman. "Hampir semua menghujat Saleh Bangun (Ketua DPRD Sumut, red). Saleh Bangun dinilai sebagai biang pembatalan pelantikan. Saleh mengirim surat pembatalan atas nama institusi dewan. Padahal menurut anggota dewan yang hadir di ruangan itu, pembatalan itu hanya sikap pribadi Saleh," beber sumber koran ini yang hadir di ruangan.
Dampaknya, Chaidir dan dua wakil ketua dewan kena imbasnya. Chaidir dkk didesak agar memperjuangan, bagaimana caranya agar Gatot bisa dilantik hari itu juga.
Chadir pusing, tegang, karena tidak bisa langsung memberikan jawaban. Hasil pertemuan sebelumnya dengan Dirjen Otda Kemendagri, Djohermansyah Djohan, belum memuaskan hadirin.
Pertemuan makin panas. Salah seorang tokoh pemuda, yang hadir sebagai undangan, emosi. Dia menghujat keras Saleh Bangun, yang tak ada di ruangan itu. Emosinya tinggi, melontarkan kata-kata dengan nada keras.
"Saleh Bangun biangnya. Dia memalukan Sumatera Utara," teriak si pemuda, lantang.
Ruangan riuh. Petugas keamanan kemendagri turun tangan dan mengusir si pemuda itu dari ruangan.
Namun, mayoritas hadirin, tetap saja mengecam Saleh Bangun. Akhirnya, mereka sepakat mengeluarkan sikap mosi tidak percaya kepada Saleh Bangun. Bahkan terdengar teriakan, Saleh harus dipecat sebagai pimpinan dewan.
Chadir dan dua wakil ketua dewan lantas minta waktu untuk konsultasi lagi dengan pihak kemendagri.
Chaidir dan dua rekannya keluar ruangan, geser ke gedung utama kemendagri, hendak menemui Mendagri Gamawan Fauzi. Pas baru sehela nafas masuk gedung utama, Gamawan keluar dari gedung.
Chadiri pun melaporkan perkembangan yang terjadi kepada menteri asal Sumbar itu, di depan pintu keluar gedung utama, sambil berdiri.
Gamawan meminta agar jadwal pelantikan Gatot dibahas ulang, sehingga mencapai kesepakatan di intenal DPRD Sumut.
Chaidir lantas balik ke ruangan, tempat para tamu masih menunggu. Situasi tak lagi tegang. Chaidir hanya menyampaikan pesan Gamawan. Hadirin sepakat, dengan syarat penjadwalan ulang harus ditetapkan secepatnya. Setelah itu, hadirin bubar meninggalkan ruangan. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Batam Rawan Narkoba, BNNP Kepri Gelar Rakor
Redaktur : Tim Redaksi