jpnn.com - Puan Maharani itu ibarat teh botol. Orang boleh makan apa saja, tetapi minumnya tetap teh botol. Siapa pun yang maju sebagai calon presiden pada pilpres 2024 nanti, wakilnya harus tetap Puan Maharani.
Teh botol cap Puan Maharani itu diperkenalkan oleh Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul, ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDIP, yang dikenal sebagi tangan kanan dan pendukung fanatik Puan Maharani.
BACA JUGA: Prabowo Cocok Berpasangan dengan Puan, Ada 3 Alasannya
Pernyataan Pacul itu heboh dan mendapat respons luas dari berbagai kalangan.
Pacul yang biasanya blak-blakan dan blaka suta dalam berbicara, kali ini agak defensif karena terdesak.
BACA JUGA: Survei ASI Sebut Elektabilitas Ganjar Tertinggi, Posisi Puan Maharani di Mana?
Pernyataannya itu beredar luas dalam bentuk rekaman audio. Pacul mengakui suara audio itu adalah suaranya.
Namun, ia mengaku kecewa karena pernyataan itu diberikan sebagai off the record, tidak untuk dikutip atau disebarkan.
BACA JUGA: Punya Hampir 1 Juta Subscribers, Akun Ganjar Pranowo di YouTube Merelai Siaran Bu Mega Jadi Profesor
Pernyataan ini muncul hanya beberapa hari interval dari kontroversi yang disulut Pacul karena konfliknya yang terbuka dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Pacul menuduh Ganjar kemajon terlalu maju, dan terlalu berambisi maju sebagai capres 2024.
Hal itu terlihat dalam aktivitas Ganjar yang dianggap berlebihan di media sosial. Pacul juga menyebut Ganjar keminter, sok pintar.
Api yang terbakar lalu disiram minyak oleh Puan yang menimpali bahwa seorang pemimpin harusnya bekerja dan turun ke bawah menemui rakyat, bukan sibuk di media sosial setiap hari. Puan tidak menyebut nama, tetapi jelas yang ditarget adalah Ganjar.
Selain aktif dan populer di media sosial, Ganjar juga selalu mendapat skor tinggi dalam berbagai survei capres.
Namanya hampir selalu masuk tiga besar capres unggulan dalam berbagai survei oleh beberapa lembaga.
Namun, popularitas di medsos dan keunggulan di survei tidak menjadi jaminan akan mendapat rekom partai pada 2024. Begitu kata Pacul.
Ganjar lebih banyak pasif dalam menghadapi serangan Pacul ini.
Namun, warganet malah makin riuh mendukung Ganjar. Paling tidak ganjar populer di medsos dan unggul di survei, meski pun Ganjar dianggap tidak bekerja.
Bagi Pacul, Puan Maharani adalah harga mati. Seperti tagline iklan teh botol yang populer, Puan menjadi pendamping makanan apa saja yang dimakan capres 2024.
Iklan itu populer sejak awal 2000-an dan sampai sekarang masih tetap dikenal orang. Iklan ini pernah diplesetkan dengan menampilkan bintang iklan comotan manusia kanibal Sumanto.
Warga Purbalingga Jawa Tengah itu ditangkap polisi karena kedapatan melakukan ritual aneh, yaitu menggali kubur dan mengambil jenazah untuk dimakan dagingnya. Ritual seram ini dilakukan untuk mengamalkan ilmu klenik supaya mendapatkan kesaktian tertentu.
Praktik kanibalisme ini menggegerkan publik. Sumanto kemudian diadili dan divonis lima tahun penjara. Sumanto menjadi notorious, tercemar dan terkenal.
Nama dan fotonya dikenal banyak orang. Lalu, ada yang iseng membuat iklan lucu memajang wajah Sumanto dengan memegang botol minuman dan narasinya berbunyi ‘’Apapun Makanannya, Minumnya Tetap Teh Botol’’.
Ada juga yang memelesetkan "tebotol" menjadi akronim "telmi, bodoh, tolol". Telmi artinya telat mikir. Sudah telat mikir, bodoh, dan tolol lagi. Lengkap sudah kedunguannya.
Plesetan itu lucu dan mengena. Apalagi kalau sekarang dikaitkan dengan politik.
Mungkin Bambang Pacul juga pernah melihat iklan plesetan itu. Namun, mungkin dia tidak bermaksud mengatakan bahwa ada kanibalisme dalam persaingan politik menuju pilpres 2024. Atau ada kader yang dianggapnya "tebotol".
Yang terjadi tentu ada banyak kanibalisme politik. Namanya juga politik. Saling bersaing dan saling jegal sesama teman adalah hal yang lazim terjadi.
Ilmu katak banyak diterapkan di dalam persaingan politik. Seperti kebiasaan katak, untuk bisa meloncat naik dia menjilat ke atas dan kakinya menginjak ke bawah.
Ada lagi yang mengatakan bahwa dalam berpolitik harus pandai menerapkan jurus Rolling Stone, yaitu menggunakan lidah yang menjulur untuk menjilat.
Itulah jurus-jurus politik pragmatis machiavellis yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
Persaingan tertutup yang sekarang menjadi persaingan terbuka antara Ganjar vs Puan bisa jadi akan melibatkan jurus kanibalisme, saling memakan antar-sesama kader.
Namun, karena Puan adalah putri mahkota, hampir pasti dia akan menang dan Ganjar yang tersisih.
Artinya, kalau Ganjar masih bersikukuh maju sebagai capres 2024, berarti dia harus out dari PDIP dan menjadi korban kanibalisme politik.
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sudah mewanti-wanti semua kadernya supaya tegak lurus kepada ketua umum. Istilah tegak lurus itu sering dipakai untuk menggambarkan disiplin dan loyalitas kepada partai.
Mega juga mengingatkan bahwa semua kader partai yang mempunyai jabatan di legislatif maupun eksekutif tetap menjadi petugas partai.
Itu berarti kader harus tegak lurus menjalankan garis kebijakan partai. Ancamannya tidak main-main, kalau tidak mau jadi petugas partai harus out dari partai. Ancaman ini berlaku kepada siapa saja, termasuk Ganjar.
Meskipun sudah ada perjodohan tidak resmi antara Gerindra dengan PDIP untuk mengawinkan pasangan Prabowo Subianto dengan Puan Maharani, tetapi perkembangan politik yang cepat dan tidak terduga bisa saja membatalkan pernikahan dini itu.
Beberapa waktu belakangan ini Prabowo gencar melakukan PDKT dengan Mega. Setelah memberi hadiah patung Soekarno di kompleks Dephankam, Prabowo menghadiahi Mega gelar guru besar kehormatan di Universitas Pertahanan.
Ada simbol politik yang menjadi tanda tanya pada upacara peresmian patung di Dephankam, karena Puan Maharani tidak hadir dan Mega didampingi Prananda Prabowo, anak sulungnya. Spekulasi yang muncul mengaitkan hal ini dengan kemungkinan Mega akan come back pada 2024.
Ini berarti Prabowo harus turun kelas menjadi wakil presiden. Dan itu berarti juga bahwa Puan sudah tidak lagi menjadi teh botol. Namun, mudah-mudahan Puan juga tidak termasuk dalam kategori "tebotol". (*)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi