Tekan Efisiensi, Garuda Cetak Laba Rp 1,03 Triliun

Kamis, 18 Februari 2016 – 06:50 WIB


JAKARTA - Strategi efisiensi yang konsisten dijalankan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) membuat beban usaha perseroan berkurang 10,9 persen menjadi USD 3,731 miliar. Tak hanya itu saja, Garuda juga berhasil meraih laba bersih USD 76,480 juta atau setara dengan Rp 1,03 triliun (kurs Rp 13.480/USD).

Berdasar laporan keuangan 2015, GIAA meraup pendapatan usaha USD 3,814 miliar. Pendapatan itu berkurang 3 persen bila dibandingkan dengan perolehan pada 2014. Namun, perseroan melakukan penghematan sehingga beban usaha ber­kurang dari realisasi 2014 sebesar USD 4,292 miliar.

Hampir semua pada pos beban bisa ditekan. Mulai biaya operasional penerbangan, pemeliharaan dan perbaikan pesawat, beban tiket, penjualan dan promosi, biaya bandara, biaya pelayanan penumpang, sampai operasional jaringan.

Garuda juga menerapkan strategi jangka pendek yang disebut quick wins 2015. Tiga poin utama adalah revenue generatorcost efficiency, dan optimizing capital structureRevenue generatordilakukan dengan restrukturisasi rute yang dianggap tidak efisien dan digantikan rute baru yang lebih menguntungkan. Cost efficiency adalah memangkas biaya nonbahan bakar dengan target penghematan USD 200 juta. Capital structure berupa reprofil utang dengan bridge financing facilityUSD 500 juta.

Langkah-langkah penghematan itu berhasil mengatasi kerugian selisih kurs yang meningkat USD 15,213 juta serta beban lain-lain yang mencapai USD 70,327 juta. Hasilnya, GIAA sukses meraih laba bersih USD 76,480 juta dari setahun sebelumnya rugi USD 370,045 juta. Laba bersih per lembar saham tercatat USD 0,00296 atau membaik dari rugi bersih per saham USD 0,01480 setahun sebelumnya.

Direktur Utama GIAA Arif Wibowo menegaskan, efisiensi menjadi kunci perseroan tahun ini. Perseroan juga diuntungkan dengan harga avtur yang mulai turun. Namun, untuk memenangi kompetisi, GIAA tetap harus konsisten dengan efisiensi.

Tahun ini perseroan mendatangkan 23 pesawat baru, sedangkan tahun lalu hanya 18 pesawat. Penambahan pesawat adalah langkah ekspansi yang aman sekaligus alat untuk efisiensi biaya bahan bakar. (gen/c14/noe/pda) 
 

BACA JUGA: Wah, Vietnam - Malaysia Berpeluang Curi Start dari Indonesia

BACA ARTIKEL LAINNYA... Industri Bioskop Dibuka Untuk Asing, Bagaimana, Cinema 21?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler