DI India, badan otorita independen tidak hanya untuk jalan tol (lihat bagian pertama tulisan saya kemarin), tapi juga untuk listrikIndia memang punya cara sendiri untuk membenahi keruwetan listriknya
BACA JUGA: Dengan BBM, Bangun Jalan Tol
"PLN" New Delhi selalu rugi besar dan pelayanannya sangat parahPemerintah negara bagian New Delhi sudah tidak tahan lagi menanggung beban subsidi listrik
BACA JUGA: Pembunuhan Berencana Bernilai Triliunan Rupiah Setahun
Kerugian "PLN"-nya dari tahun ke tahun terus meningkatBACA JUGA: Bangun Apa Saja dengan Modal Hemat Rp 2 Triliun
Jauh lebih mahal dari tarif listrik di IndonesiaRata-rata sudah sekitar Rp 1.000/kWh (Indonesia rata-rata Rp 730/kWh)Dengan tarif seperti itu, seharusnya listrik di New Delhi sudah tidak lagi byar-petTapi, kenyataannya byar-petnya gawat sekaliSebulan 30.000 pengaduan masuk ke "PLN"-nya New DelhiPadahal jumlah pelanggannya hanya sekitar 4 juta orang (pelanggan Jakarta 3,7 juta, tahun lalu pengaduannya 5.000)
Penyebab utama kerugian itu ternyata di sistem distribusi listrikPeralatannya sudah tua dan, ini dia yang keterlaluan: pencurian listrik oleh penduduknya luar biasaKerugian tersebut kian lama kian besar sehingga "PLN" New Delhi tidak mampu memperbaiki jaringan, mengganti trafo, dan akhirnya jadi pengemis subsidi
Yang sangat memalukan: kebocoran listrik (loses) di New Delhi mencapai 53 persenBandingkan dengan loses di Indonesia yang tahun lalu sudah berhasil diturunkan menjadi tinggal 9,85 persenLoses yang tidak masuk akal itu sudah berlangsung bertahun-tahunPetugas "PLN" India kalah gesit oleh kepintaran rakyatnya mengakali meteran listrikOperasi pemberantasan pencurian listrik tidak pernah berhasil dilakukanHari ini diberantas, besok sudah mencuri lagi.
Saya sempat berkeliling bagian kota yang disebut Old DelhiSaya masuk gang-gang yang kumuh di kota ituSaya perhatikan kabel-kabel listriknya malang-melintang dan saling bergulat dengan serunyaSaya membayangkan betapa sulit memang mengatasi pencurian listrik di sana
Maka, sebagai senjata pemungkas, sampailah pada keputusan ini: mengubah sistem distribusi secara radikalDistribusi listriknya dikerjasamakan saja dengan swastaKalau swasta yang menangani, mau tidak mau menggunakan pendekatan untung-rugiPetugas penertiban dari swasta akan lebih ampuh dalam bekerja
Untuk itu, diadakanlah tenderPemerintah mencari partner swasta untuk mendistribusikan listrik di tiap wilayahDi New Delhi diadakan tiga paket tender: wilayah utara-barat, wilayah timur-tenggara, dan selatan-barat dayaPeminat tender itu ternyata cukup banyak
Mengapa? Tarif listrik yang rata-rata Rp 1.000/kWh rupanya cukup menarik bagi swastaItu akan berbeda kalau tarif listriknya masih rendahDengan tarif seperti itu, asal pencurian listriknya rendah, perusahaan sudah bisa untung.
Tingkat kebocoran itulah yang kemudian menjadi pokok yang ditenderkanBarang siapa bisa menurunkan loses paling rendah, dialah yang menang tenderDi wilayah Delhi utara-barat, grup Tata (konglomerat nomor satu India) memenangi tender tersebutWaktu tender, Tata menawarkan: sanggup menurunkan loses dari 53 menjadi 31 persen secara bertahap dalam lima tahunTernyata
Tata mampuBahkan terlampaui menjadi 24 persenDua tahun berikutnya menurun drastis lagiAkhir Desember 2010, kebocoran listrik di Delhi sudah tinggal 13 persen
Meski masih kalah oleh Jakarta (tahun lalu Jakarta berhasil menurunkan loses-nya menjadi 8,3 persen), pencapaian itu luar biasaDalam delapan tahun turun dari 53 menjadi 13 persenMaka, Delhi Utara, setelah delapan tahun pembenahan, tercatat sebagai wilayah paling kecil kebocoran listriknyaLoses yang 13 persen tersebut sudah langsung menjadi buah bibir di seluruh negeri
Di Indonesia saat ini sudah banyak daerah yang loses-nya tinggal 6 persen (sudah setara dengan di Korea)Misalnya, di Surabaya Barat, Bukittinggi, Salatiga, dan banyak lagiNamun, masih ada satu daerah lebih buruk dari New DelhiYakni, di Madura yang loses-nya masih 15 persen (sudah turun dari 24 persen dua tahun lalu tapi masih yang tertinggi di Indonesia).
Kalau saja dalam beberapa tahun ke depan loses di New Delhi bisa mencapai apa yang terjadi di Jakarta, perusahaan patungan swasta-pemerintah tersebut bisa meraih untung yang cukupMaksudnya, cukup untuk terus memperbarui peralatan listriknya
Demikian juga, pemerintah negara bagian New Delhi tidak lagi direpotkan oleh subsidiDengan penanganan seperti sekarang saja, penghematan subsidinya mencapai USD 3 miliar (sekitar Rp 27 triliun) tahun laluDan yang lebih penting, masyarakat tidak ribut karena byar-petnya teratasi dan pengaduannya menurun drastis.
Dari mana perusahaan distribusi tersebut mendapat pasokan listriknya?
Di India, seperti juga di banyak negara, perusahaan listriknya tidak monopoli dari hulu sampai hilir, dari barat sampai timur, dari utara sampai selatan, seperti PLNMasing-masing negara bagian memiliki perusahaan khusus untuk mendistribusikan listrik
Perusahaan-perusahaan distribusi itu masing-masing membeli listrik sendiri-sendiri pula dari perusahaan-perusahaan pembangkit listrikTiap tahun perusahaan distribusi listrik tersebut melakukan tender pembelian listrikPerusahaan pembangkit yang menawarkan listrik termurah, dialah yang menang
Bagaimana kalau perusahaan pembangkitnya itu berada jauh di selatan, sedangkan New Delhi di Utara? India, sebagaimana juga di negara lain, memiliki perusahaan transmisi secara nasionalListrik dari pembangkit tersebut dialirkan ke perusahaan distribusi dengan cara membayar sewa transmisiDengan demikian, perusahaan transmisi mirip dengan perusahaan jalan tolMengenakan tarif untuk listrik yang lewat berdasar besarnya daya dan jauhnya jarak.
Di samping membeli listrik lewat tender seperti itu, perusahaan distribusi listrik kadang juga membeli listrik secara spotMisalnya, kalau tiba-tiba ada lonjakan pemakaian listrik pada jam-jam tertentuMengingat banyaknya perusahaan distribusi dan perusahaan pembangkit, transaksi listrik itu terus terjadi sepanjang hariMirip dengan yang terjadi di bursa saham.
Dengan naiknya harga batu bara dan gas belakangan ini, pembelian listrik dari perusahaan pembangkit juga naikItu memukul perusahaan distribusi mengingat tarif listrik kepada pelanggan tidak bisa mengikuti kenaikan harga beli listrikPerusahaan-perusahaan distribusi itu pun lantas meminta kenaikan tarif listrik kepada badan otorita yang independen tadi.
Di India, badan independen itulah yang menentukan tarif listrikBukan pemerintah atau DPR seperti di IndonesiaKomite tersebut memang ditunjuk pemerintah, tapi tidak bertanggung jawab kepada pemerintahKomite itu benar-benar independen
Seperti komite gaji wali kota dan anggota DPRD di JepangDi Jepang, gaji seorang bupati/wali kota dan anggota DPRD ditentukan oleh komite yang ditunjuk pemdaAnggota komite tersebut terdiri atas sembilan orangAda pengusahanya, petani, guru, pensiunan, dan sebagainyaKomite itulah yang menilai berapa sebaiknya gaji para pejabat tersebut.
Demikian juga komite listrik di IndiaKomite itu berisi berbagai unsur yang dianggap mengerti listrik dan bersifat independenKomite tersebut bisa mewakili perasaan masyarakat, kalangan industri, dan bisa mengerti juga kesulitan perusahaan listrikTidak selalu permintaan kenaikan tarif dikabulkan
Komite akan membahas usul kenaikan tarif secara komprehensifPerusahaan listrik akan dievaluasi dulu, apakah permintaan kenaikan tarif tersebut wajar atau tidakBisa saja setelah dievaluasi ternyata ketahuan kinerja perusahaan listrik tersebut yang kurang baikMisalnya, loses-nya yang masih tinggiKarena itu, di dalam komite tersebut terdapat ahli-ahli manajemen, ahli loses, ahli pembangkitan, dan seterusnya
Sebaliknya, kalau secara objektif melihat tarif listrik sudah seharusnya naik, komite akan menaikkannyaKalau tidak, perusahaan listrik tersebut akan merugi dan ujung-ujungnya akan byar-pet lagiSekali komite itu sudah menetapkan tarif listrik yang baru, pemerintah dan DPR tidak bisa ikut campur.
Adanya komite listrik maupun komite jalan tol ternyata menjadi solusi bagi negara demokrasi untuk mempercepat kemajuan pembangunan infrastrukturnya.(***)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Demam Menggigil di Gayo
Redaktur : Tim Redaksi