jpnn.com - JAKARTA - Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berhasil menekan Pertamina mengubah keputusan corporate dengan menurunkan kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram (kg) dari Rp 3.595 per kg menjadi Rp 1.000 kg.
Menanggapi hal ini, Anggota Komisi VI DPR, Rachel Maryam, memandang aksi pemerintahan SBY itu tak lebih sekedar lagu lama politik pencitraan pemerintah. Seolah dengan menurunkan harga elpiji menjadikan pemerintah sebagai pahlawan.
BACA JUGA: Pasek Pertanyakan Keterangan Suaidi
"Masyarakat dibuat sport jantung dulu sebelum akhirnya datang pahlawan kesiangan," kata Rachel Maryam saat dikonfirmasi, Selasa (7/1).
Menurutnya, pemerintah dan pertamina seharusnya satu suara sejak awal dan ada koordinasi antara keduanya sebelum keputusan menaikkan harga elpiji tersebut dilempar ke publik.
BACA JUGA: PPP Usung Tema Menuju Indonesia Berkah
"Ketika harga ditentukan, artinya itu merupakan keputusan yang diambil dengan pertimbangan yang matang dan sudah jelas hitung-hitungannya," ujar Poltikus Partai Gerindra itu.
Dia juga mengatakan kalau harga elpiji bisa berubah-ubah seperti yang terjadi dalam sepekan terakhir, justru menunjukkan pemerintah dan Pertamina tidak serius dalam menentukan harga elpiji. Mestinya kata dia, pemerintah sejak awal mempublikasikan dan mengantisipasinya sehingga tidak menimbulkan keresahan dulu di masyarakat.
BACA JUGA: Sutan Bathoegana Kecipratan Duit dari Bos Kernel Oil
"Bukan wacananya yang dinaikkan dulu ke publik, masyarakat resah, baru deh belakangan (pemerintah SBY) jadi pahlawan kesiangan dengan solusi yang seharusnya bisa diambil sebelum keresahan itu muncul," tandasnya. (Fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hakim Artidjo Dianggap Bisa Bendung Elektabilitas Jokowi
Redaktur : Tim Redaksi