Tekanan Ekonomi Global ke Indonesia Tidak Berdampak Besar

Sabtu, 10 Desember 2022 – 11:57 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kedua kiri) bersama Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Menteri Investasi/BPKM Balil Lahadalia, dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang di sela-sela KTT G20 2022 di Bali beberapa waktu lalu. Foto: Kemenko Perekonomian

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan tahun depan adalah tahun pertaruhan Indonesia setelah dua tahun masa pandemi bisa bertahan.

“Kalau kita bisa menangani tantangan tahun depan, maka kami berharap Indonesia bisa lepas landas berikutnya. Sebab, tantangan kita sudah dua tahun ini kita bisa survive, tinggal tahun depan lagi kita harus bisa bertahan dan pada saat itu tidak banyak juga negara yang bisa take off seperti Indonesia,” kata Airlangga, Jumat (9/12/2022).

BACA JUGA: Banyak Investor Asing Dirikan Pabrik di KIK, Ganjar Proyeksikan Jadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru

Menko Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini menambahkan momentum keberhasilan Presidensi G20 Indonesia mampu memberikan dampak bagi keberlanjutan akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional yang pada kuartal ketiga berhasil menembus angka 5,72 persen (yoy).

Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 tumbuh ekspansi di angka 4,5-5 persen. Hal itu disebabkan adanya tekanan ekonomi global.

BACA JUGA: Jubir Muda PKB Mengingatkan Startup: Jangan Menjadikan Keadaan Ekonomi Global Alasan Melakukan PHK

Meski demikian, ekonomi Indonesia masih cenderung bertahan dibanding negara lain.

“Jadi, artinya relatif masih kuat jika dibandingkan negara-negara lain yang mengalami perlambatan pertumbuhan,” ujar Mohammad Faisal.

BACA JUGA: 5 Tips Menghadapi Ancaman Resesi Ekonomi Global, Yuk Bisa!

Faisal menekankan pertumbuhan ekonomi tahun depan memang agak menurun dibanding tahun ini. Namun, masih terbilang resilien.

“Indonesia bisa resilien masih relatif kuat 4,5-5 persen,” kata Faisal.

Menurut Faisal, perekonomian Indonesia disokong oleh ekonomi domestik. Konsumsi dalam negeri masih bagus.

Oleh karena itu, tekanan global tidak banyak mereduksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, meski tetap berpengaruh.

“Karena sedikit banyaknya kita ada juga terpengaruh oleh ekonomi global dan dan ini berpengaruhnya lewat perdagangan, lewat investasi, dan lain-lainnya,” tegas Faisal.

Faisal mengatakan ketergantungan Indonesia terhadap perekonomian global tidak sebesar negara-negara lain, sehingga dampak perlambatan ekonomi global lebih besar di negara-negara lain yang punya pasar lebih kecil dan terintegrasi dengan ekonomi global lebih besar lewat perdagangan.

Indonesia itu pasar dalam negerinya besar dan integrasi ke globalnya itu tidak sebesar negara-negara seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, apalagi Singapura. Makanya daya tekannya tidak sebesar mereka, sehingga pelambatanya juga tidak sebesar mereka,” pungkas Faisal.

Jaga Cadangan Devisa

Analisis DCFX Lukman Leong menyarankan pemerintah perlu menjaga cadangan devisa karena tahun depan mata uang dollar Amerika akan menjadi ‘safe haven’ jika terjadi perlambatan ekonomi.

“Cadangan devisa sangat penting, begitu pula dengan investasi asing," kata Lukman, Jumat (9/12).

Dana asing diproyeksi akan mengalir lewat investasi di sektor pertambangan, dan yang terkait dengan Electric Vehicle (EV).

Langkah Bank Sentral Amerika, The Fed, menempatkan suku bunga mereka paling menarik diantara semua suku bunga. Dolar Amerika disebut akan memberikan imbal hasil terbaik di tahun depan.

Selain menjaga cadangan devisa, untuk menopang perekonomian Indonesia ke depan, Lukman mengatakan hal lain yang penting adalah kestabilan harga agar bisa menjaga daya beli masyarakat.

“Tidak bisa dipungkiri, perekonomian kita ditopang oleh domestik ekonomi akan makin kuat jika barang tersedia dan daya beli terjaga,” ujar Lukman Leong.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler