jpnn.com - WASHINGTON - Publikasi laporan Komite Intelijen Senat tentang teknik interogasi CIA memantik reaksi keras dari berbagai belahan dunia. Terutama dari masyarakat Amerika Serikat (AS) sendiri. Kekejian CIA terhadap para tersangka teror pascainsiden 11 September 2011 (9/11) itu jauh lebih buruk daripada bayangan banyak orang.
"Beberapa praktik masa lalu (CIA) adalah kebrutalan. Seperti yang saya katakan sebelumnya, (semua itu) melahirkan siksaan pada batin saya. Kita bukanlah (bangsa) seperti itu," kata Presiden Barack Obama dalam wawancara dengan stasiun televisi berbahasa Spanyol Telemundo. Pemimpin 53 tahun itu menyesalkan aksi brutal CIA pada masa pemerintahan George W. Bush tersebut.
BACA JUGA: Buang Air Kecil dengan Ular di Celana
Sejak sekitar sepekan terakhir, Gedung Putih "demam" terkait rencana Komite Intelijen Senat untuk memublikasikan laporan setebal kira-kira 500 halaman tersebut. Sebagian besar politikus Partai Republik menganggap publikasi itu tidak perlu. Pasalnya, selama bertahun-tahun, Departemen Kehakiman telah melakukan investigasi yang sama dan menyimpulkan bahwa CIA tidak melakukan aksi kriminal.
"Saya rasa, (publikasi) ini adalah ide yang sangat buruk. Mitra-mitra asing kita telah memperingatkan bahwa ini hanya akan menimbulkan kerusuhan dan kematian," tandas Mike Rogers, chairman Komite Intelijen House of Representatives (DPR), Senin lalu (8/12). Tapi, dia tidak bisa mencegah Dianne Feinstein, chairwoman Komite Intelijen Senat, mengumumkan hasil investigasi panel Partai Demokrat tersebut.
BACA JUGA: Pendukung Jokowi Siapkan Pengacara Bantu WNI Bermasalah di AS
Sejauh ini, satu-satunya politikus Republik yang secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap publikasi kebrutalan CIA itu hanya John McCain. Sebab, senator asal Negara Bagian Arizona tersebut pernah menjadi korban penyiksaan aparat ketika menjadi tawanan perang di Vietnam. "Kita berharap dengan menyiksa (lawan) akan mendapatkan keamanan. Tapi, kita berharap terlalu banyak," tandasnya.
Claire McCaskill, anggota Senat AS dari Demokrat, mengatakan bahwa publikasi tersebut penting. Apalagi, menurut dia, tidak ada yang baru dari publikasi itu. "Laporan tersebut hanya memaparkan apa yang selama ini sudah diketahui masyarakat internasional. Yakni, AS melakukan penyiksaan (terhadap tersangka teror). Tapi, ini akan berdampak baik bagi kehidupan demokrasi kita," tandasnya.
BACA JUGA: Publikasikan Penyiksaan CIA, AS Siaga
Bahkan, Obama pun mendukung publikasi fakta yang terkumpul lewat penyelidikan selama beberapa tahun tersebut. "Publikasi ini penting. Kita akan belajar banyak dari sana dan masyarakat (AS) akan paham mengapa saya melarang praktik kontroversial tersebut," kata presiden kelahiran Hawaii itu tentang hasil investigasi kekejian CIA tersebut.
Dengan menerapkan teknik interogasi kontroversial semacam itu, CIA sukses mengubah sel-sel penjara menjadi kamar penyiksaan. Setidaknya, itu dialami para tersangka teror yang ditangkap pascainsiden 9 September 2001 alias 9/11. Yakni, pada kurun waktu 2002 sampai 2006. Padahal, praktik tersebut tidak pernah membuat Negeri Paman Sam menjadi lebih aman.
"CIA telah memperdaya para petinggi politik terkait praktik yang mereka lakukan di situs-situs hitam terhadap para tersangka teror. CIA juga menipu masyarakat AS tentang efektivitas teknik-teknik kontroversial tersebut," lapor Komite Intelijen Senat.
Media juga menyebut situs-situs hitam CIA yang tersebar di banyak negara itu sebagai penjara rahasia. (AP/AFP/BBC/hep/c10/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggota DPR Ketahuan Main Candy Crush
Redaktur : Tim Redaksi