Teknologi Connected Building, Gedung Bisa Hemat Energi 35%

Selasa, 31 Oktober 2017 – 22:18 WIB
Ilustrasi apartemen. Foto: Dite Surendra/Jawa Pos/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Kemajuan teknologi dan digitalisasi yang berkembang begitu pesat mulai merambah ke sektor properti terutama bangunan commercial realestate.

Honeywell, pemimpin pasar global dalam bangunan gedung terkoneksi, mengusung teknologi terbaru connected building untuk memberikan nilai lebih (value) berupa penghematan 35% biaya operasional, sistem otomasi yang terintegrasi dengan internet of things (IoT), serta analisis tren ke depan dalam pengelolaan bangunan commercial real estate.

BACA JUGA: Batik Air Siap Terima Armada ke-51 dari Prancis

“Semua itu diraih bersamaan dengan peningkatan kualitas keamanan dan kenyamanan serta memberikan pelayanan digital yang terkini bagi penghuni gedung, “ ujar Dharma Simorangkir, Strategy & Market Development Director PT Honeywell Indonesia, Selasa (31/10).

Dia menjelaskan, dalam beberapa tahun ke belakang terjadi perubahan drastis dari investasi di sektor properti terutama bangunan commercial realestate.

BACA JUGA: Jangan Provokasi Driver Online Untuk Tolak Aturan Kemenhub

“Dahulu orang berbicara properti hanya soal lokasi, lokasi, dan lokasi. Nah sekarang kita lihat tren itu berubah. Lokasi tetap nomor satu, tapi ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan orang untuk melakukan investasi properti terutama gedung,” katanya kepada pers di Jakarta, Selasa (31/10).

Faktor lain itu, lanjut dia, antara lain keamanan, efisiensi energi, perilaku konsumen, produktivitas, isu lingkungan, serta sistem yang terintegrasi dan otomatisasi.

BACA JUGA: Tingkatkan Utilisasi Digital Banking, BTN Bidik Mahasiswa

“Hal itu membuat developer gedung dan stakeholders berpikir bagaimana caranya membantu menghadapi tren-tren ini. Kalau dilihat dari data, tren supply demand bangunan commercial realestate seperti gedung pada periode 2017-2020 diperkirakan akan ada tambahan 40% office space di Jakarta, di Bali tambah 20% untuk hotel. Itu sangat signifikan,” paparnya.

Lebih lanjut Dharma menjelaskan, Honeywell sebagai penyedia solusi menerjemahkan faktor-faktor tersebut di tengah pertumbuhan commercial realestate sebagai sebuah tantangan dan peluang.

“Kami mau ditantang untuk memberikan nilai tambah (value) bagi bangunan gedung,” ucapnya.

Salah satu solusi, kata dia, Honeywell menerapkan teknologi connected building dengan konsep digital twin (kembaran digital).

Teknologi ini akan memberikan gambaran menyeluruh (holistik) tentang seluruh aktivitas di gedung.

“Kami pasang sensor-sensor di seluruh gedung yang akan memberikan informasi holistik. Misalnya, di lobi ada berapa lampu yang nyala, berapa pemakaian listrik di gedung itu, ada berapa orang berada di lobi itu. Ada berapa orang yang masuk lewat lobi utama. Semua data itu dikumpulkan melalui sensor-sensor yang dimasukkan dalam software dan diintegrasikan dengan teknologi digital twin. Baru setelah itu dilakukan analisa,” paparnya.

Dijelaskan, pada tahap analisa, yang dilakukan pertama kali adalah monitoring sistem, kemudian analisis pola (pattern), analisis sebab akibat, serta yang terakhir rekomendasi.

“Jadi semuanya itu, kita bisa lakukan jika menerapkan industry internet of things, atau teknologi connected buildings,” ucapnya.

Dharma mencontohkan, teknologi terbaru ini sudah diterapkan di menara tertinggi di dunia, yakni Burj Khalifa di Dubai, Uni Emirat Arab. Hasilnya, biaya operasional terutama energi termasuk listrik, air, dan sumber energi lainnya dapat dihemat 35% per tahun.

Teknologi termutakhir yang dikuasai Honeywell itu telah teruji pada lebih dari 10 juta gedung di penjuru dunia, termasuk Burj Khalifah.

“Prinsipnya reduce atau eliminate. Jadi kita dapat mengetahui tempat yang kita bisa reduce inefisiensi energi, dimana tempat yang kita bisa eliminate,” katanya.

Dikatakan, teknologi itu juga dapat diterapkan di gedung-gedung tua yang boros energi. Hal ini dapat mendukung program pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang mulai memperhatikan isu energi dan isu lingkungan untuk commercial realestate.

Menurut data United Nations Environment Programme Report, bangunan gedung menghasilkan 1/3 emisi gas buang secara global, mengkonsumsi 40% energi global, dan menyerap 25% cadangan air secara global.

“Kami mencermati sedikitnya tiga dorongan untuk menerapkan teknologi ini yakni regulasi yang mulai mengarah pada efisiensi energi, kemudian harga energi yang cenderung dalam tren naik, serta sisi produktivitas dan kenyamanan pengguna. Artinya, kita akan ketinggalan jika tidak mau berubah dan menerapkan teknologi ini,” ucapnya.

Dikatakan, Honeywell juga telah menyelenggarakan Indonesia Buildings Technology Symposium baru-baru ini di Jakarta yang dihadiri oleh sekitar 200 eksekutif dari lebih 70 perusahaan di Indonesia.

Dalam simposium itu dipamerkan teknologi bangunan gedung terbaru Honeywell memanfaatkan Internet of Things (IoT) untuk membantu manajer fasilitas dan pemilik bangunan meningkatkan efisiensi biaya dan operasional, namun tetap memenuhi keselamatan dan kenyamanan kebutuhan penghuni bangunan gedung.

Honeywell sudah berada di Indonesia lebih dari 70 tahun. “Kami bangga teknologi kami terus menjadi bagian dari pembangunan negeri ini. Honeywell juga memiliki pengetahuan dan pengalaman yang sudah teruji di dalam bidang teknologi konektivitas dan software industrial untuk sektor kendaraan, pesawat terbang, rumah, pabrik, pekerja dan jalur distribusi. Kini, kami menghadirkan teknologi mutakhir ini bagi sektor commercial real estate di Indonesia,” ujar Presiden Honeywell Indonesia, Alex Pollack.

The Honeywell Indonesia Buildings Technology Symposium menyoroti teknologi bangunan terkoneksi terbaru di antaranya; pertama, command and control suite, yang menghubungkan otomasi bangunan dengan otomasi cerdas, analisis lanjutan dan visualisasi menjadi sebuah rekomendasi yang mudah dipahami untuk membantu meningkatkan hasil bisnis, menurunkan biaya, meminimalkan risiko dan mengurangi waktu henti.

Kedua, enterprise buildings integrator, sebuah sistem manajemen gedung yang mengintegrasikan Building & Energy Management, Life Safety, Access Control, Intrusion dan sistem pengawasan CCTV untuk pengendalian operasional lebih sederhana, memungkinkan pembuatan untuk fasilitas atau operasional multi lokasi.

Ketiga, sistem keamanan kebakaran terintegrasi terdiri dari kamera pengawasan CCTV seperti equip Camera Series dan solusi kontrok akses seperti ProWatch 4.3.5 untuk secara aktif memantau, dan melindungi lokasi, personelnya dan aset bisnisnya.

Keempat, INNCOM GuestRoom Management System mengotomatisasi kenyamanan tamu dengan suhu dan gorden kontrol intuitif saat berkomunikasi dengan kunci pintu untuk memperkuat keamanan tamu di hotel. (rl/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Triwulan III 2017, Total Aset Bank BJB Tembus Rp 114,2 T


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler