jpnn.com - JAKARTA - Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Renaldy Dalimi menyatakan bahwa teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) memang sudah aman. Tapi, menurutnya, pilihan terhadap nuklir merupakan jalan terakhir untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
"Teknologi nuklir sudah aman. Tapi, kecelakaan yang terjadi bukan karena teknologinya, melainkan kesalahan desain, bencana alam, dan kesalahan operator," kata Renaldy, dalam Seminar Nasional "Nuklir Ramah Lingkungan dalam Pembangunan Nasional" yang digelar Kaukus Muda Indonesia (KMI) di Jakarta, Kamis (28/7).
BACA JUGA: Sambutlah..Generasi Baru Samsung Galaxy Tab
Menurut dia, kalaupun membangun PLTN, bahan bakunya, uranium, yang terdapat di Indonesia belum ekonomis. Yang ada, pemerintah akan mengimpor uranium. "Karena harganya lebih murah," ujarnya.
Apalagi lanjutnya, harga listrik PLTN tak bisa dianggap sebagai energi yang murah. Berkaca pada kasus meledaknya reaktor PLTN di Fukushima, Jepang, sehingga Jepang terpaksa menerapkan standar tinggi pada PLTN tersebut dan mempengaruhi harga listrik PLTN.
BACA JUGA: Versi Terbaru iPad Pro Diluncurkan Akhir Tahun Ini
"Harganya lebih mahal AS$ 3 sen per kWh. Tak hanya itu, Negeri Sakura itu pun diklaim merugi ratusan miliar dolar AS. Kerugian Jepang akibat Fukushima mencapai US$ 600 miliar, lebih dari setengah APBN kita tahun lalu," ungkapnya.
Tetapi sebetulnya, sambung Renaldy, DEN tidak menutup peluang dibangunnya PLTN oleh pemerintah. Hanya saja, saat pemerintah mau menenderkan proyek itu, investor yang akan membangun harus siap untuk menanggung kerugiannya.
BACA JUGA: Pecinta Selfie, Simak nih Ponsel Terbaru dari Oppo F1s
"Setiap investor yang membangun PLTN nanti harus menanggung semua kerugian yang ditimbulkan oleh kecelakaan di PLTN," pungkasnya.(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nih! Bocoran Tanggal Peluncuran iPhone 7
Redaktur : Tim Redaksi