Teknologi RKEF Milik VDNI-OSS Tingkatkan Produktivitas Nilai Ekspor Feronikel

Jumat, 26 November 2021 – 21:48 WIB
Pembangunan 32 lini produksi Nickel Pig Iron (NPI) di Kawasan Industri Virtue Dragon Nickel Industrial Park (VDNIP), PT Obsidian Stainless Steel (OSS) ditargetkan selesai seluruhnya pada tahun depan. Foto dok VDNI

jpnn.com, KONAWE - Perusahaan pengolahan nikel (smelter) yang berada di Kawasan Industri Virtue Dragon Nickel Industrial Park (VDNIP), PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan Obsidian Stainless Steel (OSS) mencatat jumlah dan nilai ekspor Feronikel yang signifikan sampai kuartal III 2021.

Sampai September 2021, VDNI mencatat ekspor NPI mencapai 618.117 metric ton (MT) yang bernilai USD 1,21 miliar atau Rp 17 triliun.

BACA JUGA: Terdampak Pandemi, Pasar Mobil Kemayoran Kembali Ramai Dikunjungi

Sementara OSS mencatat ekspor NPI dan stainless steel sebesar 880.643 MT yang bernilai USD 1,73 miliar atau setara Rp 24,5 triliun.

“Kontribusi ini sangat signifikan dan memuaskan mengingat kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini. Ke depan kami berharap bisa terus meningkatkan produktivitas untuk memberi kontribusi lebih terutama untuk masyarakat di sekitar sini,” ujar Presiden Direktur PT VDNIP Tony Zhou Yuan dalam keterangannya, Jumat (26/11).

BACA JUGA: Kebutuhan Rumah Bakal Melonjak Tahun Depan, BTN Siapkan 4 Ribu Jaringan

Capaian tersebut, lanjut Tony, merupakan kontribusi dari smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), yang digunakan oleh PT VDNI dan OSS untuk memproses nikel dan Argon Oxygen Decarburization (AOD) furnace untuk memproses ke produk akhir, yaitu stainless steel.

Teknologi ini merupakan teknologi yang hemat energi dan ramah lingkungan di dunia saat ini.

BACA JUGA: Kunjungi Proyek Tol Semarang-Demak, Gubernur Ganjar Apresiasi Kinerja PT PP

“Dengan teknologi yang ramah lingkungan ini menjadikan hasil produksi di VDNI-OSS bukan hanya bermanfaat secara ekonomi, namun juga untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan,” tutur Tony.

Dalam proses pengolahan nikel menggunakan RKEF, produk yang dihasilkan adalah feronikel. Feronikel adalah logam paduan antara besi dan nikel, di mana kandungan nikel bervariasi dari 25-45 persen.

Feronikel digunakan sebagai bahan pemadu dalam pembuatan baja. Nikel dan logam kromium merupakan unsur logam pemadu yang terdapat di dalam baja tahan karat.

Dengan mengolah bijih nikel menjadi FeNi, harganya dapat meningkatkan nilai komoditi. Selain itu, pengelolaan sumber daya nikel sampai ke proses pengolahan harus memperhatikan berbagai faktor.

Beberapa di antaranya yaitu mulai dari pasokan bijih nikel, pasokan energi yang harus bisa dijamin, dan kemudahan-kemudahan utama lainnya yang diperlukan oleh investor maupun calon investor yang akan membangun smelter, juga perlu adanya perhitungan kebutuhan energi untuk sampai ke produk FeNi.

Tony menambahkan, sejak awal pihaknya telah banyak menginvestasikan banyak energi, keuangan, dan sumber daya material dalam penelitian dan pengembangan green energy. Hal ini menjadi komitmen perusahaan yang akan terus dipegang ke depannya.

“Perusahaan kami juga terus meningkatkan investasi dan mencapai lebih banyak produksi green energy dan perlindungan lingkungan, sehingga dapat menghemat energi dan mengurangi konsumsi serta memberikan output berkualitas tinggi dan efisien,” seru Tony.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler