Teladani Figur Buya Hamka untuk Hadapi Dinamika Bangsa

Sabtu, 25 Maret 2017 – 17:45 WIB
Suhardi Alius (batik cokelat) saat peletakan batu pertama pembangunan masjid dan rumah susun di pesantren modern terpadu Prof. Dr. Hamka. Foto: BNPT

jpnn.com, PADANG - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius mengajak seluruh anak bangsa untuk meneladani figur dan pemikiran Abdul Malik bin Haji Karim Amrullah atau lebih dikenal sebagai Buya Hamka.

Ajakan itu untuk menghadapi gelombang globalisasi yang membuat turbulensi dalam dinamika kebangsaan yang terjadi akhir-akhir ini.

BACA JUGA: Generasi Muda Diajak Lawan Radikalisme di Dunia Maya

"Marilah kita teladani figur Buya Hamka dengan integritas dan kecerdasan intelektual beliau, baik sebagai seorang ulama, sastrawan, pujangga, maupun negarawan. Apalagi akhir-akhir ini kita menghadapi gelombang globalisasi yang membuat dinamika kebangsaan kita mengalami turbulensi," papar Suhardi saat menjadi keynote speaker seminar sehari bertajuk Refleksi Pemikiran Hamka dan Peletakan Batu Pertama Masjid Ponpes Modern Prof. Dr. Hamka di Padang, Sumatera Barat, Sabtu (25/3).

Suhardi mengungkapkan, belajar dan meneladani sosok Buya Hamka menjadi penting bagi kalangan generasi muda saat ini.

BACA JUGA: BNPT-Uni Eropa Kuatkan Sinergi Penanggulangan Terorisme

Sebab, banyak paham dan pengaruh dari luar yang kini tengah merongrong kehidupan berbangsa dan bernegara di nusantara.

Secara khusus, dia menyoroti paham radikal terorisme yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

BACA JUGA: BNPT Diminta Pantau WNI di Sudan

"Salah satu persoalan kebangsaan hari ini adalah terorisme yang berakar dari  krisisnya paham kebangsaan. Karena itu sangat penting seluruh komponen bangsa, terutama generasi untuk kembali belajar dari teladan guru kita, Buya Hamka tentang konsep kebangsaan yang sesuai dengan falsafah Indonesia," imbuh mantan Kapolda Jawa Barat ini.

Selain itu, lanjut Suhardi, banyak teladan yang bisa dipelajari dari sosok Buya Hamka.

Hamka selalu menekankan bahwa perbedaan itu adalah rahmat Tuhan.

Nah, Tuhan tidak pernah memaksa hamba-Nya untuk sama.

Dengan demikian, memaksakan pendapat kepada orang lain merupakan suatu kezaliman.

Buya Hamka juga sangat menghargai perbedaan agama dan kepercayaan orang lain.

"Kelompok radikal terorisme selalu memaksakan ideologi mereka kepada orang lain, apakah tentang konsep jihad dan takfiri. Padahal apa yang mereka paksakan itu melenceng dari ajaran Islam yang rahmatan lil alamin," ungkapnya.

Seminar sehari itu juga dihadiri mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif.

Suhardi dan Buya Syafii juga hadir dalam peletakan batu pertama pembangunan masjid dan rumah susun di pesantren modern terpadu Prof. Dr. Hamka. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Segera Kunjungi Turki, BNPT Siapkan Format Paling Tepat


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler