Segera Kunjungi Turki, BNPT Siapkan Format Paling Tepat

Rabu, 01 Maret 2017 – 22:11 WIB
Duta Besar Turki untuk Indonesia Mehmet Kadri Sander Gürbüz bertemu Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius, Rabu (1/3). Foto: BNPT

jpnn.com - jpnn.com -Duta Besar Turki untuk Indonesia Mehmet Kadri Sander Gürbüz bertemu Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius, Rabu  (1/3).

“Maksud dan tujuan dari pertemuan ini selain kami sama-sama memperkenalkan diri karena baru pertama kami saling bertemu tentunya juga saling bertukar informasi mengenai permasalahan terorisme,” ujar Suhardi.

BACA JUGA: BNPT Resmikan Masjid di Ponpes Binaan Mantan Teroris

Gurbuz, sambung Suhardi, menceritakan situasi yang terjadi di Turki pascakudeta pada Juli 2016 lalu.

Mulai fenomena politik, ekonomi, sosial budaya dan juga termasuk masalah foreight terorist fighter (FTF) dari Suriah yang akan masuk ke Turki.

BACA JUGA: BNPT Siap Tingkatkan Kualitas Kinerja

“Di mana Turki memiliki garis batas negara bersama Suriah yang cukup panjang yakni 900 km dan tentunya sangat sulit untuk dikontrol dalam melihat orang yang menerobos masuk ke Turki karena adanya konflik di Suriah yang selama ini dikenal dengan nama jaringan terorisme ISIS (Islamic State Iraq & Syria),” ujar alumnus Akpol tahun 1985 ini.

Mantan Kabareskrim Polri ini menambahkan, Gurbuz menceritakan bahwa ada kurang lebih 2,5 sampa tiga juta pengungsi dari Suriah yang masuk ke Turki.

BACA JUGA: DK PBB Apresiasi Cara Indonesia Tanggulangi Terorisme

Para pengungsi itu diurus oleh pemerintah Turki sehingga menjadi beban pemerintah.

“Turki telah menghabiskan USD 12 miliar untuk menampung pengungsi itu. Melihat jumlah itu artinya Turki sangat care dengan masalah pengungsi. Dan ini disampaikan oleh pemerintah Turki kepada negara-negara lain juga termasuk Indonesia,” ujarnya.

Dia mengatakan, Indonesia sendiri juga merasa berkepentingan dengan adanya hal tersebut.

Sebab, pemerintah mendapatkan laporan dari Dubes Indonesia yang ada di Turki bahwa adanya FTF dari Suriah yang akan kembali ke tanah air.

“Baik itu dari saluran resmi dan tidak resmi. Karena masih banyak WNI yang ingin masuk ke Suriah tertahan di perbatasan Turki-Suriah karena Suriah sedang mengalami konflik. Mereka ini sekarang diamankan otoritas pemerintah Turki dan bahkan ada yang sudah dideportasi, jumlahnya juga signifikan,” ujar mantan Kapolda Jawa Barat ini.

Pria yang pernah menjadi Kepala Divisi Humas Polri ini mengatakan, banyak anak-anak Indonesia yang terpisah dengan orang tuanya.

Berdasarkan peraturan pemerintah Turki, anak tetap dihatahn jika orang tua tidak bisa menunjukkan dokumen sang buah hati.

“Contohnya ada yang namanya Talita umur sembilan tahun, bapak-ibunya sudah di Jakarta akibat dideportasi, tapi dia (Talita) masih tertahan di Turki. Karena aturan di Turki, jika anak sudah berumur 18 tahun maka diizinkan untuk kembali ke negaranya,” ujar Suhardi.

Dia menambahkan, pihaknya membuat terobosan agar anak tersebut bisa kembali ke Indonesia dengan melakukan komunikasi bersama Kementerian Sosial (Kemensos) dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) untuk  memfasilitasi orang tuanya

“Kami berinisiasi mengontak Kemensos dan Kemenlu dan sekarang anak itu sudah ada di sini (Jakarta). Kalau menunggu sembilan tahun lagi, anak tersebut bisa bahaya karena bagaimana perasaan anak kecil ditinggal bapak ibunya, dengan bahasa dan budaya yang berbeda. Namun kejadian seperti itu banyak sekali di sana, tidak cuma satu-dua kali,” ujarnya.

BNPT sudah meminta Dubes Turki untuk dapat memfasilitasi otoritas pemerintah Turki yang berwenang dalam menangani masalah tersebut saat tim dari BNPT  berkunjung ke sana.

“Karena permintaan Pak Wardana (Dubes RI di Turki) supaya kami bertemu dengan otoritas Turki yang khusus menangani masalah terorisme karena akan ‘lebih didengar’. Untuk itu kami saat ini mencari formatnya akan bertemu dengan siapa saja di Turki nanti,” ujar mantan Wakapolda Metro Jaya ini.

Menurut pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini, BNPT pun akan bergerak lengkap saat ke Turki nanti.

Kedeputian I, II dan III  dilibatkan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing sesuai programnya.

“Ada tanggung jawab saat kembali nanti, jadi ada program deradikalisasi bagi deputi I, untuk deputi II tentang penegakan dan status hukumnya bagaimana dan deputi III mengenai kerja sama internasionalnya seperti apa. Untuk itu kami sedang merumuskan bagaimana kedua negara ini sudah berhubungan dengan baik,” ujar mantan Kapolres Metro Jakarta Barat dan Depok ini. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BNPT Perkaya Ilmu Deradikalisasi ke Arab Saudi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
BNPT  

Terpopuler