Setelah mendapat kritikan keras dari penonton, jaringan televisi berita satelit Sky News Australia meminta maaf bahwa mereka telah menayangkan wawancara dengan tokoh nasionalis ultra kanan Australia Blair Cottrell.
Mantan ketua organisasi ekstrim kanan United Patriots Front tersebut diundang untuk hadir dalam acara bernama Adam Giles Show di studio.
BACA JUGA: Gempa Lombok Tewaskan 82 Orang, Australia Tawarkan Bantuan
Adam Giles adalah mantan Menteri Utama negara bagian Northern Territory, dan dalam wawancara tersebut Cotttrell berbicara mengenai perlunya mengurangi jumlah migran ke Australia dan melindungi negeri dari 'ideologi asing'.
Hanya beberapa jam setelah wawancara itu ditayangkan dan dibagikan di beberapa platform media sosial Sky News, saluran tersebut kemudian menarik wawancara untuk program ulangan dan juga dari platform online.
BACA JUGA: PM Turnbull Dituding Permalukan Tetua Aborijin
Walau tidak secara langsung meminta maaf, Direktur Pemberitaan Sky News Greg Byrnes mengatakan 'adalah hal yang salah mengundang Blair Cottrell berbicara di Sky News Australia' dan 'pandangannya tidak menggambarkan pandangan kami." External Link: Sky News Australia tweets It was wrong to have Blair Cottrell on Sky News Australia. His views do not reflect ours. The interview has been removed from repeat timeslots and online platforms. - Greg Byrnes, News Director
BACA JUGA: Ratusan Warga di NSW dan Victoria Laporkan Penampakan Meteor
Keputusan untuk mendatangkan Cottrell mendapat kecaman dari banyak pihak, bahkan reporter politik Sky News Laura Jayes mengeluarkan kritik terhadap medianya sendiri.
Dia mengatakan Cottrell 'adalah seorang yang mengaku sendiri pendukung Hitler' dan bukanlah seorang 'aktivis' seperti yang digambarkan oleh program Adam Giles, hal yang juga disetujui oleh editor politik Sky David Speers. External Link: @David_Speers: I have just arrived back in the country tonight to be met with the understandable outrage over this. 100% agree with @ljayes. As News Director Greg Byrnes says it was wrong to have this guy on Sky News.
Komisioner Diskriminasi Ras Australia Tim Soutphommasane menyebut hal ini 'hal yang merendahkan yang memalukan."
"Kita sebenarnya tidak banyak berharap dari program malam hari di Sky News, namun menampilkan seorang neo-Nazi dengan sejarah tindak kekerasan dan kriminal adalah hal yang memalukan." kata Soutphommasane dalam cuitannya.
"Ini juga menunjukkan bagaimana ekstrimis diberi tempat oleh beberapa kalangan media di Australia."
Anggota parlemen dari Partai Hijau David Shoebridge mengatakan bahwa dia akan memboikot Sky News sampai saluran tersebut memuat pernyataan maaf secara penuh dan berjanji untuk tidak mewawancarai Cottrell lagi. External Link: @ShoebridgeMLC: I will refuse all offers to go on Sky until it gives a full apology and clear commitment to never again air this manâs hateful views. I hope my Greens colleagues, and all MPs who care about decency, will join me.
Dalam reaksinya Cottrell mengatakan keputusan Sky News menarik wawancara itu merupakan tanda menyerah kepada "pihak kiri".
"Saya kira karena pendapat saya tidak terbantahkan, maka satu-satunya cara adalah membungkam saya." katanya lewat Twitter. Photo: Blair Cottrell (kiri) bersama dua anggota United Patriots Front dinyatakan bersalah menghina umat Muslim. (7.30 Report)
Bulan September 2017, Cottrell dinyatakan bersalah melakukan provokasi untuk menyerang warga Muslim setelah dia dan dua anggota kelompok ultra kanan memasang video di halaman Facebook United Patriots Front.
Video itu berisi gambar pemenggalan pura pura dalam protes atas rencana pendirian sebuah mesjid di Bendigo.
Kelompok bernama Bendigo Three tersebut mengatakan video mereka adalah bentuk dari kebebasan berpendapat dengan fokus khusus mengenai bagian dari ajaran Islam.
Namun magistrat berpendapat berbeda, dengan mengatakan video tersebut dimaksudkan untuk mengejek umat Muslim.
Atas keputusan bersalah tersebut, Cottrell kemudian mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi.
Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kesaksian Perempuan Yazidi Yang Dijadikan Budak Seks ISIS