JAKARTA - Pramugari Febriyani mengaku masih mengalami gangguan pendengaran akibat pemukulan itu. Hingga kini, terasa ada dengungan di telinga kirinya. Oleh karena itu dia membantah pernyataan Kepala BKPMD Bangka Belitung, Zakaria Umarhadi yang mengaku hanya menempelkan koran ke kepalanya saat kejadian itu.
"Buktinya sampai sekarang masih terasa dengung," ungkap wanita 31 tahun ini di Jakarta, Jumat (7/6).
Febri mengungkapkan bahwa Zakaria sebelumnya sudah ditegur oleh temannya, tapi dia masih melihat HP-nya menyala. Oleh karena itu Febri kembali mengingatkan supaya HP-nya dimatikan. Saat itu pesawat sudah mulai bergerak ke landasan pacu."Saya yang kebetulan lihat HP-nya masih menyala otomatis menegur, itupun dengan halus. Maaf tolong matikan hapenya Pak," kata Febri kepada Zakaria.
Pejabat tambun itu malah menyorongkan ponsel tersebut ke arah Febby dan mengatakan ia telah menonaktifkan HP-nya. Menurut Febby, nada suara Zakaria cukup keras. Mendapat perlakuan seperti itu, Febby bertanya."Maaf, Bapak kenapa kasar? Saya hanya meminta Bapak mematikan hape. Saat itu saya langsung melanjutkan tugas berkeliling, tapi sepertinya Bapak itu masih marah," lanjutnya.
Saat mendarat, Febri seperti biasa mengucapkan selamat jalan kepada penumpang. Saat itu Zakaria terlihat berjalan di urutan terakhir seperti sengaja ingin mendatanginya. Ia tidak menyangka kemarahan Zakaria belum mereda. "Dia bilang, jangan kasar kamu, lain kali sopan, dan tahu-tahu Bapak itu pukul saya dua kali, pertama ke pipi lalu ke telinga. Yang kedua itu lebih keras," katanya.
Dipukul seperti itu, Febby berusaha lari untuk menjangkau interphone yang ada didekatnya untuk menghubungi pilot. Setelah mendengar pengaduannya, kapten pilot dibantu sejumlah penumpang, mengejar serta berusaha menangkap Zakaria. Namun, kemarahan Zakaria justru menjadi-jadi."Saya ini penumpang, raja. Saya beli tiket pakai uang, biar kapok dia," ucap Febri menirukan perkataan Zakaria.
Kru sempat berencana menyelesaikan persoalan tersebut di kantor Sriwijaya cabang Bandara Pangkalpinang. Namun, saat itu kantor sudah kosong. Febby akhirnya melapor ke kantor polisi setempat. Seorang ibu-ibu penumpang pesawat Sriwijaya menjadi saksi febria dalam peristiwa itu. "Secara personal saya sudah memaafkan, tapi secara hukum itu tetap berlanjut," jelasnya. (ken/wir)
"Buktinya sampai sekarang masih terasa dengung," ungkap wanita 31 tahun ini di Jakarta, Jumat (7/6).
Febri mengungkapkan bahwa Zakaria sebelumnya sudah ditegur oleh temannya, tapi dia masih melihat HP-nya menyala. Oleh karena itu Febri kembali mengingatkan supaya HP-nya dimatikan. Saat itu pesawat sudah mulai bergerak ke landasan pacu."Saya yang kebetulan lihat HP-nya masih menyala otomatis menegur, itupun dengan halus. Maaf tolong matikan hapenya Pak," kata Febri kepada Zakaria.
Pejabat tambun itu malah menyorongkan ponsel tersebut ke arah Febby dan mengatakan ia telah menonaktifkan HP-nya. Menurut Febby, nada suara Zakaria cukup keras. Mendapat perlakuan seperti itu, Febby bertanya."Maaf, Bapak kenapa kasar? Saya hanya meminta Bapak mematikan hape. Saat itu saya langsung melanjutkan tugas berkeliling, tapi sepertinya Bapak itu masih marah," lanjutnya.
Saat mendarat, Febri seperti biasa mengucapkan selamat jalan kepada penumpang. Saat itu Zakaria terlihat berjalan di urutan terakhir seperti sengaja ingin mendatanginya. Ia tidak menyangka kemarahan Zakaria belum mereda. "Dia bilang, jangan kasar kamu, lain kali sopan, dan tahu-tahu Bapak itu pukul saya dua kali, pertama ke pipi lalu ke telinga. Yang kedua itu lebih keras," katanya.
Dipukul seperti itu, Febby berusaha lari untuk menjangkau interphone yang ada didekatnya untuk menghubungi pilot. Setelah mendengar pengaduannya, kapten pilot dibantu sejumlah penumpang, mengejar serta berusaha menangkap Zakaria. Namun, kemarahan Zakaria justru menjadi-jadi."Saya ini penumpang, raja. Saya beli tiket pakai uang, biar kapok dia," ucap Febri menirukan perkataan Zakaria.
Kru sempat berencana menyelesaikan persoalan tersebut di kantor Sriwijaya cabang Bandara Pangkalpinang. Namun, saat itu kantor sudah kosong. Febby akhirnya melapor ke kantor polisi setempat. Seorang ibu-ibu penumpang pesawat Sriwijaya menjadi saksi febria dalam peristiwa itu. "Secara personal saya sudah memaafkan, tapi secara hukum itu tetap berlanjut," jelasnya. (ken/wir)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 70 Persen Calon Anggota LPSK Tidak Layak
Redaktur : Tim Redaksi