Teliti Penggunaan Medsos untuk Pemilu, Bawa Fayakhun Raih Gelar Doktor

Rabu, 27 Mei 2015 – 07:40 WIB
Politikus Partai Golkar Fayakhun Andriadi. FOTO: ist

jpnn.com - JAKARTA - Politikus Partai Golkar Fayakhun Andriadi menyabet gelar doktor bidang ilmu politik dari Universitas Indonesia, Selasa (26/5). Disertasinya berjudul 'Demokrasi Era Digital: Studi Kasus Penggunaan Media Sosial dalam Partisipasi Politik Oleh Pendukung Pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta Periode 2012-2017’. 

Dalam disertasi itu, Fayakun mengemukakan penggunaan media sosial sebagai sarana baru dalam mengekspresikan partisipasi politik.

BACA JUGA: Kemenangan Hadi Berdampak pada 371 Kasus Korupsi di KPK

Menurut Kun, sapaan akrabnya, di samping sarana konvensional, media sosial juga dimanfaatkan oleh tim sukses pasangan tersebut. Jadi, partisipasi politik tidak hanya dilakukan secara fisik, tapi juga secara maya dengan menggunakan sarana media sosial.

"Penggunaan media sosial sebagai sarana baru partisipasi politik merupakan pelengkap (komplementer) dari bentuk partisipasi politik konvensional. Konvensional itu seperti kampanye dan sosialisasi melalui pengerahan massa, spanduk, baliho, iklan, dan lain sebagainya," kata Kun dalam sidang terbuka yang digelar di Gedung F Lantai 2 Fisip Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Jawa Barat.

BACA JUGA: Kubu Agung Akui Jalan Islah Masih Terjal

Menurut Kun, ada empat bentuk partisipasi politik yang dilakukan secara maya, yakni kampanye, sosialisasi, menjadi saksi, dan melakukan penggalangan dana. 

Keempat partisipasi politik yang termasuk dalam kategori aktifitas elektoral (electoral activity) tersebut dilakukan dengan menggunakan sarana media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, Website, dan lain sebagainya.

BACA JUGA: Tak Mau Muncikari Ditumbalkan tapi Artis PSK Tetap Berkeliaran

"Secara umum, partisipasi politik menggunakan media sosial memberikan nilai efektifitas dan efisiensi tersendiri yang melengkapi (komplementer) dan menunjang partisipasi politik dengan menggunakan media non digital. Meski demikian, media sosial juga memiliki beberapa titik lemah, diantaranya pada problem efek negatif amplifikasinya dan anonimitasnya," kata Ketua Umum Kelompok Intelektual Muda Partai
Golkar (KIMPG) itu.

Nah, dari penelitian itu disimpulkan bahwa telah terjadi transformasi dari aktifitas partisipasi politik ruang fisik menuju partisipasi politik ruang maya yang dilakukan oleh sebagian pemilih. 

Selain itu, telah terjadi transformasi dari aktifitas partisipasi politik ruang fisik menuju partisipasi politik ruang maya yang dilakukan oleh sebagian pemilih.

Namun demikian, kata dia, dalam konteks politik Indonesia secara khusus, implementasi demokrasi berbasis teknologi digital yang dikonseptualisasikan oleh Diana Saco, ataupun partisipasi politik berbasis dunia maya seperti dikonseptualisasikan oleh Pippa Norris harus tetap dilihat secara kritis.

Politik Indonesia memiliki basis sosial-kultural yang khas. Praktik politik di negeri ini tidak sepenuhnya dapat dipersamakan dengan praktik politik di negara Amerika Serikat maupun Eropa.

Pada satu sisi, kehadiran media sosial memang sangat membantu sebagai sarana baru partisipasi politik. Namun pada sisi yang lain, faktor kehadiran partisipan secara fisik tetap memiliki pengaruh yang tidak tergantikan oleh kehadiran hanya di dunia maya.

Menurut Kun, pertemuan secara fisik antara dua orang partisipan memiliki pengaruh dan dampak nyata yang tidak dirasakan dalam pertemuan yang hanya bersifat maya. Apalagi, dalam konteks Indonesia, aspek sosial-budaya juga memerankan pengaruh signifikan dalam politik, sehingga pertemuan secara fisik tetap memiliki dampak positif yang tidak tergantikan. (mas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Persiapkan Mudik Lebaran, Jonan Malah Minta Masukan Wartawan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler