SURABAYA - Temuan baru di bidang teknologi kedokteran oleh Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga (LPT Unair) bisa jadi angin segar bagi para pasien HIV/AIDS. Pasalnya, satu bulan terakhir tim tengah melakukan uji klinis terkait dengan kombinasi pengobatan antara racun lebah dan propolis lebah. Cara ini dipercaya bisa memperkuat sistem imun pasien.
Mereka menggeber penelitian tersebut setelah beberapa bulan lalu mendengar kabar seorang gadis sembilan tahun penderita HIV/AIDS di AS yang kesehatannya meningkat drastis setelah diberi propolis lebah yang dikombinasikan dengan bee venom alias racun lebah.
RS Unair pun berani mencoba kombinasi tersebut kepada pasien HIV/AIDS yang dirawat di RS Unair. Pasien itu berusia 40 tahun, berjenis kelamin laki-laki, dan kini menjalani perawatan di RS tersebut.
Laki-laki yang tidak disebutkan namanya itu sebenarnya merupakan pasien Ketua Institut of Tropical Disease Universitas Airlangga Prof Dr dr Nasronudin SpPD KPTI. ""Pasien baru saja terdiagnosis menderita HIV/AIDS sekitar dua bulan terakhir,"" ujar Kepala Pusat Studi Perlebahan LPT Unair James Hutagalung.
James yang juga dosen parasitologi FK Universitas Airlangga itu menceritakan, saat datang, kondisi pasien tidak sadarkan diri karena daya tahan tubuhnya sangat lemah. Setelah itu, tim LPT Unair tetap meminta persetujuan keluarga pasien untuk diobati dengan metode yang menurutnya kali pertama dilakukan di Indonesia tersebut.
Setelah keluarga menandatangani surat persetujuan tindakan medis (pertindik), tim LPT Unair kemudian memberikan bee venom. Sebelumnya, propolis lebah memang biasa diberikan kepada pasien HIV/AIDS untuk menambah daya tahan tubuh. Tapi bedanya, tambahan bee venom diberikan dengan cara racun lebah disengatkan ke leher belakang di sisi kanan dan kiri. Masing-masing satu sengatan.
Menurut James, salah satu komponen sel dalam racun lebah yang disebut melitin bisa menembus sel HIV/AIDS. Racun tersebut menimbulkan reaksi autoimun yang mengaktivasi imunitas dalam tubuh pasien HIV/AIDS. ""Jadi, kami pakai dua simultan. Yakni, propolis dan bee venom. Propolis itu sebagai imunomodulator, kan sudah biasa digunakan untuk mempertahankan stamina,"" ujar laki-laki yang juga seorang ahli biologi tersebut.
Hingga saat ini, pasien telah diberi dua kali sengatan lebah. Propolis diberikan tiap hari. Hasilnya, menurut James, setelah tiga minggu mendapatkan perawatan intensif, kondisi pasien berangsur pulih. Pasien bisa membuka mata dan menggerakkan tubuhnya.
Namun, proses tersebut akan terus dipantau hingga beberapa minggu kemudian. James mengaku yakin pengobatan dengan dua simultan itu bakal membawa progres. ""Dengan begitu, kami berharap angka harapan hidup pasien HIV/AIDS bakal lebih panjang dari sebelumnya,"" katanya. (ina/mas/end)
Mereka menggeber penelitian tersebut setelah beberapa bulan lalu mendengar kabar seorang gadis sembilan tahun penderita HIV/AIDS di AS yang kesehatannya meningkat drastis setelah diberi propolis lebah yang dikombinasikan dengan bee venom alias racun lebah.
RS Unair pun berani mencoba kombinasi tersebut kepada pasien HIV/AIDS yang dirawat di RS Unair. Pasien itu berusia 40 tahun, berjenis kelamin laki-laki, dan kini menjalani perawatan di RS tersebut.
Laki-laki yang tidak disebutkan namanya itu sebenarnya merupakan pasien Ketua Institut of Tropical Disease Universitas Airlangga Prof Dr dr Nasronudin SpPD KPTI. ""Pasien baru saja terdiagnosis menderita HIV/AIDS sekitar dua bulan terakhir,"" ujar Kepala Pusat Studi Perlebahan LPT Unair James Hutagalung.
James yang juga dosen parasitologi FK Universitas Airlangga itu menceritakan, saat datang, kondisi pasien tidak sadarkan diri karena daya tahan tubuhnya sangat lemah. Setelah itu, tim LPT Unair tetap meminta persetujuan keluarga pasien untuk diobati dengan metode yang menurutnya kali pertama dilakukan di Indonesia tersebut.
Setelah keluarga menandatangani surat persetujuan tindakan medis (pertindik), tim LPT Unair kemudian memberikan bee venom. Sebelumnya, propolis lebah memang biasa diberikan kepada pasien HIV/AIDS untuk menambah daya tahan tubuh. Tapi bedanya, tambahan bee venom diberikan dengan cara racun lebah disengatkan ke leher belakang di sisi kanan dan kiri. Masing-masing satu sengatan.
Menurut James, salah satu komponen sel dalam racun lebah yang disebut melitin bisa menembus sel HIV/AIDS. Racun tersebut menimbulkan reaksi autoimun yang mengaktivasi imunitas dalam tubuh pasien HIV/AIDS. ""Jadi, kami pakai dua simultan. Yakni, propolis dan bee venom. Propolis itu sebagai imunomodulator, kan sudah biasa digunakan untuk mempertahankan stamina,"" ujar laki-laki yang juga seorang ahli biologi tersebut.
Hingga saat ini, pasien telah diberi dua kali sengatan lebah. Propolis diberikan tiap hari. Hasilnya, menurut James, setelah tiga minggu mendapatkan perawatan intensif, kondisi pasien berangsur pulih. Pasien bisa membuka mata dan menggerakkan tubuhnya.
Namun, proses tersebut akan terus dipantau hingga beberapa minggu kemudian. James mengaku yakin pengobatan dengan dua simultan itu bakal membawa progres. ""Dengan begitu, kami berharap angka harapan hidup pasien HIV/AIDS bakal lebih panjang dari sebelumnya,"" katanya. (ina/mas/end)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wanita Depresi Paling Gampang Kena Stroke
Redaktur : Tim Redaksi