Tempa Caleg Artis PKB dengan Isu Lingkungan

Muhaimin Ajak Kader Belajar Pada Kearifan Mama Aleta

Kamis, 09 Mei 2013 – 17:51 WIB
JAKARTA - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) terus berupaya menunjukkan komitmennya pada persoalan lingkungan. Bahkan, para calon anggota legislatif (caleg) PKB yang berlatarbelakang artis pun ditempa agar peduli dan paham pada isu-isu lingkungan.

Kamis (9/5) siang tadi, Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar mengajak artis yang jadi caleg PKB bertemu dengan Mama Aleta, seorang pejuang lingkungan asal Nusa Tenggara Timur (NTT) peraih Goldman Environmental Prize 2013 dari Amerika Serikat. Nama perempuan bernama asli Aleta Baun itu mendunia berkat kegigihannya menolak pertambangan marmer di Pegunungan Molo, NTT. 

Karenanya begitu ada acara Green Party bertema "Belajar Pada Kearifan dan Kepemimpinan Mama Aleta" yang digelar  di Taman Sisi Utara, Banjir Kanal Timur (BKT) Duren Sawit, Jakarta Timur, Muhaimin pun tak mau melewatkan momentum itu untuk menempa kadernya. Muhaimin berharap para caleg PKB berlatar belakang artis untuk menjadikan Mama Aleta sebagai inspirasi.

"Kita harus gali perjuangan Mama Aleta atas kecintaannya terhadap lingkungan, mereka harus belajar dari Mama. Beliau harus menjadi ikon menjaga lingkungan," pinta Muhaimin saat berbicara pada acara Green Party bertajuk Belajar Pada Kearifan dan Kepemimpinan Mama Aleta di area BKT, Jakarta Timur (9/5/2013).
 
Hadir pula para artis yang jadi caleg PKB seperti Krisna Mukti, Putri Nere, Tommy Kurniawan, Said Bajuri, Ressa Herlambang, Mandala dan Arzetti Bilbina. Sedangkan Muhaimin didampingi Sekjen DPP PKB Imam Nahrawi, Ketua DWP PKB DKI Habsiyallah Ilyas dan para caleg PKB untuk kursi DPRD DKI.

Muhaimin menambahkan, peduli lingkungan juga merupakan bagian dari ajaran agama. Politisi muda yang juga Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu pun mengaku merasa terharu bertemu dengan Mama Aleta .

"Islam dan agama apapun mewajibkan menjaga lingkungan hidup, namun Mama mampu belajar dari alam. Hutan adalah rambut, air adalah darahnya , bumi adalah dagingnya dan pohon adalah akarnya, maknanya luar biasa, melukai bumi artinya meluki diri sendiri," papar Muhaimin.

Sedangkan Mama Aleta yang didaulat menyampaikan kisah perjuangannya mengusir para penambang liar di kampung halamannya, mengaku menghadapi masa-masa sulit dan berbahaya. "Intimidasi kerap saya alami,  aksi pemukulan dan ancaman pembunuhan sering saya alami, rumah saya pun hancur oleh preman bayaran karena menolak tambang," tuturnya.

Namun, Mama Aleta berhasil menggerakkan tiga suku di daerahnya yang selama ini bertikai untuk bersatu mengusir penambang liar. Mama Aleta menduduki lokasi penambangan sembari menenun sebagai bentuk aksi damai. Aksi itu juga untuk melawan upaya perusakan tanah hutan yang sakral di Gunung Mutis, Pulau Timor.

Karenanya Mama tak menyangka perjuangannya sampai menjadi perhatian internasional. "Kami orang miskin, kami orang kecil, Kami menolak tambang karena kami tidak suka daerah itu di eksploitasi, itu adalah jantung NTT. Ketika lahan ditambang itu diberangus, sama dengan membunuh kami. Bumi harus tetap terbungkus, jangan ditelanjangi, kami butuh air dan hutan tetap lestari, " urainya. (ara/jpnn)
 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingin Bela Petani, Puji-puji Megawati

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler