JAKARTA - Empat orang korban penembakan di Lapas Cebongan, Sleman, Jogjakarta disebut-sebut sebagai anggota kelompok preman. Kelompok preman ini kabarnya menguasai bisnis pengamanan tempat hiburan di Kota Pelajar itu.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane mengatakan premanisme di kota Jogja sebenarnya sudah ada sejak zaman orde baru. Mereka dikenal dengan sebutan Gali.
Namun aksi para gali ini meredup karena banyak diantara mereka yang menjadi korban penembak misterius alias petrus yang marak terjadi pada era 80-an. Belakangan ini kelompok-kelompok preman semakin banyak bermunculan di Jogja. Hal ini dipicu dengan semakin banyaknya tempat hiburan malam di kota tersebut.
"Sejak lima tahun terakhir, seiring munculnya tempat-tempat hiburan malam, para preman makin ramai bermunculan," kata Neta melalui pesan singkat kepada JPNN, Minggu (24/3).
Menurut Neta, preman-preman baru ini membentuk kelompok berdasarkan suku dan biasanya berasal dari wilayah Indonesia Timur. Kebanyakan dari mereka awalnya merupakan mahasiswa yang telah putus sekolah alias drop out.
Kelompok-kelompok ini saling bersaing ketat memperebutkan lahan bisnis pengamanan. Bentrokan antar kelompok pun sesuatu yang biasa terjadi.
Meski begitu Neta ragu pelaku penembakan di Lapas Cebongan adalah kelompok preman. Walaupun ia mengakui tidak tertutup kemungkinan bahwa motif dibalik insiden penembakan di Lapas Cebongan berkaitan dengan bisnis keempat korban.
"Jika itu terjadi berarti para preman di Jogja sudah memilki senjata berat. Sepertinya, hal itu mustahil," ujar Neta.
Lagipula, tambahnya, aksi penyerbuan ke lapas dinilai terlalu nekat untuk ukuran preman. "Umumnya, para preman punya phobia tersendiri jika berurusan dengan LP," sambungnya.
Sebelumnya diberitakan, empat orang tahanan titipan Polda DIY di Lapas Cebongan tewas diberondong sekelompok orang tidak dikenal dini hari kemarin. Mereka adalah Dicky Sahetapi alias Dicky Ambon, Dedi, Ali, dan YD alias Johan, yang diduga mengeroyok dan membunuh anggota Kopassus, Sertu Heru Santosa, Selasa (19/3) lalu. Para pelaku mengenakan penutup wajah dalam aksi penyerbuan dan penembakan di Lapas Cebongan yang berlangsung hanya sekitar 10 menit itu. (dil/jpnn)
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane mengatakan premanisme di kota Jogja sebenarnya sudah ada sejak zaman orde baru. Mereka dikenal dengan sebutan Gali.
Namun aksi para gali ini meredup karena banyak diantara mereka yang menjadi korban penembak misterius alias petrus yang marak terjadi pada era 80-an. Belakangan ini kelompok-kelompok preman semakin banyak bermunculan di Jogja. Hal ini dipicu dengan semakin banyaknya tempat hiburan malam di kota tersebut.
"Sejak lima tahun terakhir, seiring munculnya tempat-tempat hiburan malam, para preman makin ramai bermunculan," kata Neta melalui pesan singkat kepada JPNN, Minggu (24/3).
Menurut Neta, preman-preman baru ini membentuk kelompok berdasarkan suku dan biasanya berasal dari wilayah Indonesia Timur. Kebanyakan dari mereka awalnya merupakan mahasiswa yang telah putus sekolah alias drop out.
Kelompok-kelompok ini saling bersaing ketat memperebutkan lahan bisnis pengamanan. Bentrokan antar kelompok pun sesuatu yang biasa terjadi.
Meski begitu Neta ragu pelaku penembakan di Lapas Cebongan adalah kelompok preman. Walaupun ia mengakui tidak tertutup kemungkinan bahwa motif dibalik insiden penembakan di Lapas Cebongan berkaitan dengan bisnis keempat korban.
"Jika itu terjadi berarti para preman di Jogja sudah memilki senjata berat. Sepertinya, hal itu mustahil," ujar Neta.
Lagipula, tambahnya, aksi penyerbuan ke lapas dinilai terlalu nekat untuk ukuran preman. "Umumnya, para preman punya phobia tersendiri jika berurusan dengan LP," sambungnya.
Sebelumnya diberitakan, empat orang tahanan titipan Polda DIY di Lapas Cebongan tewas diberondong sekelompok orang tidak dikenal dini hari kemarin. Mereka adalah Dicky Sahetapi alias Dicky Ambon, Dedi, Ali, dan YD alias Johan, yang diduga mengeroyok dan membunuh anggota Kopassus, Sertu Heru Santosa, Selasa (19/3) lalu. Para pelaku mengenakan penutup wajah dalam aksi penyerbuan dan penembakan di Lapas Cebongan yang berlangsung hanya sekitar 10 menit itu. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Spirit Menanam Reborn di Bukit Wartawan
Redaktur : Tim Redaksi