Tempe Langka, LaNyalla Minta Pemerintah Stabilkan Harga Kedelai

Senin, 04 Januari 2021 – 22:06 WIB
Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. Foto: Humas DPD.

jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta pemerintah segera menstabilkan harga kedelai di pasaran agar masyarakat tidak kesulitan mencari tahu dan tempe.

Pasalnya, belakangan ini stok tahu dan tempe langka di pasaran akibat melonjaknya harga kedelai.

BACA JUGA: Dukung Kementan, Bulog Bangun Gudang Untuk Serap Kedelai Petani

"Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan kami harapkan segera mencari solusi untuk menstabilkan harga kedelai. Pemerintah juga harus memastikan ketersediaan stok kedelai sebagai bahan dasar tahu dan tempe," ujar LaNyalla, Senin (4/1).

Seperti diketahui, kebutuhan kedelai di Indonesia masih mengandalkan impor yang harganya mengikuti pasar global.

BACA JUGA: Soal Rencana Hapus Formasi Guru dari CPNS, LaNyalla: Jangan Merugikan Tenaga Pendidik

Saat ini harga kedelai impor sedang tinggi karena menurunnya produksi di negara produsen dunia sejak pandemi Covid-19.

Sementara, di sisi lain permintaan impor justru naik tajam khususnya dari Tiongkok.

BACA JUGA: Antisipasi Varian Baru Corona, LaNyalla Dukung Kebijakan Tutup Pintu Sementara

Harga kedelai global pun mengalami kenaikan 35 persen hinhha menjadi Rp 9.500 per kilogram.

Belum lagi ongkos angkut kedelai dengan kapal laut, juga mengalami kenaikan karena waktu tempuh impor dari negara asal ke tujuan menjadi lebih lama akibat pembatasan yang dilakukan karena pandemi corona.


“Kondisi ini harus disiasati sehingga tidak berdampak pada menurunnya stok kedelai di Indonesia," ungkap LaNyalla.

Menurut LaNyalla, sejak pandemi Covid-19, kedelai impor turun 11,5 persen sehingga hanya 2,3 ton yang masuk Indonesia. "Akhirnya harga kedelai naik,” tegas LaNyalla.

LaNyalla berharap mahalnya harga kedelai tidak membuat pengrajin tahu dan tempe mogok produksi lagi, seperti yang terjadi pekan lalu.

Sebab, ujar LaNyalla, akibat pengrajin mogok produksi, tempe dan tahu menjadi hilang di pasaran.

LaNyalla mengingatkan bahwa tempe dan tahu termasuk bahan pokok yang banyak dikonsumsi dalam pemenuhan gizi harian masyarakat Indonesia.

"Produksinya tidak boleh terhenti,” tegas senator Dapil Jawa Timur itu.

Karena itu, LaNyalla menyatakan bahwa penting bagi pemerintah menjaga stabilitas harga kedelai.

"Supaya produksi tahu tempe tetap berjalan dan harganya tetap terjangkau oleh masyarakat luas,” kata LaNyalla.

Mantan ketua umum PSSI ini juga meminta kepada pengrajin tahu dan tempe, selain tidak lagi mogok produksi, juga tak menaikkan tinggi harga meskipun terjadi kenaikan bahan baku.


“Mungkin bisa disiasati dengan memperkecil potongan tahu dan tempe. Lalu, kalau pun memang harganya harus naik, jangan terlalu signifikan karena masyarakat yang akan dirugikan,” ucap LaNyalla.

Ia mendorong Kementerian Pertanian (Kementan) agar memperbesar produksi kedelai lokal. Dengan begitu, kata LaNyalla, Indonesia tidak tergantung kepada kedelai impor.

Menurutnya, memang Kementan saat ini juga sedang melakukan riset benih unggul dan teknologi budi daya komoditas untuk meningkatkan produktivitas kedelai lokal.

"DPD mendorong agar upaya tersebut bisa segera terealisasi," tegasnya.

LaNyalla mengajak terus mendukung pemerintah agar mampu memiliki kualitas dan kuantitas kedelai yang memadai.

"Dengan demikian Indonesia tidak lagi bergantung dengan negara lain untuk memenuhi stok kedelai,” pungkas LaNyalla.(*/jpnn)

 

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler