DEN HAAG - Mantan diktator dan penguasa Libya Muammar Kadhafi ternyata meninggal dengan menyisakan kabar tidak sedap. Para pengawas interansional memastikan bahwa tokoh yang tewas dalam serangan para pejuang NTC (Dewan Transisi Nasional) di Kota Sirte pada 20 Oktober 2011 itu ternyata menimbun secara rahasia senjata kimia.
Dalam laporannya pada Sabtu lalu (21/1), surat kabar Inggris Daily Mail mengutip temuan The Organization for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) bahwa para pengawasnya telah menemukan senjata kimia rahasia milik rezim Kadhafi tersebut.
Lembaga antar-pemerintah yang berkedudukan di Den Haag, Belanda, itu mengungkapkan bahwa tim pengawas mereka yang mengunjungi Libya pekan lalu menemukan senyawa kimiawi jenis sulphur mustard (gas mustard) dan senjata artileri yang diyakini sebagai senjata kimia. Kendati tidak diisi dengan bahan kimia, artileri itu dirancang secara khusus untuk membawa senjata kimia.
"Senjata-senjata tersebut memang belum siap digunakan karena belum berisi senjata kimia," ungkap Juru Bicara (jubir) OPCW Michael Luhan seperti dilansir Daily Mail.
Gas mustard merupakan senyawa kimiawi yang dapat merusak atau menghancurkan kulit seseorang yang terkena. Gas yang juga bisa merusakkan paru-paru itu termasuk gas beracun. Tim pengawas OPCW menemukan senjata kimia milik rezim Kadhafi tersebut disimpan di sebuah gudang di Ruwagha, sebekah tenggara Libya.
Sayangnya, Luhan tidak mengungkapkan secara detail jumlah senjata kimia tersebut. Dia hanya menyebut bahwa senjata itu sengaja disembunyikan oleh rezim Kadhafi pada 2004 saat pemerintah Libya sedang gencar memperbaiki hubungan dengan Barat.
Pesawat mata-mata dan satelit NATO pernah memonitor soal dugaan keberadaan gudang senjata kimia milik rezim Kadhafi di tiga lokasi yang berbeda. Termasuk, di gudang penyimpanan senjata di Rughawa, sekitar 130 mil dari kota kelahiran Kadhafi, Sirte.
Libya seharusnya menyelesaikan program pemusnahan seluruh senjata kimianya pada 29 April tahun ini. Namun, karena pecah revolusi rakyat tahun lalu yang menjatuhkan rezim Kadhafi, target waktu itu tidak akan dapat dipenuhi. Pemerintah baru Libya akan mengajukan jadwal baru soal pemusnahan senjata kimia tersebut.
Sebelumnya, Perdana Menteri (PM) sementara Libya Mahmoud Jibril membenarkan bahwa senjata kimia rahasia telah ditemukan di negaranya. Temuan itu sekaligus membuktikan bahwa selama ini Kadhafi menolak untuk menyerahkan dan memusnahkan senjata pemusnah masal di negaranya. Padahal, tokoh yang berkuasa selama 42 tahun tersebut pernah berjanji kepada PM Inggris (saat itu) Tony Blair untuk menyerahkannya dalam kesepakatan Deal in the Desert pada 2004.
Menurut Jibril, meski senjata kimia tersebut ditemukan, pihaknya sama sekali tidak punya kepentingan untuk tetap menyimpannya. "Dengan pengumuman ini, kami tegaskan bahwa Libya baru adalah Libya yang damai, patuh pada hukum internasional, dan mengutamakan pembangunan demi kepentingan rakyatnya," tutur Jibril saat itu.
Sejauh ini Blair bersikukuh membela kesepakatannya dengan Kadhafi tersebut. Dalihnya, prinsip kesepakatan itu adalah memaksa Kadhafi patuh pada program pemusnahan senjata masal (WMD).
Kadhafi setuju untuk menghancurkan sebagian senjata pemusnah masal pada 2003 sebagai upaya membawa Libya (yang saat itu dikucilkan) dalam pergaulan internasional. Kesepakatan tersebut ditandai dengan jabat tangan antara Blair dan Kadhafi di sebuah tenda di luar Kota Tripoli pada 2004.
Proses perlucutan senjata pemusnah masal itu diawasi langsung oleh OPCW. Sayangnya, hal tidak pernah tuntas karena pecahnya perang di Libya. Dengan kata lain, rezim Kadhafi akhirnya tetap menyimpan sekitar 10 ton gas mustard dan senjata kimia lainnya.
Selama revolusi bergejolak di Libya, pejuang oposisi sempat waswas dengan ancaman dan pernyataan Kadhafi yang menyebut bahwa mereka akan menghadapi "api dari neraka". Pernyataan tersebut bisa diartikan bahwa rezim Kadhafi siap menggunakan senjata pemusnah masal kepada rakyatnya sendiri yang menentangnya.
Di Misrata, pusat perlawanan oposisi, suasana panik pun sempat menghantui warganya saat melihat pasukan loyalis Kadhafi tiba-tiba mengenakan masker gas saat melakukan operasi militer. (dailymail/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jaksa Banding Vonis Bebas Anwar
Redaktur : Tim Redaksi