jpnn.com - SURABAYA - Saat ini, pengobatan kanker nasofaring (rongga hidung bagian belakang) belum bisa tuntas seratus persen. Kemoterapi pada kanker itu masih menyisakan sel-sel kanker yang bisa kembali kambuh. Tergerak ingin menyembuhkan pasien secara total, Dr Achmad Chusnu Romdhoni SpTHT KL (K) melakukan penelitian untuk disertasinya.
Penelitian yang dilakukannya mengantarkan dia meraih gelar doktor dengan predikat cum laude melalui ujian terbuka di aula FK Unair, Rabu (11/9). Indeks prestasi kumulatif (IPK) yang dicapainya 3,97.
BACA JUGA: Buah Tak Cocok bagi Pasien Ginjal
Romdhoni menjelaskan, dirinya melakukan penelitian tersebut karena pengobatan kemoterapi belum mampu membunuh sel kanker secara total. Karena itu, dia mengambil tumor salah seorang pasien, kemudian dibiakkan. Tujuannya mengidentifikasi dan menyeleksi sel kanker. Lalu, dia mengelompokkannya menjadi beberapa sampel.
Sel kanker tersebut diberi obat standar cisplatin, obat kemoterapi yang biasa digunakan untuk pengobatan kanker nasofaring. "Ternyata, obat itu tidak membunuh sel kanker secara keseluruhan. Saya meneliti bagaimana sel dapat bertahan terhadap obat standar ini," jelas spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) tersebut.
BACA JUGA: Menyimpan Buah Sudah Menyehatkan?
Proses bertahannya sel kanker ditandai dengan munculnya protein tertentu. Terutama protein CD44 dan HSP70. Seharusnya, dengan obat cisplatin, sel kanker mati. Tapi, karena ada protein HSP70 dan CD44, sel kanker bertahan sehingga masih menyisakan sel kanker. Sel sisa atau sel kecil itu diduga merupakan sel punca (stem cell) kanker. Meski sisa sedikit, sel tersebut bisa tumbuh menjadi sel kanker besar. Akibatnya, bisa terjadi kekambuhan pada pasien.
Dengan menemukan sel punca itu, diharapkan pengobatan pada kanker nasofaring bisa dilakukan secara tuntas. Pengobatan tidak hanya untuk membunuh sel besar, tetapi juga sel punca. Salah satunya melalui kombinasi pengobatan. Bisa juga personalized medicine atau pengobatan individu.
BACA JUGA: Makan Siang di Kantor Bikin Produktif
Hanya, penelitian tersebut masih berskala laboratorium. Romdhoni masih membutuhkan penelitian lebih lanjut agar bisa segera mengaplikasikannya kepada pasien. "Namun, penelitian ini bisa menjadi pijakan untuk mencari pengobatan yang tepat terhadap sisa sel tumor atau sel punca," ungkap konsultan onkologi itu.
Penelitian yang dilakukannya tidaklah sebentar. Romdhoni membutuhkan waktu tiga tahun untuk melakukan penelitian tersebut. Kendalanya, mendapatkan reagent tidak mudah. Sebab, reagent itu diimpor dari Amerika dan membutuhkan waktu 1-3 bulan.
Romdhoni berencana melanjutkan penelitian tersebut sehingga bisa dilakukan terapi yang tepat untuk menghambat protein HSP70 maupun CD44. Dengan demikian, pengobatan terhadap pasien kanker nasofaring dapat dilakukan dengan tuntas dan tidak menyisakan sel kanker.
Saat ini, Romdhoni masih melakukan riset untuk pengobatannya. "Hidup saya akan saya dedikasikan untuk mencari pengobatan terhadap pasien kanker nasofaring," jelasnya. (kit/c6/end)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Efek Bulan Purnama Bisa Bikin Susah Tidur
Redaktur : Tim Redaksi