Tengku Zulkarnain: Pemerintah Memberi Ruang Ideologi Komunis Tumbuh Kembali

Rabu, 30 September 2020 – 17:21 WIB
Tengku Zulkarnain. Foto: tangselpos/jpg

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI) Ustaz Tengku Zulkarnain, meyakini ideologi komunisme tidak pernah mati di Indonesia.

Tengku Zul menyamakan ideologi tersebut seperti penyimpangan seksual kaum homo dan lesbian, serta atheis.

BACA JUGA: KAMI: Kalau Percaya Ideologi Komunis Sudah Mati, Sekolahnya Belum Tamat!

Meski telah dibasmi habis sejak zaman dahulu, tetapi hingga kini masih tetap ada.

"Jadi akan hidup terus. Misalnya perilaku kaum Lut, homo dan lesbi, itu kan sudah mati semua tetapi masih ada sampai sekarang. Atheis juga sudah dimatikan tetapi sampai sekarang masih ada. Jadi, yang mengatakan (ideologi PKI) mati, itu menentang teori ilmiah," ujar Tengku Zul saat menjadi pembicara pada Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne, yang mengangkat thema Ideologi PKI Masih Hidup?, Selasa (29/9) malam.

BACA JUGA: Tengku Zulkarnain Buat Poling Bandingkan Zaman Soeharto dan Jokowi, Hasilnya?

Ustaz yang dikenal aktif di media sosial itu juga mengatakan, gejala bangkitnya ideologi PKI kembali tampak di permukaan terjadi kemungkinan karena pemerintah memberi ruang.

"Saya menilai pemerintahan sekarang memberi angin kepada PKI seperti Bung Karno," ucapnya.

BACA JUGA: Armando Paksa Istri Memutilasi Pacar Gelapnya di Hutan

Tengku Zulkarnain kemudian bercerita bagaimana pemberotakan PKI yang dipimpin Muso di Madiun meletus 1948.

Meski kemudian dibasmi tetapi ideologi tersebut ternyata masih hidup.

"Pada 1952 datang anak muda komunis ke rumah Bung Karno. Sebuah rumah yang dihadiahkan tokoh Islam. Diterimalah DN Aidit. Bung Karno berubah karena dia berpikir nasionalis, agamis religius, dan komunis. Jadi komunis ini diterima lagi oleh Soekarno," ucapnya.  

Menurut Tengku Zul, sikap Soekarno itu menyebabkan Muhammad Hatta menarik diri sehingga kemudian jadilah Bung Karno presiden tanpa wakil presiden.

Masyumi juga menarik diri, meski sebelumnya tercatat sebagai pemenang pemilu pada tahun 1955.

"Bung Karno jalan dengan Nasakom. PNI, PBNU dan PKI. Tahun 1960 Soekarno membubarkan Masyumi. Dia memenjarakan rekan-rekannya yang menentang PKI," ucapnya.

"Ketua Masyumi di penjara tanpa pengadilan. Buya Hamka, dipenjara juga. Murba dibubarkan demikian juga HMI, dibubarkan karena menolak PKI."

Tengku Zulkarnain kemudian membandingkan era Soekarno dengan pemerintahan yang dipimpin Jokowi saat ini.

Ia mengaku kecewa dengan pernyataan Menko Polhukam Mahfud MD yang sebelumnya mengatakan, pemerintah tidak dalam posisi menetapkan mana sejarah yang benar tentang PKI.

"Itu kan sikap yang berbahaya dari rezim ini. Karena PKI yang memberontak 1965 itu dihukum di pengadilan. Berarti Mahfud menampar wajah sendiri, keputusan pengadilan dikangkanginya sendiri. Kan sudah inkrah itu di pengadilan," katanya.

Tengku Zul lebih lanjut mengatakan, pemerintah seharusnya bersikap tegas terhadap upaya-upaya yang pengin membolak balik sejarah.

"Seharusnya pemerintah sekarang kalau ada tulisan di media sosial, PKI memberontak itu rekayasa Soeharto, ya ditangkap. Jangan dibiarkan," katanya.

Tengku Zul membandingkan sikap pemerintah kepada Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang memunculkan pemikiran khilafah.

"HTI langsung dibubarkan, langsung perppu. Sementara ada partai mau mengubah Pancasila menjadi trisila atau ekasila, enggak ditangkap. Komunisme di mana-mana biadab. Enggak mungkin di Indonesia culun, tidak mungkin pancasilais karena mereka tidak menerima agama," pungkas Tengku Zulkarnain.(gir/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler