jpnn.com - MEDAN - Mendekati pelaksanaan pemungutan suara Pilpres 9 Juli mendatang, black campaign tentang kedua pasangan calon presiden-wakil presiden terus bermunculan. Hal ini pun dikhawatirkan dapat memicu gesekan antar pendukung.
Pimpinan Bidang Pengawasan dan Humas Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sumatera Utara (Sumut) Aulia Andri mengakui meningkatnya potensi konflik horizontal di masyarakat.
BACA JUGA: Pelunasan BPIH Baru Sepertiga Kuota
"Semakin mendekati Pilpres ini, eskalasi politik kan semakin tinggi dan memanas. Jadi potensi untuk terjadinya konflik atau gesekan di masyarakat juga tidak tertutup kemungkinan. Tetapi tidak bagi masyarakat yang 'melek' informasi," katanya, Rabu (18/6).
Melek informasi adalah masyarakat yang tidak menerima begitu saja isu yang beredar, yang mengarah kepada pendiskreditan satu pihak. Bagi masyarakat kritis yang didominasi kelas menengah ke atas tersebut, isu negatif justru membuat simpati mereka terhadap salah satu pasangan berkurang.
BACA JUGA: 141 Pemda Tidak Dapat Alokasi CPNS Baru
Sementara itu, pengamat politik Taufan Damanik menilai, potensi konflik yang bisa terjadi tidak terlalu besar mengingat tingkat fanatisme masyarakat terhadap tokoh capres-cawapres tidak begitu mengakar seperti Pileg lalu.
"Tentunya potensi konflik Pilpres ini berbeda dengan Pileg lalu, karena yang bersaing itu antara individu caleg dengan para pendukung dan tim suksesnya," sebutnya. (bal/ndi)
BACA JUGA: Istri Terdakwa Bioremediasi Harapkan Keadilan dari Peninjauan Kembali
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Mencari Presiden, Bukan Dirjen
Redaktur : Tim Redaksi